"Monsieur Husein" bagian 4 episode 2 - "Kapten Laurent dan Sabiq"

Karya : Bayu W.
"Monsieur Husein"
Bagian 4 (episode 2)
Editor : W. Masykar
"Kapten Laurent dan Sabiq"

“Assalaamu’alaikum Abou Bakr”, kata Sabiq saat tiba di pintu masjid An Nour. 

Sepi sekali. Hari minggu siang. Memang ketika hari minggu banyak jamaah masjid yang berdagang di pasar minggu an di tengah kota, pulangnya terkadang sehabis waktu dhuhur. Jadi yang sholat dhuhur hari minggu biasanya sepi. Sabiq baru saja tadi pagi tiba di Prancis dan langsung ke masjid An Nour dengan membawa satu koper langsung dari bandara. 

Iya, karena saat pulang satu setengah bulan lalu, Sabiq sengaja melepas kamar di asrama karena berencana pulang agak lama. Tetapi ternyata tidak jadi lama karena ada masalah dengan laptop nya. Berkali-kali pulang balik, tetapi baru kali itu, Sabiq kembali ke Prancis dan bersamaan dengan itu belum memiliki tujuan akan tinggal di mana. 

“Wa’alaikum salam…. Tiens, tu m’avais dit que tu vas rester longtemps au pays", (wa’alaikum salam… oh, kamu dulu bilang ke saya bahwa kamu akan tinggal lama di indonesia) jawab Abou Bakr.

"Oui, normalement comme ça, mais ce n’est pas le cas car j’ai eu un problème avec mon laptop, alors je ne peux pas travailler en Indonésie", (iya, seharusnya begitu, tetapi tidak demikian kenyataannya karena saya punya masalah dengan laptop saya sehingga saya tidak bisa kerja di Indonesia) jawab Sabiq.
"Alors, maintenant ça va ou pas encore ?", (jadi sekarang sudah jalan atau belum) jawab Abou Bakr sambil membantu Sabiq mengangkat koper ke arah dapur mesjid.

Pertanyaan Abou Bakr tersebut mengingatkan beberapa minggu lalu ketika pulang dari warnet, Sabiq langsung ke rumah Rohman dan mengajaknya mencari tiket balik ke Prancis. Saat itu, Rohman menginginkan agar tidak segera kembali ke Prancis karena akan ada kegiatan sunatan masal di kampung binaan gunung kidul. Warga sangat berharap Sabiq hadir karena diminta memberikan semangat kepada anak-anak yang akan dikhitan. Sabiq tidak bisa hadir karena sudah harus ke Jakarta dan kembali ke Prancis.

"Alhamdulillaah.. Ça va bien, c’est okay", (alhamdulillaah, baik, sudah okay ) kata Sabiq.
"Abou Bakr, tu connais un frère qui a appartement libre pour trois ou quatre mois ?", (Abou Bakr, kamu tahu saudara kita yang punya apartemen kosong untuk tiga atau empat bulan ?) tanya Sabiq.
"Pourquoi et pour qui ?", (kenapa dan untuk siapa) tanya Abou Bakr.
"Pour moi, car avant de rentrer en Indonésie il y deux mois, j’ai libéré ma chambre au cite-u", (untuk saya karena sebelum kembali ke Indonesia dua bulan lalu, saya membebaskan kamar saya di asrama kampus) jawab Sabiq.

"T’enquêtes pas, ça fait longtemps M Husein m’a dit qu’il cherche un ami qui veut rester chez lui car le mois prochain il va retourner au bled pour six mois", (jangan khawatir, sudah lama Pak Husein berkata ke saya bahwa dia mencari teman yang mau tinggal di rumahnya karena bulan depan dia akan kembali ke negaranya selama enam bulan) jawab Abou Bakr.

"In syaa Alloh la prière de dhohr, il est la et on en parlera", (in syaa Alloh sholat dhuhur nanti dia ada dan kita bicarakan itu) tambah Abou Bakr.

Sabiq berkali-kali mengucap alhamdulillaah, Alloh selalu memberikan solusi terhadap masalah-masalah yang dia hadapi. Sabiq sebenarnya perlu penginapan sementara saja, karena mulai Senin besok tentu dia akan mengurus minta ijin tinggal di asrama kampus lagi. Mereka berdua kemudian asyik bercerita sana sini, kabar keluarga di tanah air semua ditanyakan Abou Bkr, karena kabar krisis dan berbagai masalah kerusuhan di Indonesia diketahui oleh semua teman-teman masjid.Apalagi saat itu, Sabiq mendengar cerita dari salah satu temannya, yang sedang studi di Inggris. Kebetulan juga sedang berlibur ke Indonesia dan ijin tinggalnya habis saat di Indonesia. Maka dia mengurus kembali visanya dan ditolak, tidak ada alasan jelas. Tetapi pasca isu internasional tentang terorisme itu, mahasiswa Indonesia yang sedang studi di luar negeri banyak yang menjadi korban.

Korban penggeledahan, korban tuduhan anggota jaringan teroris, gagal mengurus perpanjangan ijin tinggal, ditolak mengurus visa dan masih banyak lagi. Bahkan ada beberapa negara yang kemudian melarang berjilbab di tempat kerja, padahal sebelumnya tidak masalah. Banyak sisi negatif yang terjadi saat itu, islam dipojokkan pada citra negative, citra teroris, citra miskin, citra imigran gelap, citra orang bodoh.

Meskipun ada sisi positif yang luar biasa. Alloh SWT memberikan banyak hikmah dan hidayah. Meskipun belum masuk Islam, banyak orang barat yang penasaran terhadap islam, benarkah ada agama yang mengajarkan doktrin teroris?

Pertanyaaan itu yang tidak bisa dijawab dengan media. Mereka akhirnya mencari jalan solusi sendiri. Banyak di antara mereka yang akhirnya membeli Al Qur’an dan membaca artinya, mempelajarinya. Buku-buku islam banyak yang terjual. Satu-persatu, penasaran dan keheranan mereka terjawab bahwa islam adalah agama yang membawa kebaikan bagi semesta alam (rahmatan lil ‘aalamiin). 

Manusia pemeluknya saja yang terkadang memiliki salah memaknai agama islam. Jelas sudah. Yang salah bukan islam tetapi ada sebagian pemeluknya yang ekstrim. Dengan pada masa periode peristiwa itu, banyak yang akhirnya memeluk islam.

Akhirnya Sabiq tinggal di apartemen Pak Husein sekitar 2 bulan, satu bulan bersamaan dan satu bulan berikutnya sendirian, karena Pak Husein pulang berlibur ke Aljazair. Sabiq sendiri mulai bulan Mei sudah mendapatkan asrama di kampus. Maka sejak bulan Mei Sabiq tinggal di asrama kampus, meskipun sesekali tetap mampir ke apartemen Pak Husein karena diminta untuk menjaga dan membersihkan selama ditinggal pulang.(*)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama