MESKI TERBARING LEMAH DIRANJANG, SANG USTAD TETAP SEMANGAT MENGAJAR NGAJI ANAK-ANAK DESANYA

Danrem 071/Wk Kolonel Inf Suhardi menengok Ustadz Sugiarto 

BANYUMAS (wartamerdeka) - Lantunan ayat-ayat suci Al Quran menggema dari ruang tamu rumah Ustad Sugiarto (38) yang tinggal di Grumbul Pucung RT.2 RW.6 Desa Karangbawang Kec.Ajibarang Kab.Banyumas.

Saat dijenguk Danrem 071/Wk Kolonel Inf Suhardi,  kemarin,  tampak dua puluhan anak duduk berderet berdekatan menghadap Sang Ustad dengan silih berganti melantunkan ayat-ayat suci Al Quran, masing-masing anak menyangga Al Quran dan Iqra'. Sementara Sang Ustad sambil berbaring lemah sambil mendekap Al Quran, mendengarkan dan sesekali mengoreksi apa yang dilantunkan anak-anak didiknya membaca Al Quran dan Iqra. 

Seraya mendengar dan mengoreksi, iapun turut menyambung lantunan ayat-ayat Al Quran yang dibawakan anak didiknya dengan membaca Surat-Surat Al Quran.

Secara bergiliran anak-anak ini ditunjuk Sang Ustad melantunkan Surat Al Quran yang diminta Sang Ustad.

Apabila anak didiknya yang masih belum fasih dan masih terbata-bata, Sang Ustad langsung membetulkan bacaan santrinya setiap terjadi kesalahan membaca anak didiknya. Tak hanya anak-anak usia sekolah, anak-anak usia dini turut serta belajar mengaji bersama Sang Ustad.

Lima belas tahun berlalu, sejak Sang Ustad Sugiarto divonis mengalami kelumpuhan total akibat kecelakaan lalu lintas pada tahun 2002 silam, Ustad Sugiarto sabar dalam menghadapi kehidupannya. Dengan disertai semangat menggebu, ia mengajar anak-anak di Desanya meski dengan cara berbaring karena kelumpuhannya.

"Saya serahkan diri kepada Yang Maha Kuasa Allah SWT. Saya hanya ingin istiqomah dalam menjalani ibadah ini, " ungkapnya,  kemarin. 

Sugiarto, awalnya merupakan pemuda berfisik bugar, sehat dan kuat. Setelah merampungkan pendidikannya di Pesantren dua puluh tahun lalu, ia memutuskan pulang kampung untuk membangun aqidah di Desanya dengan membuka semacam tempat pendidikan Al Quran bagi anak-anak desanya belajar mengaji dan pengetahuan keagamaan di rumahnya.

Nahas, suatu ketika saat ia hendak pulang ke rumah setelah belajar mendalami pendidikan agamanya di pondok pesantren di Cilongok, sebuah bus antar kota antar propinsi menabrak sepeda motor yang ia kendarai hingga jatuh.


Ia mengalami luka pada kaki dan tulang belakang patah. Sugi sempat dilarikan ke rumah sakit Islam Purwokerto, namun sarana belum memadai, iapun dirujuk ke RSUD banyumas dan beberapa hari menjalani rawat inap. Karena kondisinya yang cukup memprihatinkan, ia pun sempat dirujuk di RS Ortopedi untuk menjalani pemeriksaan tulang belakang dan kakinya tersebut. 

Selama menjalani perawatan rumah sakit, pembelajaran yang ia bangun seketika berhenti selama sebulan lebih. 

Saking antusiasnya Ustad Sugiarto memikirkan kondisi anak didiknya, ia pun tak menghiraukan keadaannya sendiri yang sedang sakit. 

Ia pun memutuskan pulang kerumah kembali mengajar mengaji. Seraya menjalani pengobatan sakitnya tersebut, waktu demi waktu berjalan hingga cepat berlalu, hingga sekarang selama 15 tahun ia berbaring sambil mengajar anak-anak desanya mengaji.

Kondisi yang lemah, tidak memarahkan semangatnya untuk tetap memberikan yang terbaik bagi anak-anak di desanya maupun para orang tua belajar ilmu agama baik mengaji membaca Al Quran maupun pengajian umum. 

Separuh tubuhnya lumpuh total dari tulang belakang hingga kaki, ia pun tidak dapat berubah posisi dalam rebahannya, miringpun ia tidak bisa, ia hanya berbaring menengadah atau terlentang.

