Slogan "YES", Kampanye Terselubung Menuju Pilkada Lamongan 2020

Penulis: W. Masykar


DALAM beberapa bulan terakhir ini, kesibukan Sekda Lamongan, Yuhronur Efendi sangat luar biasa. Baik dalam kesibukan kedinasan atau kegiatan tambahan diluar dinas. Dan itu wajar sehingga tidak perlu diperdebatkan.

Namun, menjadi sesuatu yang patut dipertanyakan ketika pada tataran tertentu kesibukan yang dikemas dengan  berbagai judul, tema dan bingkai tersebut menjadi vulgar dan sampai di luar logika, untuk tidak mengatakan sebagai kesibukan dengan gaya pendekar  "jurus mabuk".

Mulai kesibukan kedinasan bahkan "menciptakan" kesibukan tambahan diluar dinas sampai pada terpampangnya banner dan baliho di hampir sudut dan jalan di wilayah kabupaten Lamongan, mulai banner dan baliho Porprop Jatim sampai yang berseragam Pramuka dengan posisi hormat.

Tak berhenti disini, "YES" sebagai slogan politik yang telah dibentuk dan dibangun untuk menjadi identitas politik yang terus menerus diulang dalam setiap kesempatan di manapun dan kapanpun diharapkan akan bisa masuk pada tataran kesadaran calon pemilih atau pendukung. Saya tidak bermaksud menilai apakah menggunakan slogan politik seperti itu, bagi seseorang yang masih menjadi pejabat aktif, melanggar moral atau etika politik, biar saja itu menjadi penilaian khalayak.

Akan tetapi, saya memandangnya lebih pada tataran bagaimana slogan politik "YES" bisa memainkan peranan politik dalam merekonstruksi kesadaran politik pemilih yang selanjutnya mampu memberi pengaruh kuat pada arah preferensi politik khalayak.

Simple is very better, sederhana itu lebih baik. "YES", sebuah slogan sangat sederhana, pengulangan secara terus menerus sangat diharapkan akan mudah tertanam dalam ingatan publik.

Termasuk, bagaimana agar slogan politik itu efektif adalah mereproduksinya dalam bentuk material alat kampanye politik, seperti Kaos dan Topi, Topi YES, misalnya. Inilah yang belakangan terus menerus digiatkan oleh Yuhronur Efendi, Sekda Lamongan.

Lantas? Apa sebenarnya yang akan dibentuk dan sekaligus dicapai (hasil) dengan semua langkah politik seperti itu?
Barangkali disinilah bahasan ini mulai menemukan daya tariknya. Beberapa waktu kemarin, di wartamerdeka.info menulis Jelang Pemilukada Lamongan, Awas "Penumpanga Gelap" sangat menarik. Dalam tulisan tersebut, direktur LP3M menyindir ada penumpang gelap di Pilkades serentak, sayangnya tidak menyebut siapa sosok penumpang gelap yang dimaksud. Namun, lebih pada tindakan memanfaatkan kesempatan dalam momen momen penting, termasuk momen Pilkades serentak.

Mengambil momen disini sebagai upaya melakukan (numpang) kegiatan kampanye.
Menurut Rogers dan Storey pengertian kampanye adalah rangkaian tindakan komunikasi yang terencana yang tujuannya menciptakan efek tertentu pada khalayak yang dilakukan secara berkelanjutan pada kurun waktu tertentu. Dengan pengertian seperti ini, maka kesibukan yang luar biasa, sekda Lamongan termasuk semua atribut banner dan balihonya eksplisit atau implisit masuk kategori kampanye.

Tujuan kampanye pun beragam sangat bergantung pada tujuan dari kampanye itu sendiri. Meski secara umum tujuan kampanye, untuk menggugah dan mengembangkan isu isu tertentu dengan menyampaikan informasi produk atau gagasan yang dikampanyekan sehingga masyarakat menyukai, simpati, dan  berpihak kepada yang melakukan kampanye.

Kalau misalnya kampanye sebuah produk, bagaimana produk tersebut bisa mempengaruhi khalayak untuk mencintai produk tersebut, kemudian membeli atau menggunakannya.

Kalau kampanye masuk kategori kampanye politik, maka tujuannya agar khalayak tergugah untuk mendukung seseorang atau calon tertentu pada pileg, pilpres atau Pemilukada.

Semua itu, tinggal bagaimana mengemas sebuah kampanye sesuai dengan jenis dan kategorinya.

Karena arah dari perilaku politik (kampanye), pastilah akan memunculkan tujuan dan orientasi. Kemana orientasi sebuah kampanye yang akan dituju. Karena orientasi kampanye bisa dilihat dari kemasannya, sesungguhnya suatu kampanye dilakukan berorientasi apa dan kemana.

Apakah kampanye yang dilakukan berorientasi produk, seperti membangu citra positif sebuah produk komersial, sehingga khalayak terpikat untuk membeli atau menggunakan produk tersebut, (produk komersial/industri).

Atau kampanye yang orientasinya pada kandidat, pencalonan,
(Candidate Oriented Campaigns) seperti pemilu atau pemilukada.

Nah, dari kacamata kedua, apa yang dilakukan oleh Sekda Lamongan belakangan ini, masuk dalam tataran kegiatan yang berorientasi pada per kandidatan, rencana pencalonan bupati Lamongan 2020 ini.

Seperti yang disebut banyak media, bahkan dibeberapa status postingannya di medsos. Masalahnya kemudian adalah, elok kah (etiskah) dua pekerjaan (perilaku) dilakukan bersamaan? Sebagai pejabat sekda dan sebagai bakal kandidat pada bursa pemiluka Lamongan tahun depan.
Apakah tindakan berlebihan tersebut lantas ada yang berpendapat mencuri start kampanye?

Dan seberapa besar pengaruh (hasil) yang mampu didapatkan pada sejumlah kegiatan yang ditengarai berorientasi pada pencalonan bupati? Apapun penjelasannya, yang pasti, TOPI YES, sebagai reproduksi material kampanye politik akan merekonstruksi pemahaman publik yang makin beragam.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama