Harga ikan terus merosot tajam, nelayan Pantura Lamongan dihadapkan dengan situasi yang tidak menentu. Meski rata rata produksi tangkapnya lumayan bagus, tapi harganya tidak kunjung normal, bahkan tanda tanda mulai normal pun sulit untuk diprediksi lantaran menjelang akhir tahun. Bisa jadi karena supply and demand sedang tidak dalam kondisi berimbang, imbasnya pasar juga menjadi tidak normal.
Misalnya, jenis letter jacket/ikan Bukur yang saat normal bisa mencapai Rp.100 ribu lebih sekarang terjun di kisaran angka Rp. 40 an ribu, bahkan bisa di bawah itu.
Jenis Loligo/cumi Teropong, Bekutak/cuttlefish biasanya -+ Rp. 50ribu sekarang dikisaran Rp. 32ribu.
Dari pantauan wartamerdeka, melorotnya harga ikan ini, juga dialami oleh hampir seluruh nelayan di berbagai wilayah.
Di wilayah Pangkal pinang, Bangka harga ikan juga mengalami penurunan yang membuat nelayan di sana kelimpungan.
Termasuk di TPI Pasir, wilayah pesisir selatan Kebumen jogja. Demikian juga di wilayah Kalimantan Selatan dan Makasar. Di Bengkulu, nelayan juga mengalami kondisi yang sama. Nelayan bahkan merasa sedih dengan situasi seperti ini.
"Kami nelayan cukup sedih melihat kondisi yang terjadi saat ini, harga ikan sangat murah, terlebih jika kami menjual kepada tengkulak, padahal saat ini hasil tangkapan sedang berlimpah," kata salah seorang nelayan di kawasan pantai Zakat Kota Bengkulu, Syafrudin, Selasa (21/11/), di kutip dari RRI.co.id.
"Sangat berharap harga ikan kembali naik, setidaknya tidak seperti saat ini, saat ini harga ikan layur itu cuman Rp.10 ribu per kilo gram, padahal sebelumnya rata-rata harga ikan Layur atau ikan Bledang ini Rp. 30 ribu per kilo," lanjut Syahfruddin.
Menyikapi kondisi seperti ini, sejumlah nelayan di pantura Lamongan seakan tidak tahu harus "wadul" kemana. Lantaran, belum ada pihak yang berupaya untuk membantu mencarikan jalan keluar.
"Kalau sudah kondisi seperti ini, lantas kemana kami harus menyampaikan aspirasi ini?," ungkap Jiman salah seorang nelayan di pantura. (WM/Bersambung)