"Invitation" (bagian 4, episode 4) - Kapten Laurent dan Sabiq

Karya : Bayu W.
"Invitation"
Bagian 4 (episode 4)
Editor : W. Masykar
"Kapten Laurent dan Sabiq"
"Sabiq, biar saya saja yang menyiapkan makanan kecil nya”, kata Sielvie.
Sabiq sore itu menelpon Sielvie untuk mengundangnya datang di ujian doktor nya.
"Terima kasih Sielvie, tidak usah repot-repot… teman-teman yang lain juga akan nyiapkan makanan koq”, jawab Sabiq.
"Ah nggak apa-apa nanti digabung saja. Siapa yang ngoordinir makanannya ?", tanya Sielvie.
"Wahyu", jawab Sabiq singkat.
Wahyu adalah mahasiswa Indonesia yang sedang ambil program master, dia tidak pulang ke Indonesia karena sedang magang di perusahaan.

Sabiq sangat bersyukur karena dua hari dari berita bahwa Prof Indenbom bersedia menjadi juri, Sabiq mendapat kabar tentang jadwal ujian doctor. Ya, in syaa Alloh jadwal ujian pada Senin 16 Juni 2003, berarti kurang sekitar tiga minggu lagi. 

Sehingga ketika janjian ketemu makan siang dengan Kapten Laurent, hari Kamis siang di restoran kampus, Sabiq sekaligus memanfaatkannya untuk mengundang hadir di ujian doktornya.

“oui …. Capitant Laurent, avant que j’oublie, au fait j’ai l’honneur de vous inviter pour assister ma soutenance de thèse, aura lieu le 16 juin", (kapten Laurent, iya… sebelum saya lupa, saya mengundang anda untuk mengikuti ujian doktor saya, pada tanggal 16 juni) kata Sabiq.

"Ah … c’est une bonne nouvelle, vous avez maintenant la date de votre soutenance, je vais organiser mon emploi du temps afin que je puisse assister votre soutenance de thèse. Ça sera où ?", (ah… itu kabar baik, kamu sekarang sudah memiliki tanggal ujian doktor kamu, saya akan mengatur jadwal waktu saya agar saya dapat mengikuti ujian doktor kamu. akan dilaksanakan di mana ?) jawab Kapten Laurent.

"Officiellement, je vais vous envoyer une lettre d’invitation", (secara resmi, saya nanti akan mengirimkan undangan tertulis kepada kamu) jawab Sabiq.Pertemuan siang itu hanya diskusi biasa saja, tidak ada interview seperti saat di kantor polisi. Kapten Laurent hanya menanyakan program Sabiq apa setelah selesai doktor. Sabiq menjawab akan kembali ke Indonesia dan bekerja sebagai dosen. Karena di Prancis ini adalah tugas negara untuk belajar doctor, jadi tidak akan tinggal menetap di Prancis. Sebagai pegawai negeri, setelah selesai studi wajib kembali ke tanah air untuk mengabdi kepada bangsa dan negara. 

Setelah pertemuan di resto-u itulah Sabiq berani berkirim kabar ke mailist teman-temannya Komite zakat bahwa Alhamdulillaah sepertinya sudah tuntas urusan dengan kepolisian. Sekarang waktunya konsentrasi persiapan ujian doctor. Teman-teman nya di grup mail, semua turut bersyukur dan mengucapkan selamat ke Sabiq karena urusan tuduhan kepolisian itu sudah selesai.

Satu hal yang Sabiq ingat-ingat lupa bahwa di akhir pertemuannya di resto-u tersebut, kapten Laurent menanyakan apakah Sabiq mengenal atau dekat dengan seseorang bernama xxx yang tinggal di dekat Yogyakarta. Sabiq baru pertama kali mendengar nama xxx itu, maka Sabiq menjawab tidak tahu dan tidak kenal.

Kegiatan Sabiq minggu-minggu itu adalah menyelesaikan bahan presentasi dan latihan presentasi. Daftar undangan yang akan hadir satu per satu juga disiapkan, di antara daftar itu adalah Kapten Laurent, Ibu Yuli diplomat di kedutaan, presiden asosiasi muslim An Nour, teman-teman masjid, dan tentu teman-teman di Labo. Dalam daftar Sabiq, ada sekitar 25 an tamu undangan dari luar labo, maka dengan teman-teman labo, diperkirakan semuanya menjadi sekitar 55 an orang. Beberapa undangan resmi, Sabiq meminta tanda tangan dari Prof Debloyet. Bismillaah, semua undangan sudah dikirimkannya.

Wahyu sudah berdiskusi dengan teman-teman warga Indonesia yang ada di Caen tentang sajian apa yang khas Indonesia. Sesekali Wahyu berkomunikasi dengan Sabiq tentang jumlah undangan dan tempat ujian serta tempat menyantap hidangan. 

“Monsieur Laurent, il y a une lettre pour vous", (tuan Laurent, ada surat untuk anda) kata resepsionis kantor polisi.
Kapten Laurent seperti biasa pagi itu lewat pintu depan, resepsionis kantor menyerahkan surat kepadanya.
"Okay, merci", (iya, terima kasih) jawab Kapten Laurent sambil menerima surat itu, dan tetap sambil berjalan ke arah ruang kerjanya.
Sabiq sengaja mengirimkan undangan ke Kapten Laurent melalui kantor pos, meskipun satu kota dan Sabiq sudah hafal alamatnya. Sabiq ingin menyampaikan undangannya secara resmi dan juga mengenang dahulu bagaimana Sabiq juga menerima undangan dari Kapten Laurent via kantor pos. Satu lawan satu, pikir Sabiq.
Kapten Laurent membuka surat itu dan tertulis :
"Anne… tu viens ici!?", (anne, kamu ke sini) kata Kapten Laurent kepada sekretarisnya.
"Oui, monsieur!", (iya, tuan) jawab Anne sekretaris Kapten Laurent sambil mendekat.

"Tu regardes mon emploi du temps, et je veux que tu libères mes affaires pour le 16 juin et réserves pour cette invitation", (kamu cek agenda waktu saya, dan saya ingin kamu mengosongkan kegiatan saya untuk tanggal 16 juni dan kamu catat untuk undangan ini) kata Kapten Laurent sambil memberikan undangan tersebut.

"Oui, monsieur", (baik, tuan) jawab Anne sambil keluar ruangan.

Anne kemudian mengganti jadwal Kapten Laurent yang lain di tanggal 16 juni tersebut dengan agenda menghadiri undangan ujian doktor Sabiq. Tertulis jelas dan besar di agenda tersebut, sekitar dua minggu lagi.

Siang itu Sabiq dipanggil Stéphane dan memberi tahu bahwa semua naskah disertasi harus siap besok lusa, juga bahan presentasi, siangnya dilanjutkan dengan latihan presentasi di depan Prof Debloyet.

"Sabiq, après demain, tu feras répétition de ta présentation et M Debloyet va rejoindre avec nous", (sabiq, besok lusa, kamu latihan mengulang presentasi dan Pak Debloyet akan bergabung bersama kita) kata Stéphane.

Selama riset memang Sabiq jarang interaksi langsung dengan Prof Debloyet, hanya sesekali saja. Sebualan mungkin cuman 3 atau 4 kali ketemu, itupun saat Sabiq menunjukkan draft publikasi artikel. Praktis yang komunikasi erat adalah Stéphane. Stéphane ini dulunya adalah bimbingan doctor Prof Debloyet, termasuk mahasiswa kesayangannya. Jadi linear sekali, jika Stéphane okay bisa dibilang bahwa Prof Debloyet juga okay.Dua hari itu full tidak keluar-keluar kamar asrama, mempersiapkan bahan yang diminta Stéphane. Sebenarnya juga sudah dipersiapkannya, tetapi masih perlu koreksi dan juga latihan presentasi. Perasaan Sabiq bahwa besok lusa itulah sejatinya ujian doctor dia yang sesungguhnya, yaitu presentasi di depan Prof Debloyet dan Stéphane. Karena Sabiq yakin bahwa yang faham a – z terhadap hasil risetnya adalah mereka bertiga itu. 

Harusnya malam latihan presentasi, tetapi Sabiq malah berhenti di halaman pertama thesis nya, dan mencermati kalimat mutiara, kalimat hikmah. Sabiq menulis tiga kalimat:

"Ne pense jamais que demain matin tu seras moins chargé car l’effort est une fonction du temps", (jangan pernah berfikir bahwa besok pagi kamu akan kurang terbebani karena upaya adalah fungsi waktu).

"Une ligne droite est construite par des points connectés", (Sebuah garis lurus disusun oleh titik-titik yang terhubung).

"Être roi dans un petit royaume vaut mieux que d’être un soldat dans un grand royaume", (menjadi raja di kerajaan yang kecil lebih baik dari pada menjadi prajurit di kerajaan yang besar).
Di kamar asrama berukuran sekitar 8 m2 itu, berulang-ulang Sabiq membaca kalimat-kalimat itu dalam hati. Sepertinya tiga kalimat itu yang menjadi pelajaran penting selama mendapat tugas studi hampir enam tahun di Prancis. Apalagi praktis sebulan menjelang ujian doktor, Sabiq mendapat pengalaman penting terkait dengan Kapten Laurent. Syukur alhamdulillaah saat itu sudah agak jelas.

Lamunan Sabiq terhenti ketika melihat ke luar jendela, langit luar cerah berwarna kemerahan, pertanda waktu magrib sudah masuk. Bergegas Sabiq berganti baju dan turun ke bawah menghampiri sepedanya dan kemudian mengayuhnya menuju mesjid. Syukur Alhamdulillaah… tiba di masjid bertepatan dengan iqomah dikumandangkan, jadi belum telat.(*)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama