Tahlil Kemerdekaan dan Ngaji Sejarah Hari Jadi Desa Brondong 5 Desember 1596


Laporan : W. Masykar
Bertempat di Masjid Al Jihad Astana Brondong,  sejumlah ahli dan pegiat sejarah berkumpul menguak sejarah Sidajoe (Sedayulawas) dan sekitarnya - yang ternyata memiliki korelasi kuat dengan Ki Ageng Brondong dan Mbah Buyut Sentono.
Kegiatan yang bertajuk " Tahlil Kemerdekaan dan Ngaji Sejarah" (Air Laut yang Memerah) tersebut dihadiri dua narasumber ahli sejarah pesisir Utara Jawa, Eko Jarwanto dan Pegiat Sejarah Sidajoe (Perlawanan Islam Pesisir di Utara Jawa) Fathur Rahman.Menurut Mujiono salah seorang pengurus Takmir Masjid Al Jihad Astana Brondong, kegiatan Tahlil Kemerdekaan dan Ngaji Sejarah diharapkan bisa menggali sejarah yang selama ini masih terpendam, terutama dari data data primer yang ternyata masih ada dan tersimpan. Khususnya sejarah Sidajoe atau Sedayulawas.

"Sebenarnya kegiatan Tahlil Kemerdekaan dan Ngaji Sejarah ini, tidak an sich menguak sejarah cikal bakal Mbah Buyut Sentono, tapi sejarah Sidajoe (Sedayu lawas) yang bisa jadi dari situ, wilayah disekitarnya, seperti Brondong sampai Mencurek dan Priggoboyo (malam Joko Tingkir) ada kaitannya," Ungkap Jiono.

Fathur Rahman, Pegiat Sejarah asal Sedayulawas yang juga menjadi narasumber sumber pada kegiatan tersebut menceritakan bahwa leluhur masyarakat Brondong dan Sedayu telah membuktikan bahwa Brondong dan Sedayu merupakan kawasan yang kaya akan sejarah dan nilai-nilai kejuangan.
"Itu sejak 429 tahun yang lalu tepatnya 2-5 Desember 1596 dengan mengusir pihak kaum penjajah kolonial dari pesisir pantura", Ungkap Fathur Rahman.

Masyarakat Brondong dan Sedayu lanjut praktisi Pendidikan di SMAN Paciran ini, telah membuktikan diri sebagai agen prototipe nasionalisme bangsa dan negara sejak dulu. Mereka telah berjuang melampaui batas-batas waktu dan sekat lokalitas.Makanya, masih kata Fathur Rahman, kegiatan bedah sejarah yang diprakarsai takmir masjid Al Jihad Brondong adalah bagian menggali khazanah leluhur yang patut diapresiasi. "Nilai-nilai yang digali dapat menjadi warisan berharga dan juga kebanggan bagi masyarakat Brondong pada umumnya serta generasi muda khususnya", tandas dia.

Fathur Rahman berharap nilai historis dan semangat juang tersebut juga dapat menjadi sumber pengembangan desa dalam berbagai segi ekonomi, pendidikan, budaya, dan pemerintahan.

Salah seorang peserta, H. Darwoto pada kesempatan yang sama mengusulkan penggalian hari jadi Desa Brondong. Ternyata usulan ini disambut baik dan bahkan sudah ada tetenger bahwa Hari Jadi Desa Brondong yakni pada 5 Desember 1596.
Pada tahun itu, ada kaitannya dengan unsur heroik warga Brondong bersama Sedayu menyatu mengusir Armada Cornellis de Houtman dari Belanda.(*)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Adv.