Dalam kesehariannya, ia hanya ditemani ibunya yang selalu merawat dan menjaganya. Ia tidak pernah berkeluh kesah atas apa yang ia alami dalam hidupnya, sebaliknya ia bersyukur karena masih ada organ lain yang dapat membantu berucap, bersuara dan dapat membaca Al Quran dengan fasih dan jelas. 

Ingatannya juga masih tajam, hal ini ditandai dengan hafalnya ia mengumandangkan ayat-ayat suci Al Quran dan mengajari anak didiknya.
Sugi selalu optimis dan selalu semangat dalam menjalani hidupnya walaupun dalam kondisi seperti ini. 

Ia tak ingin semasa hidupnya dengan keadaannya seperti saat ini, terbuang sia-sia begitu saja tanpa mengamalkan ilmunya kepada orang lain. Baginya, sakit tidak jadi alasan untuk tidak berbuat baik dan memberi manfaat bagi orang lain.

"Saya tidak ingin menjadi orang merugi, karena menyia-nyiakan kesempatan yang diberikan Allah SWT kepada saya. Saya akan terus dan terus mengajar ngaji pada anak-anak hingga Allah SWT memanggil saya. Semoga dengan hal ini, bisa Istiqomah," katanya.

Sugiarto selama menjalani kehidupannya dalam mengajar mengaji, ikhlas dalam mengamalkan ilmunya kepada siapapun. Ia tidak memungut sepeserpun kepada para anak didiknya, walaupun kondisinya dan kondisi keluarganya yang serba kekurangan dalam menjalani kehidupannya sehari-hari. 

Ia merasa sangat beruntung karena anak-anak di lingkungannya bersedia meluangkan waktu untuk belajar mengaji. Dengan hal seperti itu, ia dapat mengamalkan ilmunya yang sekaligus membentengi mereka dengan iman dan akhlak mulia sehingga mereka tidak terjerumus dalam kehidupan negatif sesuai perkembangan situasi global saat ini.

Dikatakan Ustad Sugiarto, anak-anak masih mau mengaji sudah bagus. Tidak mengharap imbalan.

Dikatakan pula, terkadang saking pekewuhnya ia kepada para wali orang tua dari anak didiknya, yang terkadang membawakan ala kadarnya makanan untuk sang ustad sebagai bentuk tanda terima kasih anak-anaknya diajari mengaji.

Sugiarto dirawat ibunya, Tasem (53). Karena tidak cukup uang untuk mengobati atau memeriksakan Sugiarto ke rumah sakit, ibu Tasem terpaksa merawatnya dirumah dengan membeli obat yang dibeli di apotik.

Ibunya dengan sabar merawat dan menjaganya dan selalu berdoa akan kesembuhan putranya. Sesekali ia membersihkan luka pada kaki Sugi yang membusuk dan berbau. Tiga hari sekali, ia mengganti perban luka yang diderita Sugi.

"Saya sangat prihatin dengan kondisi Sugi yang terus memburuk. Tubuh Sugi, dulu gemuk kini berubah kurus kering. Luka dikakinya juga tak kunjung sembuh, meski telah mati rasa, " ujar Tasem.

Ia ungkapkan pula bahwa ian ingin memeriksakan Sugi kembali ke rumah sakit, namun kami tidak ada biaya untuk berobat. Ia pun tidak memiliki Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) baik BPJS maupun Jamkesda, meski keluarganya tergolong tidak mampu.

Disisi lain dengan kesabarannya merawat Sugi, ibu Tasem sangat bangga melihat semangat Sugi berjuang melawan sakitnya dan berjuang dalam mendedikasikan sisa umurnya untuk berbuat baik terhadap sesamanya dengan mengajar mengaji walaupun kondisi tidak memungkinkan.

"Saya selalu berdoa agar anak saya, Sugi sembuh sediakala, " ucap Tasem sambil menitikkan air mata.

Pada kesempatan yang sama, Ustad Sugiarto menyampaikan keinginan dan harapannya bahwa ia ingin sekali menambah pundi-pundi ilmu kepada para anak didiknya dengan membuatkan suatu tempat bacaan semacam perpustakaan yang berisikan buku-buku keagamaan dan buku-buku yang membangkitkan semangat anak-anak pengetahuan Agama Islam, agar mereka selalu berjalan di jalan Allah SWT. 

Selain itu, ia menginginkan agar tempat mengaji dirumahnya dapat diperluas agar mereka para anak didiknya dapat belajar dengan khusu tanpa berdesak-desakan. 

Ia pun memohon doa, agar diberikan kesembuhan dan kesehatan sehingga dapat berkumpul bersama ditengah anak didiknya belajar mengaji dan belajar ilmu agama bersama.(Didi) 

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama