Sedikit Masalah Muncul Gara-gara Politik Adu Domba, Presiden Jokowi: Masalah Keberagaman Kita Sebenarnya Sudah Selesai

Presiden Jokowi berbincang dengan peserta Pertemuan Pimpinan Gereja dan Rektor/Ketua Perguruan Tinggi Agama Kristen Seluruh Indonesia, di Istana Negara, Jakarta, Rabu (24/10) sore. (Foto: JAY/Humas Setkab)

JAKARTA  (wartamerdeka.info) - Presiden Joko Widodo meminta para tokoh agama dan tokoh masyarakat agar terus menyampaikan kepada umat bahwa Indonesia merupakan negara besar dengan keberagaman. 

"Inilah fungsi tokoh-tokoh agama, tokoh masyarakat untuk terus memberitahukan kepada umatnya agar sadar betul negara ini negara besar dengan keberagaman," kata Presiden Jokowi saat membuka pertemuan pemimpin gereja dan rektor/ketua perguruan tinggi agama Kristen seluruh Indoneaia di Istana Negara Jakarta, RabuR(24710/2018).

Kepala negara menyebutkan sejak merdeka hingga saat ini sebenranya masalah keberagaman sudah selesai. "Sejak awal sampai sekarang, sebetulnya nilai kita itu sudah A, masalah keberagaman audah rampung, negara lain melihat kita terkagum-kagum," katanya. 

Ia menyebutkan Indonesia memiliki 714 suku dengan 17.000 pulau, memiliki sekitar 1.100 bahasa, memiliki 514 kota dan kabupaten serta  34 provinsi. 

"Penduduk kita sekarang sudah 260 juta dan kita ini diberkati oleh Tuhan dengan keberagaman, perbedaan-perbedaan, warna-warni. Sebetulnya sudah selesai masalah kebhinekaan, sudah rampung," katanya.

Menurut dia,  tidak pernah ada yang memasalahkan keberagaman itu karena sudah ada kesepakatan di antara para pendiri bangsa ini. 

"Tapi gara-gara pilihan bupati, pilihan wali kota, pilihan gubernur, pilihan presiden. Nah ini dimulai dari sini, sebetulnya dimulai dari urusan politik yang sebetulnya setiap lima tahun itu pasti ada," katanya.  

Ia menyebutkan adanya politik tidak beradab, yang tidak beretika dan yang tidak bertata krama Indonesia.

"Cara-cara politik adu domba, cara-cara politik yang memfitnah, cara-cara politik yang memecah-belah hanya untuk merebut sebuah kursi, sebuah kekuasaan semuanya dihalalkan. Nah dimulai dari sinilah sehingga muncul sedikit masalah," katanya. 

Ia mengaku kondisi itu yang menyebabkan dirinya sempat kelepasan dengan menyampaikan adanya politikus "sontoloyo". 

"Jengkel saya, saya itu enggak pernah pakai kata-kata seperti itu, karena sudah jengkel ya keluar. Saya itu biasanya bisa 'ngerem', tapi kalau udah jengkel ya gimana," katanya. 

Kepala negara juga menyebutkan bahwa letupan kecil dalam negara yang beragam seperti Indonesia dapat membahayakan. "Sehingga apapun selalu saya sampaikan untuk segera diselesaikan kalau ada letupan-letupan kecil," katanya. 

Menurut dia, kalau ada pilihan bupati, pilihan wali kota, pilihan gubernur, pilihan presiden, dengan calon yang sudah ada,  maka lihat programnya, rekam jejak dan prestasinya. 

"Setiap kontestasi politik seharusnya merupakan adu program, adu ide, adu gagasan, adu rekam jejak. Bukan adu fitnah, adu saling mencela, bukan adu hoaks, bukan itu. Itu akan mengundurkan kita ke belakang. Tidak mematangkan dan mendewasakan kita dalam berdemokrasi," kata Presiden Jokowi. 

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama