Gerakan Heroik Moeldoko Dalam Menghabisi Dominasi Mafia Cikeas Di Partai Demokrat.

Oleh: Saiful Huda Ems (SHE)

- Lawyer dan mantan gerilyawan politik musuh Soeharto di Jerman (1991-1995) dan di Indonesia (1995-1998)

Banyaknya orang-orang yang mati secara misterius dalam berbagai kasus korupsi di era kepresidenan SBY yang menjabat selama dua periode, padahal mereka kebanyakan merupakan saksi-saksi kunci di berbagai peristiwa skandal korupsi besar di masanya, sedikit banyak akan dapat membuka tabir gelap tentang misteriusnya sosok SBY. Ia seorang mantan jenderal yang jika dilihat dari luar nampak sangat kalem, namun anehnya SBY pun tiba-tiba bisa terlihat temperamen, manakala ia kerap membentak orang-orang peserta rapat (bahkan kepala daerah) yang diwajibkan mendengar secara serius pidatonya. 

Ia juga seorang mantan jenderal yang menjadi Presiden dan terbanyak memenjarakan anak buahnya sendiri di masa kepemimpinannya. Itu hal yang baik tetapi menjadi masalah besar ketika para mantan anak buahnya yang korupsi itu kemudian bersuara di pengadilan atau di media, mengenai keterlibatan anaknya SBY sendiri (Ibas) dalam berbagai kasus korupsi yang melibatkan mereka itu.

SBY sangat ditakuti oleh para politisi di negeri ini yang sudah mengenal benar karakternya, apalagi tak tanggung-tanggung, seorang mantan pimpinan KPK, yakni Antasari Azhar pernah pula dipaksa masuk penjara dengan berbagai macam tuduhan yang dibuat-buat atau penuh rekayasa. Anas Urbaningrum dan sederet kepala daerah yang dianggapnya bersebrangan politik dengannya, juga tak lepas dari hukuman berat dari SBY yang meminjam tangan KPK di masanya.

 KItulah mengapa di masa kepemimpinan nasional SBY, dikenal dengan istilah nabok nyileh tangan (memukul dengan menggunakan tangan orang lain). Ya, SBY gemar menggunakan tangan orang lain untuk "menghabisi" lawan-lawan politiknya, dan tak ada siapapun yang berani dengan gagah dan heroik mencoba menghentikan pola-pola mafianya, kecuali Jenderal TNI (purn.) Dr. Moeldoko !. 

Pola mafia Cikeas SBY dimulai dari saat ia menguasai dan melenyapkan semua nama para pendiri Partai Demokrat, dan hanya memasukkan namanya sendiri bersama Vincent Rumangkang yang sudah almarhum ke dalam AD/ART partainya. Pola mafia Cikeas SBY yang kedua adalah menjadikan anaknya sendiri, yakni AHY sebagai Ketua Umum Partai Demokrat, lalu adiknya (Ibas) menjadi Wakil Ketua Umum dan SBY sendiri menjadi Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat. 

Sedangkan pola mafia Cikeas SBY yang ketiga, adalah mengendalikan secara penuh semua pencalonan Kepala Daerah yang akan diusung oleh Partai Demokrat. Semua calon kepala daerah yang akan diusung oleh Partai Demokrat itu harus setor ratusan hingga milyaran rupiah ke Cikeas tanpa ada sedikitpun keterlibatan dari pemimpin Partai Demokrat di tingkat Provinsi (DPD), Kabupaten atau Kota (DPC).


Keadaan Partai Politik yang tidak sehat seperti Partai Demokrat di bawah monopoli dan hegemoni Mafia Cikeas itulah, yang kemudian diterjang secara heroik oleh Pak Moeldoko, yang dimulai dengan diadakannya Kongres Luar Biasa Partai Demokrat di tgl. 5 Maret 2021 lalu di Deli Serdang, yang kemudian membuat SBY dan AHY naik pitam, lalu menggugat beberapa pengurus Partai Demokrat hasil KLB ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, namun kemudian gugatannya ditolak oleh majelis hakim Pengadilan Negeri. 

Ini adalah jurus pertahanan perang hukum dan politik para pengurus DPP Partai Demokrat hasil KLB yang berada dalam kepemimpinan Pak Moeldoko, yang membalikkan serangan lawan politiknya, yakni Mafia Cikeas. Dan kemenangan di PN Jakarta Pusat ini nantinya diharapakan akan dapat mengantarkan para pengurus DPP Partai Demokrat hasil KLB ke pintu gerbang kemenangan perjuangan hukum lainnya, yakni di PTUN yang saat ini masih dalam proses persidangan. 

Jika hal itu terjadi, maka Jenderal TNI (Purn.) Dr. Moeldoko akan mendapatkan sukses gemilang dalam menghabisi dominasi Mafia Cikeas di Partai Demokrat, dan negeri ini akan dapat menuntaskan satu persoalan besarnya sendiri, yakni lenyapnya gerombolan mafia dari salah satu partai. Semoga.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama