Presiden Jokowi: Pandemi Tak Boleh Hentikan Transformasi Besar RI

JAKARTA (wartamerdeka.info) - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan pandemi COVID-19 tak boleh menghentikan transformasi besar di Indonesia yang sedang berjalan yakni menyangkut perubahan untuk kegiatan ekonomi bernilai tambah (hilirisasi), pengembangan energi hijau dan ekonomi digital.

“Ndak. Tetap harus berjalan transformasi besar yang sedang dilakukan. Pertama, kita sedang mempercepat tranformasi ekonomi, menuju ke sebuah ekonomi yang memiliki nilai tambah yang tinggi,” kata Presiden Jokowi dalam Dies Natalis ke-67 Universitas Katolik Parahyangan, Bandung, Jawa Barat, Senin, sebagaimana dipantau secara daring.

Sektor pertama yang sedang bertransformasi adalah perubahan dari ekspor bahan mentah menjadi hilirisasi agar bisa menghasilkan ekspor bernilai tambah.

Menurut Presiden, sudah sejak zaman kolonial, ekspor dari Tanah Air selalu berwujud barang mentah.

Ekspor barang mentah tidak memberikan manfaat yang optimal bagi Indonesia, karena tidak menghasilkan efek pengganda ekonomi bagi masyarakat dan negara.

“Tahun ini, akhir, nanti juga akan sama bauksit setop. Tahun depan lagi setop yg namanya ekspor bahan mentah tembaga,” kata Presiden, setelah Indonesia sejak 2020 sudah menghentikan ekspor bahan mentah nikel.

“Kita ingin nilai tambah itu ada di Tanah Air. sehingga selain memberikan penerimaan negara yang semakin besar, berupa pajak, royalti, PNBP, juga memberikan lapangan kerja yang sebesar-besarnya untuk rakyat kita,” ucap Presiden.

Sektor kedua yang sedang bertransformasi adalah pengembangan ekonomi hijau. Pasar global, kata Presiden, dalam beberapa tahun ke depan hanya berminat pada produk yang dihasilkan dari industri hijau.

"(Produk hijau) ini akan semakin banyak diminati di pasar global yang ramah lingkungan, yang telah menjadi budaya baru, yang didukung ekosistem hijau di dunia," katanya.

Indonesia, kata Presiden, memiliki kekayaan energi terbarukan hingga 418 Giga Watt, mulai dari energi yang dihasilkan dari tenaga air, air bawah laut, geothermal, angin, dan lainnya.

“Banyak sekali energi hijau yang kita miliki. Kita memiliki 4.400 sungai. Dua sungai saja. Sungai Mamberamo (Papua) bisa menghasilkan 23 ribu Mega Watt, Sungai Kayan (Kalimantan Utara) 11 ribu Mega Watt, bisa kita bayangkan modal besar kita untuk energi hijau juga besar sekali,” ujarnya.

Transformasi di bidang yang ketiga, adalah pengembangan ekonomi digital.

“Transformasi ekonomi digital, membangun masyarakat digital, membangun pemerintahan digital. Kita memiliki potensi besar di sektpr digital ini, dan pasar digital (Indonesia) tumbuh sangat pesat dibanding negara-negara Asean lain. Pada 2025 kita prediksi akan meningkat di angka (nilai ekonomi digital) 146 miliar dolar AS,” kata Presiden Jokowi.

Vaksinasi di Indonesia Tertinggi Keempat Di Dunia

Presiden Jokowi juga menyatakan tingkat vaksinasi COVID-19 di Indonesia merupakan yang tertinggi keempat di dunia.

“Kita ini vaksinasinya nomor empat di dunia. Setelah China, Brasil, Amerika Serikat, kemudian Indonesia,” kata Presiden Jokowi. 

Saat ini, ujar Presiden, vaksinasi COVID-19 di Indonesia sudah mencapai 297.500.000 suntikan dosis vaksin. Sebanyak 30 provinsi juga telah mencapai target di atas 70 persen penyaluran vaksin bagi masyarakat.

“Angka yang tidak kecil. (Provinsi) termasuk Jawa Barat. Karena tadi Pak Gubernur (Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil) bisik-bisik ke saya, Jawa Barat sudah 83 persen,” ujarnya.

Ia menjelaskan penyuntikan vaksin hingga 297 juta dosis bukanlah kegiatan yang mudah untuk dilakukan di Indonesia karena Tanah Air terdiri dari belasan ribu pulau.

Petugas vaksinasi, termasuk jajaran TNI dan Polri harus bekerja keras mendistribusikan vaksin ke daerah pegunungan, ke wilayah kepulauan, agar pembagian vaksin dapat merata.

“Ada yang harus naik perahu, naik sepeda motor untuk naik ke gunung. Bukan barang yang mudah. Saya sangat apresiasi TNI-Polri yang memberikan dukungan penuh dalam rangka vaksinasi ini,” ujarnya.

Hingga saat ini, kasus COVID-19 harian di Indonesia juga sudah menurun drastis, dari 56 ribu kasus harian pada puncak penularan di pertengahan Juli 2021 menjadi 855 kasus pada pertengahan Januari 2022 ini.

“Kita patut bersyukur, COVID-19 yang muncul di bulan Mei, pertengahan Juli 2021 yang menyebabkan kengerian di mana-mana saat itu. Lorong rumah sakit penuh, halaman rumah sakit penuh, utamanya di Pulau Jawa-Bali. Kasus harian saat itu saya ingat 56 ribu kasus harian, dan kita bersyukur hari ini kemarin kasus harian berada di angka 855 kasus,” jelas Presiden Jokowi. (An) 

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama