Mujudi Purba, Perahu Konting dan Kisah Tenggelamnya Kapal Van der Wijck 1936

 
"Mujudi Purba, Nelayan Brondong yang kini tengah menyelesaikan miniatur Perahu Konting menginspirasi sekaligus mengingatkan sejarah tenggelamnya Kapal mewah yang dibuat di galangan kapal Feijenoord, Rotterdam, Belanda pada tahun 1921 milik perusahaan Koninklijke Paketvaart Maatschappij, Amsterdam. Populer di sebut Kapal Van der Wijck"

Laporan : Warminto Masykar
Konting adalah salah satu model perahu nelayan yang digunakan nelayan Pantura Lamongan untuk beraktivitas melaut. Khususnya nelayan di Brondong. Meski ijon ijon atau jenis lainnya juga banyak digunakan. Namun, Konting yang paling populer dan banyak digunakan oleh nelayan di wilayah ini.
Perahu Konting mengingatkan kisah legendaris tenggelamnya kapal Van der Wijck pada 20 Oktober 1936.
"Nelayan yang ikut melakukan penyelamatan itu, antara lain, Mo Mad, Adi Todeh dan Suro Mian," kata Mujudi Purba
Saat itu, nelayan Desa Brondong, Lamongan, Jawa Timur, berhasil menyelamatkan 140 penumpang kapal Van der Wijck dengan menggunakan perahu Konting.

Meski ada yang menyebut nelayan saat membantu menyelamatkan para penumpang Kapal mewah yang dibuat di galangan kapal Feijenoord, Rotterdam, Belanda pada tahun 1921 itu, menggunakan jenis ijon ijon.

Namun, salah seorang nelayan Brondong Mujudi Purba yakin, bahwa jenis perahu yang digunakan oleh nelayan membantu menyelamatkan penumpang kapal Van der Wijck adalah perahu Konting.Miniatur Perahu Konting karya Mujudi Purba
"Oleh karena itulah, saya membuat miniatur perahu Konting ini, agar cerita sejarah itu tidak simpang siur," Ungkap Mujudi Purba.

Dari berbagai sumber disebutkan, sesampainya di pelabuhan Surabaya, kapal membawa muatan 150 ton besi dan 5 buah kondensor dengan masing-masing seberat 3 ton.

Pelayaran kapal mewah berakhir di Perairan Lamongan, Jawa Timur sekitar 12 mil dari Pantai Brondong, Lamongan. Ditengarai kapal tidak hanya memuat penumpang tapi juga  membawa barang-barang berharga.Tercatat 153 penumpang selamat, 58 penumpang tewas, dan 42 lainnya hilang seperti di tulis oleh de Telegraaf pada 22 Oktober 1936. Diperkirakan ada 250 orang yang ada di dalam kapal. Sumber lain, menyebut  jumlah penumpang pada saat itu adalah 187 warga pribumi dan 39 warga Eropa.

Awak kapal terdiri dari seorang kapten, 11 perwira, seorang telegrafis, seorang steward, 5 pembantu kapal dan 80 ABK dari pribumi. Kapal ini diberitakan miring saat berada 64 kilometer barat daya Surabaya.Setelah itu, hanya butuh enam menit hingga seluruh badan kapal tenggelam. Proses evakuasi yang melibatkan banyak orang, dari nelayan, pilot pesawat terbang, hingga kapal Angkatan Laut Belanda.

Pemerintah Hindia Belanda sempat mengerahkan delapan pesawat udara Dornier dikirim untuk menyelamatkan penumpang. Termasuk kapal bantuan dan perahu nelayan setempat turut membantu mengevakuasi korban.Sayangnya, bantuan itu tak dapat menyelamatkan penumpang kapal secara keseluruhan. Sebanyak 75 penumpang dinyatakan hilang. Namun Kapten Akkerman, Nakhoda kapal selamat dari peristiwa itu."Nelayan yang ikut melakukan penyelamatan itu, antara lain, Mo Mad, Adi Todeh dan Suro Mian," kata Mujudi Purba.

Masih kata dia, karena bantuan yang diberikan oleh nelayan saat itu, tidak tanggung tanggung, pemerintah Belanda akhirnya memberi hadiah kepada nelayan Brondong, berupa Perahu Konting ini."Nah, karena Perahu Konting ini, memiliki nilai sejarah yang luar biasa, saya lantas berusaha mengabadikan dengan dengan membuat miniatur Konting ini," lanjut Mujudi Purba. (*)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama