Mengapa Dr ML Denny Tewu SE MM, Dari Politisi, Berkiprah Jadi Wakil Rektor UKI? Inilah Alasannya

Dr. Magit Les (ML) Denny Tewu, SE, MM

SEBELUM berkiprah di dunia pendidikan, Wakil Rektor II UKI Jakarta Dr. Magit Les (ML) Denny Tewu, SE, MM, lebih dikenal sebagai ketua umum partai politik berbasis keagamaan, Partai Damai Sejahtera (PDS).

Seperti diketahui, Denny Tewu dilantik sebagai Wakil Rektor UKI Bidang Keuangan, SDM dan Administrasi Umum pada hari Senin 2 Desember 2019

Yang menarik, meskipun cukup dikenal di dunia politik,  alumnus Program Pascasarjana tingkat Magister Universitas Trisakti Jakarta  ini ternyata saat mudanya, tidak menunjukkan ketertarikan dalam dunia politik. Setelah menyelesaikan pendidikan formal di tingkat dasar hingga menengah, pria berdarah Minahasa namun lahir di Surabaya ini, lebih tertarik menempuh ilmu ekonomi di UNSRAT Manado.

Karir profesional pertama yang dilakoni bapak tiga anak ini pun terkesan jauh dari dunia politik, yakni sebagai Marketing Manager di PT. Cahaya Baru Raya. Hanya setahun membina karir di perusahaan tersebut, suami Juanita Walewangko ini memutuskan berhenti karena diangkat sebagai PNS Departemen Keuangan RI bagian Badan Pelayanan Kemudahan Ekspor RI.

Setelah melakoni tugas sehari-hari sebagai PNS Depkeu selama satu dekade (1991 - 2001), Denny Tewu kembali memutuskan berhenti dan menjabat sebagai Komisaris PT Tebar Jala Group. 

Pada masa-sama inilah, dan mungkin dua tahun sebelumnya ketika Pemilu 1999 diwarnai berbagai atribut partai, Denny Tewu memutuskan untuk membentuk partainya sendiri, Damai Sejahtera.

Awal milenium tersebut sepertinya juga menjadi awal baru bagi babak kehidupan pria penganut agama Kristen yang taat ini. Di tengah kesibukan mengurusi partai  dan kesibukan manajerial sebagai komisaris beberapa perusahaan, Denny Tewu masih sempat menyelesaikan pendidikan tingkat Doktoral di Universitas Padjajaran Bandung pada 2010 lalu.

Di tengah kesibukannya sebagai Wakil Rektor, Dr Denny Tewu bersedia berbincang-bincang khusus dengan wartamerdeka.info, termasuk, alasannya bagaimana dia bisa berkiprah sebagai di dunia akademik, sebagai wakil rektor. 

Inilah petikan wawancaranya:

Sebelum mendirikan PDS bapak bekerja di mana dan apa jabatan bapak?

Sebelum mendirikan PDS saya waktu itu bekerja di Badan Pelayanan Kemudahan Ekspor dan Pengolahan Data (Bapeksta) Departemen Keuangan RI dan bertepatan mendapat tugas sebagai Ketua Umum Persekutuan Doa di Lingkungan Depkeu RI di Lapangan Banteng Jakarta Pusat.

Kapan Bapak mengambil S2 ? 

Saya mengambil S-2 saat saya sedang bertugas sebagai Auditor dan sekalian Sekretaris Redaksi Media Kemudahan Ekspor di Bapeksta Depkeu RI. 

Apa motivasi bapak mengambil S2 dan apa tantangan yang bapak alami ketika mengambil S2 sedangkan bapak sibuk dalam pekerjaan? 

Saya mengambil S-2 saat itu karena merasa ada kesempatan untuk mengambil kelas malam, sambil bekerja dipagi hingga sore hari, dan tanpa terasa 2 tahun sudah selesai, tantangan hanya disiplin saja membagi waktu secara baik, apalagi saat S-2 pelajaran dan studi kasus yang kita dapatkan sangat berkaitan dengan pekerjaan di kantor sehari-hari, sehingga saya merasa justru mengambil Magister Manajemen seperti mempertajam kemampuan analisis atas pekerjaan-2 di kantor, bahkan saat menyusun Thesis pun saya mengambil data-2 dari perusahaan dimana saya bekerja, yang tentunya sangat menguasai karena berkaitan dengan pekerjaan sehar-2 sehingga harusnya tidak sulit..

Jika bapak sudah S2 ketika berada di PDS, sejauhmana ilmu bapak bermanfaat untuk keberadaan PDS itu sendiri? 

Di PDS saya menerapkan bagaimana organisasi dapat berkembang cepat dengan menggunakan teknologi sms yang mulai berkembang saat itu keseluruh daerah dan menggunakan berbagai jaringan yang ada dengan tetap efisiensi tapi produktif serta menerapkan Good Political Party Governance.

Apa yang mendorong bapak mengambil S2? 

Saat mengambil S-2 awalnya karena ikut-2 an saja dimana lingkungan kerja saya umumnya mereka mengambil kuliah lanjutan, namun ternyata manfaatnya besar sekali, yang hingga saat ini saya tidak pernah menyesal karena telah memilih jalur sebagai akademisi juga.

Bapak mengambil S3 ketika masih berpartai. Apa motivasi/ hal yang melatarbelakanginya? 

Saat itu saya sebagai Sekjen Partai namun tidak ikutan sebagai Anggota Dewan maka saya berpikir ada baiknya mengambil S-3 awalnya iseng juga, namun akhirnya saya juga terbantu dengan teman-2 di fraksi, selain mereka banyak membantu dari sisi pembiayaan juga data-2 dari Institusi terkait yang saya butuhkan. Kita tau kalau sudah di S-3 dalam membuat disertasi kita perlu memiliki akses data yang tepat dan akurat. 

Mengapa pilihan bapak adalah manajemen? 

Saya memilih Manajemen Bisnis Akuntansi karena masih tetap linier dengan basis S1 dan S-2 saya. Bagaimana bapak mengatur waktu antara kuliah di Bandung dan berpartai di Jakarta? Kuliah di Unpad Bandung kan pada umumnya Sabtu-Minggu, jadi saya bisa bagi waktu sekalian kadang jalan-2 bersama keluarga.

Bapak juga masih berpartai ketika bapak memilih jalur pendidikan sebagai ladang pengabdian. Apakah jalur tersebut bapak ambil karena ketika itu menyadari PDS tidak cukup berpeluang untuk menang atau bagaimana? 

Ya saat itu karena saya sudah Doktor dan menjadi pembicara di mana-mana sebagai pimpinan parpol. Saat itu kebetulan diundang sebagai pembicara di UKI, lalu ada dosen yang bertanya, katanya sudah Doktor kok tidak mengajar ? Singkat cerita akhirnya saya melamar di UKI dan diterima mengajar sejak tahun 2011.

Bapak juga cukup lama meninggalkan Indonesia setelah PDS tidak berkiprah lagi di perpolitikan Indonesia. Dari tahun berapa ke tahun berapa bapak tidak di Indonesia. Saat itu apakah bapak masih menjadi dosen?Atau apa yang bapak kerjakan?

Saat itu waktu verifikasi ternyata PDS tidak lolos sebagai peserta pemilu 2014, dan saya pikir perlu meningkatkan kapasitas sebagai Dosen juga, maka saya minta ijin baik dari, kampus, partai (karena saat itu saya Ketua Umum), juga dari Perusahaan dimana saya dipercayakan, maka saya pergi ke Amerika mengikuti berbagai training, mulai dari bahasa, pasar modal hingga akhirnya saya mengambil short course di Harvard Business School (HBS), lalu kembali ke Jakarta Indonesia di tahun 2015.

Tahun berapa bapak bergabung di Kresna? 

Saya bergabung di Kresna sejak tahun 2012 awalnya sebagai Senior Adviser dan mereka juga yang memberi rekomendasi dan membantu saat ke Amerika. Apa jabatan bapak sekarang? Dan setelah kembali saya di percayakan sebagai Komisaris Utama di PT. Asuransi Kresna Mitra Tbk. Sejak tahun 2015 lalu sebagai Komut juga di PT. Kresna Ventura Kapital hingga saat ini. 

Bagaimana bapak mengatur waktu antara bekerja di perusahaan bapak sekarang dan menjadi seorang akademisi saat ini? 

Di Perusahaan saya sebagai Komisaris tentunya tidak wajib harus kekantor setiap hari, bahkan kalau ikut aturan sebulan cukup 1-2 kali sebagai pengawas pimpin rapat Dewan Komisaris maupun mendengar laporan Dewan Direksi. Demikian juga sebagai Dosen biasa kan saya tidak harus ke kampus setiap hari, hanya kebetulan saat ini, karena saya dipercayakan memegang jabatan sebagai Wakil Rektor II UKI, tentu saya harus full konsentrasi bekerja dalam struktural eksekutif yang memiliki tanggungjawab untuk mencapai target-2 yang telah ditetapkan sesuai bidang kerja saya, yaitu di bidang Keuangan dan Marketing.

Perbedaan apa yang paling bapak rasakan saat menjadi seorang politisi dan saat ini menjadi seorang akademisi? 

Saya kira tujuannya sama ya, kalau di Politik kita berpikir bagaimana mensejahterakan rakyat, kalau sebagai akademis kita berpikir dan bertindak agar Mahasiswa kita menjadi orang pintar dan berhasil dalam karier pekerjaannya.

Sebenarnya cita-cita bapak dulu apakah menjadi seorang politisi atau akademisi? 

Cita-cita saya dari dulu sejak mahasiswa yang juga aktivis, yaitu hidup bisa bermanfaat bagi orang lain, dan saya kira hingga saat ini saya masih dalam koridor yang sama.

Apakah manfaat dari ilmu yang bapak pelajari sampai menjadi seorang Doktor untuk  perjalanan karir bapak? 

Saya rasakan di usia pensiun ini saya masih berguna baik buat kampus, perusahaan-perusahaan pelayanan maupun keluarga tentunya, dan semua ini tentu karena anugerah Tuhan Yang Maha Kuasa.

Apa lagi yang ingin bapak raih saat ini? 

Karena saya mengawali hidup takut akan Tuhan sejak Mahasiswa, maka saya juga ingin mengakhiri hidup saya dalam kasih kemurahanNya. Starting good, finishing well.

Jika ada hal lain yg ingin disampaikan di luar pertanyaan di atas, disilahkan...

Takut akan Tuhan adalah permulaan Pengetahuan.

Memiliki Pengetahuan sebagai Akademisi, adalah hal terbaik dalam memasuki usia pensiun ini.

Karena kebahagiaan utama adalah saat kita masih bisa berbagi sesuatu yang berguna bagi sesama disaat usia semakin lanjut. 

Biodata singkat Dr. Magit Les (ML) Denny Tewu, SE, MM:

Pendidikan
  • (1968-1969) TK Katholik, Sumbawa NTB
  • (1969-1975) SD St. Anthonius Ampenan NTB
  • (1976-1979) SMP Don Bosco, Manado
  • (1979–1982) SMA Santa Maria, Surabaya
  • (1984–1989) Sarjana Ekonomi Manajemen Universitas Sam Ratulangi Manado
  • (1993–1995) Magister Manajemen Universitas Trisakti Jakarta
  • (2005–2010) Doktor Manajemen Bisnis Akuntansi UNPAD Bandung   
Karir
  • (1990-1991) Marketing Manajer PT. Cahaya Baru Raya
  • (1991-2001) Pegawai Negeri Sipil Departemen Keuangan RI ( Badan Pelayanan Kemudahan Ekspor RI)
  • (2001-sekarang) Komisaris PT. Tebar Jala Group
  • (2009-sekarang) Penasehat Koperasi Lima Roti Dua Ikan
  • (2010-2015) Ketua Umum Partai Damai Sejahtera
  • (2019-sekarang)  Wakil Rektor UKI Bidang Keuangan, SDM dan Administrasi Umum

Buku: 
 
- Dengan Memanfaatkan Pasar Modal Dalam Rangka Menjadikan Indonesia Raksasa Ekonomi Baru. (2013)
- Membangun Papua dengan Hati & Kasih,
- Paradigma Baru PDS etc.
- Meningkatkan Kinerja Keuangan Perusahaan Daerah
  


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama