JAKARTA (wartamerdeka.info) - Menteri Koordinator (Menko) Perekonomian Airlangga Hartarto Kamis siang (17/2/2022), menerima kedatangan Presiden Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Perubahan Iklim ke-26 (COP26) Alok Sharma guna membahas beberapa isu terkait perubahan iklim dan juga tindak lanjut mengenai Glasgow Climate Pact.
COP26 dan Glasgow Climate Pact sepakat dan terus mendorong negara-negara di dunia untuk berkolaborasi dan bekerja sama lebih erat lagi dalam memastikan dan menjaga iklim global agar tidak lebih dari 1,5 derajat.
Pada kesempatan itu, Airlangga menyampaikan bahwa Indonesia akan terus menjalankan komitmen dalam upaya mengurangi emisi dan meningkatkan stok karbon.
"Langkah ini didukung karena kita memiliki 120 juta hektar hutan dan lahan gambut terbesar kedua di dunia," ujar Airlangga.
"Bersama-sama, kita dapat melindungi dan memulihkan ekosistem sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat," tambahnya.
Di hari yang sama, Alok Sharma, dalam diskusi Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) bertajuk “In Conversation with Alok Sharma: Delivering the Climate Promises of COP26”, mendorong peran Indonesia dalam pembahasan isu perubahan iklim, terutama mengingat kepemimpinan Indonesia dalam presidensi G20 tahun ini.
"Indonesia bisa menjadi negara yang memimpin sebuah keputusan bersejarah, yaitu G20 yang memprioritaskan agenda net-zero,"
kata Alok.
Ia mengatakan bahwa 18 dari 20 (negara G20) telah berkomitmen untuk mencapai misi nol-bersih secara formal. Untuk itu, Indonesia memiliki peluang yang besar untuk mendorong agenda tersebut.
"Saya ingin presidensi Indonesia di G20 dapat bekerja sama dengan
presidensi Inggris di COP26 untuk memastikan bahwa kita semua mendorong
isu-isu terkait target pengurangan emisi 2030," ujar Alok.
Dalam diskusi tersebut, Alok juga menjelaskan bahwa komitmen untuk
mengeliminasi penggunaan batu bara, yang disetujui pada hasil KTT
Perubahan Iklim ke-26 (COP26), merupakan progres bersejarah dalam aksi
iklim dunia.
Ia mendorong seluruh negara untuk mengimplementasikan Pakta Iklim Glasgow (Glasgow Climate Pact) sehingga visi untuk mempertahankan suhu bumi pada 1,5°C dapat tercapai, sebagaimana yang ditargetkan dalam Perjanjian Paris.
“Moto utama saya tahun ini adalah delivery. Kita
harus memastikan visi-visi ini menjadi kenyataan. Bagaimana kita lebih
mendorong penggunaan energi yang dapat diperbaharui dan eliminasi
penggunaan batu bara,” ujar Alok Sharma dalam percakapan mengenai hasil
KTT COP26.
Ia mengapresiasi inisiasi delivery plan
dari Jerman dan Kanada guna meningkatkan komitmen negara dalam
memastikan pemenuhan janji dana sebesar 100 miliar dolar AS (Rp1,4
kuadriliun) untuk mitigasi dan adaptasi terhadap krisis iklim dunia.
Selain itu, diskusi tersebut juga membahas peluang dan risiko yang
muncul dalam implementasi Pakta Iklim Glasgow, mekanisme alokasi sumber
daya finansial untuk keperluan pendanaan iklim bagi negara-negara yang
membutuhkan, serta berbagai contoh model pembangunan yang dapat
diterapkan guna mencapai target pengurangan emisi. (An)