YM. Sjahrir Tamsi
Di dunia bisnis, kesuksesan sebuah perusahaan tidak selalu permanen. Sejumlah perusahaan besar yang dulunya berjaya, kini menghadapi tantangan berat atau bahkan terpuruk hingga terpaksa bangkrut. Fenomena ini memunculkan pertanyaan, mengapa perusahaan yang pernah berada di puncak kejayaannya kini "gigit jari"? Artikel ini bertujuan menganalisis faktor-faktor yang menyebabkan penurunan kinerja perusahaan besar yang dulu sukses, serta memberikan wawasan tentang bagaimana perusahaan lain dapat menghindari nasib serupa.
Faktor Penyebab Kejatuhan Perusahaan
Salah satu alasan utama mengapa perusahaan besar gagal mempertahankan kejayaan adalah ketidakmampuan mereka untuk beradaptasi dengan perkembangan teknologi. Banyak perusahaan yang sebelumnya sangat dominan di pasar, seperti Kodak dan Nokia, tersingkir karena tidak mampu merespons cepat terhadap inovasi teknologi. Kodak, misalnya, adalah pemimpin industri fotografi yang gagal beradaptasi dengan era digital. Meski mereka menemukan teknologi kamera digital pertama, Kodak lebih memilih mempertahankan bisnis film tradisional mereka, yang pada akhirnya membuat mereka terpuruk saat era digital berkembang pesat (Lucas & Goh, 2009);
Di banyak industri, persaingan semakin sengit dengan munculnya perusahaan-perusahaan baru yang lebih inovatif. Apple dan Samsung berhasil menggantikan Nokia sebagai pemimpin pasar ponsel karena mereka terus menghadirkan teknologi yang lebih canggih dan sesuai dengan kebutuhan konsumen. Persaingan juga terjadi di sektor retail, di mana pemain-pemain seperti Sears dan Toys "R" Us tidak mampu bersaing dengan e-commerce seperti Amazon. Transformasi digital telah menciptakan lingkungan bisnis yang lebih kompetitif, di mana inovasi dan efisiensi menjadi kunci utama untuk bertahan hidup (Christensen, 1997);
Kesalahan manajemen juga sering menjadi penyebab utama kegagalan perusahaan besar. Keputusan yang tidak tepat, seperti ekspansi yang terlalu cepat atau investasi di sektor yang salah, dapat berdampak fatal bagi kelangsungan perusahaan. Misalnya, Yahoo yang dulunya raksasa di industri internet, melakukan serangkaian akuisisi yang tidak sukses dan gagal memanfaatkan aset-aset penting seperti Flickr dan Tumblr. Akibatnya, perusahaan ini tertinggal jauh dari pesaingnya seperti Google dan Facebook (Rivlin, 2013);
Banyak perusahaan besar gagal karena terlalu bergantung pada model bisnis lama yang tidak lagi relevan di era modern. Blockbuster, misalnya, adalah contoh klasik dari perusahaan yang gagal beradaptasi dengan perubahan perilaku konsumen. Dengan kehadiran layanan streaming seperti Netflix, konsumen beralih dari menyewa DVD fisik ke menikmati hiburan melalui platform digital. Blockbuster yang terlambat merespons perubahan ini akhirnya harus gulung tikar (Scott, 2016); dan
Krisis finansial, baik yang bersifat global maupun regional, juga dapat memengaruhi kelangsungan hidup perusahaan besar. Krisis keuangan 2008, misalnya, menghantam banyak perusahaan besar di sektor perbankan, properti, dan otomotif. General Motors (GM), salah satu produsen mobil terbesar di dunia, terpaksa mengajukan kebangkrutan pada tahun 2009 akibat krisis finansial global yang menghantam industri otomotif Amerika Serikat. Meski akhirnya diselamatkan melalui bailout pemerintah, kejatuhan GM merupakan bukti bahwa tidak ada perusahaan yang benar-benar kebal terhadap dampak krisis ekonomi global (Smith, 2011).
Untuk memahami lebih dalam fenomena ini, kita dapat melihat dua studi kasus : Nokia dan Kodak ; 1. Nokia. Pada tahun 1990-an dan awal 2000-an, Nokia mendominasi pasar ponsel global. Namun, ketika smartphone mulai berkembang, terutama dengan kemunculan iPhone pada tahun 2007, Nokia gagal melakukan inovasi signifikan dalam perangkat lunaknya. Sistem operasi Symbian yang mereka andalkan tidak mampu bersaing dengan iOS dan Android, yang lebih intuitif dan ramah pengguna. Akibatnya, Nokia kehilangan pangsa pasar secara drastis dan pada akhirnya menjual unit bisnis ponselnya kepada Microsoft pada tahun 2014 (Steinbock, 2010); 2. Kodak. Meskipun Kodak adalah pelopor dalam teknologi fotografi, termasuk pengembangan kamera digital, mereka terlalu lama bertahan pada bisnis film fotografi yang mendatangkan keuntungan besar. Ketika pasar berubah ke arah digital, Kodak gagal menyesuaikan model bisnisnya dan akhirnya mengajukan kebangkrutan pada tahun 2012 (Lucas & Goh, 2009).
Dari contoh-contoh tersebut, ada beberapa pelajaran penting yang bisa dipetik oleh perusahaan untuk menghindari nasib serupa :
1. Berinovasi Secara Berkelanjutan. Perusahaan harus terus berinovasi dan menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi serta perubahan perilaku konsumen. Tidak cukup hanya mengandalkan kesuksesan masa lalu;
2. Fleksibilitas dalam Model Bisnis. Mengandalkan model bisnis lama tanpa mempertimbangkan perubahan tren pasar dapat berakibat fatal. Perusahaan harus siap mengubah strategi bisnis ketika diperlukan;
3. Manajemen yang Visioner. Kepemimpinan yang mampu melihat tren masa depan dan membuat keputusan yang berani sangat penting dalam menjaga kelangsungan perusahaan di era yang dinamis ini;
4. Antisipasi Terhadap Krisis Finansial. Perusahaan harus selalu siap menghadapi kemungkinan krisis finansial dengan menyusun strategi keuangan yang kuat dan memiliki cadangan modal yang cukup.
Perusahaan besar yang berjaya pada tempo hari dapat mengalami kejatuhan karena berbagai faktor, termasuk kegagalan beradaptasi dengan teknologi baru, persaingan yang semakin ketat, dan kesalahan dalam manajemen. Studi kasus seperti Nokia dan Kodak menunjukkan betapa pentingnya inovasi dan fleksibilitas dalam bisnis. Untuk bertahan dan berkembang, perusahaan harus selalu siap menghadapi perubahan dan berani mengambil langkah-langkah strategis yang sesuai dengan perkembangan zaman.
Sementara itu, Fenomena Perseroan dan Perseorangan (Individu) sebagai berikut :
Bila seseorang tidak dapat mengubah diri mereka sendiri dari waktu ke waktu.
Niscara bila berdiri pada saat sekarang, maka seseorang mungkin tidak berpikir berapa banyak dunia dapat berubah dalam 10 tahun ke depan!
Dan 70%-90% pekerjaan hari ini akan sepenuhnya berakhir dalam 10 tahun ke depan. perlahan-lahan kita memasuki era "revolusi industri keempat" 4.0.
UBER hanyalah sebuah nama perangkat lunak. Mereka tidak punya mobil sendiri. Namun hari ini perusahaan pameran taksi terbesar di dunia adalah UBER.
Airbnb adalah perusahaan hotel terbesar di dunia saat ini. Akan tetapi, mereka tidak memiliki satu pun hotel di dunia.
Demikian pula, contoh perusahaan yang tak terhitung jumlahnya seperti Paytm, Ola Cab, Oyo kamar dan lain-lain dapat diberikan.
Tidak ada pekerjaan untuk pengacara baru di Amerika hari ini, karena perangkat lunak hukum bernama IBM Watson dapat menganjurkan jauh lebih baik daripada Pengacara Baru. Dengan demikian, hampir 90% orang Amerika tidak akan memiliki pekerjaan dalam 10 tahun ke depan. Sisanya 10% akan disimpan. Ini akan menjadi 10% ahli.
Dokter baru juga duduk untuk bekerja. Pasalnya, perangkat lunak Watson dapat mendeteksi kanker dan penyakit lainnya 4 kali lebih akurat daripada manusia. Kecerdasan komputer akan melampaui kecerdasan manusia pada tahun 2030.
90% mobil saat ini tidak akan terlihat di jalan dalam 20 tahun ke depan. Mobil nantinya akan dijalankan dengan listrik atau mobil hybrid. Jalanan perlahan-lahan akan menjadi kosong. Konsumsi bensin akan berkurang dan negara Arab penghasil minyak perlahan akan bangkrut.
Jika kita menginginkan mobil, maka kita pun harus meminta mobil dari perangkat lunak seperti Uber. Dan segera setelah seseorang meminta mobil, maka mobil yang sepenuhnya tanpa pengemudi akan datang dan parkir di depan pintu rumah kita. Jika seseorang bepergian dengan beberapa orang lain dalam mobil yang sama, sewa mobil per orang akan kurang atau cukup hemat dari sepeda.
Mengemudi tanpa sopir akan mengurangi jumlah kecelakaan sebesar 99%. Dan inilah sebabnya asuransi mobil akan berhenti dan perusahaan asuransi mobil akan keluar.
Hal-hal seperti mengemudi di bumi tidak akan bertahan lagi. Polisi lalu lintas dan staf parkir tidak akan diperlukan ketika 90% kendaraan menghilang dari jalanan.
Bayangkan saja, dulu ada stan STD di jalanan bahkan 10 tahun yang lalu. Semua stan STD ini terpaksa ditutup setelah revolusi mobile datang di negara ini. Mereka yang selamat telah menjadi toko pengisian ulang ponsel. Sekali lagi revolusi online dalam pengisian ulang ponsel. Orang-orang mulai mengisi ulang ponselnya secara online dengan duduk di rumah. Harus mengganti toko isi ulang ini lagi. Sekarang ini hanya ponsel untuk membeli dan menjual bahkan memperbaiki toko. Tapi ini juga akan segera berubah. Penjualan ponsel meningkat langsung dari Amazon, Flipkart.
Definisi uang juga berubah. Dulu ada uang tunai tapi di zaman sekarang sudah menjadi "uang plastik". Putaran kartu kredit dan kartu debit beberapa hari yang lalu. Sekarang, itu pun berubah dan era dompet ponsel akan datang. Pasar Paytm yang berkembang, satu klik uang seluler.
Mereka yang tidak bisa berubah seiring bertambahnya usia, usia pun menyingkirkan mereka dari bumi. Jadi teruslah berubah dengan waktu.
Terus membuat konten yang hebat, kreatif dan inovatif. Teruslah bergerak seiring waktu, "It is time."
1. Christensen, C. M. (1997). The Innovator's Dilemma : When New Technologies Cause Great Firms to Fail. Harvard Business Review Press;
2. Lucas, H. C., & Goh, J. M. (2009). Disruptive technology : How Kodak missed the digital photography revolution. Journal of Strategic Information Systems, 18(1), 46-55;
3. Rivlin, G. (2013). The Rise and Fall of Yahoo!. HarperBusiness;
4. Scott, D. (2016). Blockbuster : The Untold Story of the Incredible Rise and Inevitable Fall of the Video Rental Empire. St. Martin's Press;
5. Smith, R. (2011). General Motors and the Global Financial Crisis : How GM Survived Bankruptcy. McGraw-Hill Education;
6. Steinbock, D. (2010). The Nokia Revolution : The Story of an Extraordinary Company That Transformed an Industry. AMACOM.
7. YM. Sjahrir Tamsi : Membangun Karakter Bangsa yang Utuh. Wartamerdeka.Info. Mamuju, 2023;
8. YM. Sjahrir Tamsi : Membangun Karakter Bangsa : Kreatif dan Inovatif di Era Digital. Wartamerdeka.Info. Mamuju, 2024;
9. YM. Sjahrir Tamsi : Peran Parenting Terhadap Anak di Era Digital. Wartamerdeka.Info. Mamuju, 2024.
Editor : W. Masykar