Menko Airlangga: SKK Migas Perlu Langkah Terobosan Dongkrak Produksi Migas

NUSA DUA (wartamerdeka.info) - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto meminta Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) membuat kebijakan terobosan untuk mendongkrak produksi minyak dan gas.

"Perlu ada langkah-langkah yang dilakukan oleh SKK Migas," kata Airlangga melalui tayangan secara daring pada Konvensi Internasional III Industri Hulu Minyak dan Gas 2022 di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, Kamis.

Menurut dia, terobosan itu diperlukan mengingat produksi minyak dan gas dalam negeri yang mengalami penurunan.

Selain itu, lanjut dia, agar situasi dan iklim investasi sektor minyak dan gas di Indonesia serta insentif yang diberikan bisa lebih baik, serta mendorong transisi energi menuju energi baru terbarukan.

"Karena ini merupakan keniscayaan yang harus kami hadapi bersama agar investasi di hulu migas tetap berjalan secara kondusif, kebutuhan terhadap insentif baik itu fiskal maupun nonfiskal perlu dibahas secara dalam antarpemangku kepentingan," imbuhnya.

Airlangga mengungkapkan salah satu proyek pengembangan migas yang mengalami pelambatan adalah di ladang gas abadi Blok Masela, Maluku.

Untuk itu, ia pun meminta agar ditinjau kembali terkait efektivitas regulasi hingga mendorong percepatan revisi apabila regulasi dinilai belum efektif mendorong investasi.

"Bila dipandang belum cukup untuk mendorong pertumbuhan industri migas tentu dibuka kemungkinan untuk melihat apakah regulasi-regulasi yang ada itu efektif untuk mendorong dan bila belum efektif itu perlu dilakukan revisi yang ke arah perbaikan," imbuhnya.

Airlangga meminta agar kolaborasi semakin dioptimalkan antara pemerintah pusat, daerah hingga badan usaha swasta dan negara serta para kontraktor sehingga target produksi migas bisa tercapai.

SKK Migas menyebutkan industri hulu migas memiliki target untuk meningkatkan produksi minyak dan gas nasional yaitu minyak satu juta barel per hari (BOPD) dan gas 12 miliar kaki kubik per hari (BSCFD) pada 2030.

Apabila tercapai, maka target tersebut akan mempengaruhi penerimaan negara dan ekspor Indonesia.

"Sekarang ini ekspor kami positif 5 miliar (dolar AS) namun neraca daripada migas secara bulanan itu negatif bisa mendekati 2 triliun," ucap Airlangga. (An)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama