Wacana Kembalinya H. Darwoto Maju Pengurus/Pengawas KUD Minatani Brondong

 

                        Oleh : W. Masykar

Saya hampir tidak percaya jika wacana yang berkembang santer belakangan ini, bakal menjadi kenyataan. Setidaknya, itulah wacana rencana kembalinya H. Darwoto ikut kontestasi pemilihan pengurus/pengawas KUD Minatani Brondong 2025. Sayangnya, beberapa kali saya menghubungi yang bersangkutan Hp nya, berdering aktif tapi tidak diangkat. 

Lantas, apa yang menarik dari - misalnya rencana kembali ikut bertarung dalam bursa pemilihan pengurus/pengawas KUD Minatani 2025-2030? 

Yang pasti tidak ada aturan yang melarang, AD/ART bahkan tidak ada kalimat mantan pengurus tidak boleh kembali maju dalam pemilihan pengurus/pengawas berikutnya.
Secara pribadi, sesama anggota Koperasi saya tidak ada urusan dengan siapapun kandidat. Semakin banyak kandidat akak semakin baik.

Nah, pertama yang menarik adalah berkembangnya wacana H. Darwoto akan ikut bursa pemilihan pengurus/pengawas di KUD Minatani 2025. Apakah wacana santer ini sengaja di hembuskan untuk setidaknya mengukur tingkat  daya dukung dari anggota atau berkembang liar atas dasar spekulasi sebagian anggota karena dia gagal masuk di kursi dewan?

Kedua, misalnya jawabannya, benar wacana ini sengaja di lempar atau bahkan tidak sengaja, lantas dimana etikanya? Termasuk apakah tidak ada kandidat/kader dari anggota yang lebih kapabel dan punya kompetensi lebih dari sebut saja, H. Darwoto. 

Itu sebabnya, menarik untuk melakukan analisis wacana ini, tujuannya memberikan wacana sebagai salah satu eksponen bahasa yang dalam fungsinya sebagai alat komunikasi.

Tarigan (2009 : 24) menyebutkan ada delapan unsur penting yang terdapat dalam wacana yaitu (1) satuan bahasa, (2) terlengkap dan terbesar/tertinggi, (3) di atas kalimat/klausa, (4) teratur/rapi/rasa koherensi, (7) lisan dan tulis, (8) awal dan akhir yang nyata.

Semetara menurut Renkema (1994:23) sebuah teks akan disebut sebagai wacana apabila memiliki tujuh persyaratan, yaitu kohesi, koherensi, intensionalitas (intentionality), keberterimaan (acceptability), informatif (informatioveness), situasional (situationality), dan intelektualitas.

Kohesi dan koherensi merupakan syarat utama kewacanaan atau tekstualitas. Jika kohesi merupakan keterpaduan bentuk, maka koherensi memfokuskan pada kepaduan makna. (Bersambung)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama