Bahan Baku Arang Sulit, Pembuat Arang Kelabakan


REMBANG-Profesi pembuat arang yang ditekuni warga desa Sumber Mulyo,  Kecamatan Sale, khawatir kehabisan bahan baku, pasalnya stok bahan baku dari pengepul sudah sulit didapatkan. Selama ini bahan baku diambil dari limbah ranting dari kawasan Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Kebonharjo dan belum ada alternatif lain untuk memenuhi bahan baku pembuatan arang. Arang produksi dari desa Sumber Mulyo  ini sangat diburu para warga di seputaran kabupaten Rembang, Tuban dan Blora.

Sebagai bahan bakar non migas. Kasmudi (35) tahun warga RT01/RW03 desa Sumber Mulyo mengatakan, bahan baku berupa limbah kayu jati, asam dan mahoni saat ini makin sulit didapat, seiring dengan banyaknya pesaing yang mengunakan bahan baku yang sama, yakni usaha pembakaran batu gamping dan batu bata yang terdapat di Kecamatan Sale, Sedan dan Pamotan.

Permintaan memang terus meningkat, tapi terbentur masalah bahan baku yang sudah mulai sulit, padahal sekali memanggang arang, minimal dibutuhkan bahan baku satu angkutan bak terbuka seharga Rp 350,000, apalagi cuaca yang sulit untuk di prediksi seperti saat ini membuat pengusaha arang yang berada di desa tersebut semakin terpuruk, karena tidak mungkin melakukan pembuatan arang pada saat turun hujan, kualitas arang, di tentukan dari kwalitas bahan baku yang digunakan seperti jati, mahoni, dan asam. Baik dan buruknya kualitas arang selain dari bahan baku juga tergantung dari hasil pemangganga dan cuaca.

Untuk sekali bongkar dari pemanggangan, bisa menghasilkan tujuh hingga delapan karung arang siap pakai, dengan kisaran harga Rp30.000 hingga Rp50.000 per karung, disesuaikan kualitas dan bahan baku yang digunakannya.pada saat ini, kondisi pembuat arang yang ada di desa Sumber Mulyo sudah banyak berkurang dan bisa di hitung dengan jari, dan sudah tidak bisa berproduksi karena kesulitan mendapatkan bahan baku dan di perparah dengan adanya cuaca yang tidak menentu seperti saat ini. Padahal permintaan arang produksi dari desa Sumber Mulyo terus mengalami peningkatan yang cukup signifikan.

Sebenarnya banyak warga yang ingin kembali menekuni sebagai pembuat arang dengan alasan selain murah dan aman, pembuatannya relatif singkat dan tidak mengandung banyak risiko, tapi karena kondisi, maka sementara hanya beberapa yang memproduksi arang sedangkan lainnya ada yang menggarap lahan milik Perhutani sebagai pesanggem.(hasan/kir)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama