Urgensi Membangun Komunikasi Yang Menyenangkan Hati Peserta Didik di Sekolah.

Oleh: Drs. Syahrir Tamsi, MPd.
Kepala SMKN 1 Tapalang Barat Mamuju Provinsi Sulawesi Barat 

Komunikasi merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindari oleh setiap manusia. Sebagai mahluk sosial, manusia dikodratkan untuk hidup bermasyarakat dan berinteraksi kepada manusia lainnya dengan berkomunikasi.

Menurut ilmuwan Amerika Serikat sekaligus pencetus teori komunikasi, Harold Lasswell, komunikasi adalah suatu proses menjelaskan siapa mengatakan apa dan dengan saluran apa kepada siapa. (who says what in which channel to whom and with what effect).

Selain untuk pendekatan rohani atau pendekatan dari hati ke hati, tentu sebagai pemicu semangat dan faktor psikologis anak didik dalam melaksanakan kegiatannya, baik di rumah maupun di sekolah.

Sebagaimana menulis, mendidik dengan hati adalah menerjemahkan sebuah rasa yang dihadapi seorang pendidik dan termasuk segala yang terlibat di dalamnya.
Mendidik dengan Hati dan Berkomunikasi dari hati ke hati adalah faktor yang sangat urgen/penting, karena disanalah terdeteksi takaran aturan perasaan seorang pendidik terhadap anak didiknya untuk mendapatkan suatu capaian pembelajaran di sekolah.

Kenapa harus dengan hati?
Oleh karena dari hatilah semua ketulusan berawal, dan bermulanya sebuah keikhlasan.

Membangun komunikasi yang menyenangkan hati peserta didik di sekolah, hal ini sama mendidik anak dengan pendekatan dari hati ke hati.
Menurut Prof. Dr. Abdullah Pandang, M.Pd. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sulawesi Barat (UNSULBAR) : Mendidiklah dengan hati. Oleh karena hanya dengan bahasa hati, pesan pendidikan bisa sampai ke hati anak.

Bagaimana Caranya?
Mendidik dengan hati itu tak butuh ilmu yang tinggi. Tak butuh diklat berjilid-jilid. Tak butuh fasilitas mewah dan mahal.
Mendidik dengan hati, hanya butuh sedikit kesabaran dan kesediaan diri untuk melakukan hal-hal sederhana seperti berikut ini :
  1. Menerima anak apa adanya  tentang keunikannya, kecenderungan, keterbatasan, dan sebagainya;
  2. Mendengarkan apa yang anak ingin katakan, misal : kemauan, ketaksanggupan, keengganan, hambatan dan sebagainya;
  3. Merasakan apa yang anak sedang rasakan, seperti : galau, takut, bosan, dongkol, marah dan sebagainya;
  4. Memahami apa yang anak butuhkan, misalnya butuh dukungan, support, perhatian, cinta, dan sebagainya;
  5. Menemani anak menghadapi kesulitannya, yaitu : dengan mendampinginya, mengajak bicara atau diskusi, mendengar curhatnya, merespon keluhannya, merangkul di disaat menghadapi kesulitan.
Praktisi Pendidikan Anak Usia Dini, Hana Marita Sofianti (Marita Hanoy), juga berpendapat bahwa : "Mendidik anak  dengan hati adalah mendekatkan rasa dengan jiwa anak untuk memudahkan berinteraksi di rumah dan memudahkan pelayanan pembelajaran yang menyenangkan di sekolah" .

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama