Novel, Karya : YM. Sjahrir Tamsi,
Tomakaka Adaq Jambu Cappa Bate Dara' Kerajaan Binuang Mandar (Ketua Adat/Kepala Distrik Jambu, Cappa Bate Dara' Kerajaan Binuang Mandar).
Seri 18. Figur Raja Masa Depan
Waktu telah membentuk YM. Pangeran Arya Dirgantara menjadi figur yang layak sebagai Raja Masa Depan Kerajaan. Ia memiliki perpaduan sempurna antara Kebijaksanaan, Keberanian, dan Kasih Sayang yang Tulus dan Ikhlas dari Hati, semuanya mencerminkan harapan seluruh rakyat untuk masa depan yang lebih cemerlang.
PYM. Sjamsi, sebagai Raja yang bijak, menyadari bahwa waktunya untuk menyerahkan Takhta Kerajaan kepada generasi berikutnya semakin dekat. Ia mempersiapkan YM. Pangeran Arya Dirgantara dengan memberi tanggung jawab langsung dalam urusan pemerintahan.
Anandaku : "YM. Pangeran Arya Dirgantara," ujar Raja PYM. Sjamsi pada suatu pagi, "Kerajaan ini telah melewati banyak masa. Tugas Ananda adalah menjaga keseimbangan antara tradisi dan perubahan menuju modernisasi."
YM. Pangeran Arya Dirgantara mendengarkan dengan saksama, "Ayahanda Paduka Yang Mulia : Ananda akan menjunjung tinggi nilai-nilai Kerajaan ini sambil membawa Inovasi yang bermanfaat bagi seluruh Rakyat."
Sebagai ujian terakhir, PYM. Sjamsi memberi YM. Pangeran Arya Dirgantara tanggung jawab untuk memimpin pertemuan diplomatik dengan beberapa Kerajaan tetangga. Pertemuan itu tidak hanya menentukan perjanjian perdagangan baru, akan tetapi juga menguatkan hubungan diplomatik yang telah terjalin selama puluhan tahun.
Raja PYM. Sjamsi mengisahkan kepada YM. Pangeran Arya Dirgantara perihal Pertemuan 14 Kerajaan masa silam di "Tanah Mandar" yang bisa menjadi bahan komparatif atau perbandingan untuk dipertimbangkan sebagai rujukan dalam berdiplomasi dan mengambil kesepakatan ataupun keputusan pada petemuan nanti Ananda.
Menurut sejarah jaman dahulu, salah satu bukti nyata adalah "Perjanjian Allamungan Batu," dikenal pula dengan "Perjanjian Luyo." Perjanjian itu diawali dengan musyawarah yang diselenggarakan di Luyo, sebuah kawasan di Polewali Mandar, Sulawesi Barat (saat ini).
Adapun isi pokok-pokok perjanjian itu yakni ; kesepakatan bersama untuk menjamin ketenteraman Kerajaan-Kerajaan Persekutuan. Dalam kesepakatan itu tercantum pengaturan pertahanan kawasan.Pitu Ulunna Salu (tujuh kerajaan hulu sungai) mengemban kewajiban menangkal musuh yang datang dari arah pedalaman, sedangkan Pitu Ba'bana Binanga (tujuh kerajaan muara sungai) bertugas menangkal musuh yang datang dari arah laut.
Persekutuan itu, diibaratkan bagaikan sebuah "Pupil Mata" yang terpadu warna hitam dan putih, yang susah untuk dipisahkan. Perjanjian Luyo itu kemudian dikenal dengan istilah "Sipamandar" yang berarti saling kuat menguatkan. Suatu perjanjian yang mirip dengan perjanjian "Pakta Pertahanan" di era modern saat ini.
Federasi 14 Kerajaan lokal di Tanah Mandar yang Malaqbi pada sekitar abad XVII.
Keempatbelas Kerajaan ini (Pitu Ba'bana Binanga disingkat PBB) : Balanipa, Sendana, Banggae, Pamboang, Mamuju, Tappalang, dan Binuang yang diwakili oleh "Tomepayung" Raja Kerajaan Balanipa yang kedua (Putra dari "I Manyambungi" atau "Todilaling").
Sementara Kerajaan-Kerajaan dari (Pitu Ulunna Salu disingkat PUS) : Tabulahan, Rantebulahan, Mambi, Aralle, Bambang, Matangnga, Tabang diwakili oleh "Londong Dehata".
Berikut adalah isi lengkap Perjanjian "Allamungan Batu Di Luyo" :
(Jelaslah garis keturunan).
(Aku satukan anak cucu di Pitu Ulunna Salu, Pitu Ba'bana Binanga).
(Disaksikan penguasa di langit, penguasa di bumi, penguasa di utara, penguasa di selatan).
(Penguasa di timur, penguasa di barat, jadilah Mandar bersatu).
(Tak berjarak tak berbatas, sebantal bersama).
(Dalam selembar tikar, saling memakaikan kain, menggelar tudung bersama).
(Bersaji nasi lunak, tanpa minuman pahit)
(Susah senang dipikul bersama).
(Menjunjung tinggi adat, memegang teguh petitih).
(Prinsip hidup (bersama) di Pitu Ulunna Salu, prinsip mati mulia di Pitu Ba'bana Binanga).
(Pitu Ulunna Salu mengikat kepala, Pitu Ba'bana Binanga menyanggul rambut (nya).
(Bagai piton menjaga sarangnya itulah Pitu Ulunna Salu, bagai hiu yang mengintai lautnya itulah Pitu Ba'bana Binanga).
(Bagai biji mata, hitam dan putihnya yang tak akan berpisah).
(Seperti itulah Pitu Ulunna Salu, Pitu Ba'bana Binanga).
(Jika seorang (perempuan) telah bermimpi mengandung bayi lelaki).
(Kelak akan menggoyahkan Pitu Ulunna Salu, Pitu Ba'bana Binanga).
Sirumungngi’i anna musessei, pasungi ana'na.
(Berkumpullah, belah perutnya, keluarkan janinnya).
Anna muanusangi sau di uwai tammembali.
(Hanyutkan ke derasnya air yang tak akan kembali).
Sebagai figur Raja masa depan yang jelas untuk Kerajaan :
"Bersama Rakyat, Bangkit Membangun Kerajaan yang Unggul, Maju dan Sejahtera untuk Semua."
1. Kemakmuran Rakyat. Mengembangkan sektor pertanian dan perdagangan untuk memastikan setiap rakyat hidup sejahtera;
2. Pendidikan dan Teknologi.
Membawa pendidikan modern hingga ke pelosok Kerajaan sambil menghormati nilai-nilai tradisional;
3. Keadilan Sosial: Menjamin bahwa semua rakyat diperlakukan dengan adil, tanpa memandang status sosial;
4. Perlindungan Lingkungan.
Menjaga kelestarian alam Kerajaan untuk diwariskan kepada generasi berikutnya.
"Sebuah Kerajaan bisa Bangkit, Unggul, Maju dan Sejahtera apabila Figur Pemimpinnya mendengar suara rakyat dan bekerja untuk kesejahteraan mereka," ucap YM. Pangeran Arya Dirgantara dalam sebuah pidato singkat yang disampaikan kepada para Penasihat Kerajaan.
Kebijaksanaan YM. Pangeran Arya Dirgantara mulai dikagumi oleh seluruh Perangkat Adat Kerajaan. Para Penasihat yang telah lama melayani Kerajaan memuji pendekatan YM. Pangeran Arya Dirgantara yang penuh empati namun tegas dalam Pengambilan Keputusan.
"YM. Pangeran Arya Dirgantara bukan hanya seorang figur pemimpin, akan tetapi juga panutan bagi kita semua," kata Tomakaka Jambu Cappa Bate Dara'. Penasihat Utama Kerajaan yang Cerdas, Inspiratif dan juga adalah Tokoh Adat yang sangat dikagumi di Kerajaan.
Rakyat pun semakin mencintai YM. Pangeran Arya Dirgantara. Pada suatu acara akbar "Festival Panen Tahunan," di salah satu Desa Mandiri sebagai Lumbung Pangan Kerajaan, seorang Ibu tua dengan air mata haru berkata : "YM. Pangeran Arya Dirgantara, aku percaya engkau akan membawa Kerajaan ini ke masa depan yang lebih baik. Dikarenakan Engkau peduli pada kami, rakyat kecil."
YM. Pangeran Arya Dirgantara membalas dengan santun dan senyum hangat, "Keberhasilan Kerajaan ini merupakan keberhasilan kita semua, Ibu... Aku hanya melanjutkan apa yang telah kalian bangun selama ini."
Kerajaan mulai mempersiapkan penobatan YM. Pangeran Arya Dirgantara sebagai Raja. PYM. Sjamsi dan Permaisuri YM. Mirah memutuskan untuk mengadakan Upacara Adat Penobatan dalam waktu setahun mendatang, memberikan waktu bagi YM. Pangeran Arya Dirgantara untuk menyelesaikan program-program awal yang telah ia gagas dengan sikap atau pendekatan inklusif yang melibatkan semua orang tanpa memandang perbedaan latar belakang, kemampuan, status, atau karakteristik lainnya.
Pesta rakyat pun mulai dirancang untuk menyambut hari besar itu. Tarian tradisional, musik Kerajaan, dan Upacara Adat akan memeriahkan prosesi Penobatan.
Seri ini menggambarkan sosok YM. Pangeran Arya Dirgantara sebagai figur Raja yang penuh harapan untuk Masa Depan Cemerlang. Dengan kebijaksanaan yang diwariskan oleh Ayahandanya dan kasih sayang yang ia miliki dari Ibundanya akan dipersembahkan untuk seluruh rakyatnya.
YM. Pangeran Arya Dirgantara siap membawa Kerajaan menuju masa depan yang lebih gemilang. Hari Penobatan pun yang ditunggu-tunggu akan menjadi awal baru bagi Kerajaan ini, lalu kemudian dipimpin oleh seorang Raja yang tidak hanya memerintah, akan tetapi juga melayani dengan Hati. Oleh karena sesungguhnya dari "Hati" lah semua ketulusan berawal dan bermulanya suatu keikhlasan untuk bisa menerima segala sesuatu apa adanya dan mensyukuri apa yang ada dalam meniti hidup dan kehidupan ini sehari-hari. (Bersambung)