Gubernur NA: 81 Persen Pasien Positif Covid-19 Di Sulsel Didominasi Imported Transmission

Gubernur Sulsel, Prof. HM Nurdin Abdullah bersama Pangdam XIV/Hasanuddin Mayjen TNI Andi Sumangerukka, hadir dalam Rakor Percepatan Penanganan Covid-19 di Balai Prajurit Jendral M Yusuf di Makassar

MAKASSAR (wartamerdeka.info) - Adanya peningkatan jumlah pasien positif virus corona atau covid-19 di Sulawesi Selatan, tidak perlu buru-buru dicap sebagai hal yang negatif. Sebaliknya, lonjakan yang terjadi hari itu menunjukkan sebuah perubahan positif, yaitu mulai bekerjanya laboratorium kesehatan di Sulawesi Selatan untuk melaksanakan tes COVID-19.

Sulsel sendiri mengalami peningkatan jumlah penderita Covid-19 cukup tinggi, yakni dari 13 menjadi 27 atau meningkat sebanyak 100 persen.

Gambaran transmisi virus pada pasien positif Covid-19 di Sulawesi Selatan menunjukkan bahwa dari 27 kasus, mayoritas masih didominasi oleh imported transmission atau perpindahan virus dari luar wilayah Sulsel sebanyak 81 persen dan local transmission atau perpindahan virus antar manusia di wilayah Sulsel sebanyak 19 persen.

"Mereka yang termasuk dalam kategori imported transmission ini ada yang berasal dari Arab (Umroh), Raha dan Bogor (Misa Kristiani), serta orang-orang yang kembali dari daerah yang terjangkit COVID-19," kata Gubernur Sulsel, Prof HM Nurdin Abdullah, dalam keterangan resminya, Minggu (29/3/2020).

Oleh karena itu, lanjut dia, Gugus Tugas dalam rapat Forkopimda Sulawesi Selatan dengan Bupati dan Walikota yang dipimpin langsung oleh Nurdin Abdullah, pada Kamis lalu, telah setuju untuk memperketat lagi upaya pengawasan terhadap jalur-jalur masuk ke wilayah Sulawesi Selatan. Baik itu melalui udara dan laut (bandara dan pelabuhan di Makassar, Pare-Pare, Bone, Siwa, dll) serta lewat darat (jalur Sulbar, Sulteng, dan Sultra).

Untuk kategori local transmission, upaya yang telah dilaksanakan adalah seluruh Kabupaten/Kota di Sulawesi Selatan telah mengeluarkan imbauan kepada masyarakat untuk melaksanakan physical distancing, atau upaya upaya menghindari kerumunan. Meskipun demikian, masih perlu dilaksanakan penguatan-penguatan

"Terhadap upaya physical distancing di Sulawesi Selatan, karena masih ditemukan beberapa kelompok masyarakat yang belum mematuhi himbauan ini sehingga semkain banyak terjadi peningkatan kasus ODP dan PDP," tutur Nurdin.

Untuk itu, ia bersama dengan Forkopimda akan memperbaiki Gugus Tugas dengan dilengkapi Satgas Pencegahan hingga Penindakan sehingga kinerja Gugus Tugas lebih optimal.

Selain itu, masyarakat terus diimbau untuk mengimplementasikan perilaku hidup bersih sehat (PHBS). Pertama yaitu sesering mungkin mencuci tangan selama 20 detik dengan air mengalir atau menggunakan hand sanitizer. Kedua yaitu meningkatkan daya tahan tubuh (imun) dengan cara mengkonsumsi makanan yang bergizi disertai suplemen vitamin, melaksanakan aktivitas fisik di rumah, serta mengurangi stress/panik.

Pelayanan kesehatan kepada ODP, PDP, dan Pasien Positif COVID-19 harus diberikan secara optimal. Oleh karena itu, fasilitas kesehatan di Sulawesi Selatan harus tetap siap melayani sesuai standar WHO dan Kementerian Kesehatan.

"Terkait dengan ketersediaan APD untuk tenaga medis di rumah sakit, Pemerintah Provinsi telah menerima bantuan APD dari Gugus Tugas Nasional serta bantuan sumbangan dari unsur masyarakat dan pengusaha. Selain itu, Pemerintah Provinsi juga sedang melaksanakan pengadaan APD," jelasnya.

Mengantisipasi lonjakan pasien di rumah sakit, maka pelayanan terhadap ODP, PDP, dan Pasien Positif COVID-19 tidak hanya dilakukan di RS Rujukan infeksi yang telah ditetapkan oleh Kemenkes, namun juga semua RS lainnya, baik milik Pemprov, Kab/Kota, maupun TNI/Polri. Pemerintah Provinsi sudah menyiapkan Rumah Sakit Sayang Rakyat sebagai pusat untuk pasien isolasi, serta Hotel Grand Sayang untuk tempat bagi tenaga medis.

"Pandemik COVID-19 ini merupakan sebuah ujian, tidak hanya bagi aparat Pemerintah, tetapi ujian bagi setiap anak bangsa. Jika kita bisa solid, menjaga sinergi yang kuat, saya yakin kita bisa melalui badai ini dengan baik. Kuncinya adalah tidak panik, tetapi tidak menganggap remeh. Tidak lupa memohon doa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa agar Sulawesi Selatan dapat melewati ujian ini dengan baik," pungkasnya.

Perlu diketahui, bahwa sebelumnya sampel tes pasien yang telah diambil seluruhnya dikirim ke Laboratorium Badan Litbang Kementerian Kesehatan di Jakarta. Karena sentralisasi ini, sehingga proses uji lab memakan waktu yang lama.

Contohnya di Sulawesi Selatan, di mana ada seorang pasien yang sudah meninggal namun baru beberapa hari kemudian hasil tes labnya menyatakan positif COVID-19.

Dengan adanya pelaksanaan tes secara mandiri oleh laboratorium yang berada di Sulawesi Selatan, maka pelaksanaan tes terhadap Pasien dalam Pengawasan (PDP) dan Orang dalam Pengawasan (ODP) akan lebih cepat dilaksanakan.

Selanjutnya, Gugus Tugas yang telah dibentuk di Provinsi Sulawesi Selatan dapat bekerja lebih cepat lagi untuk melaksanakan contact tracing terhadap orang-orang yang sudah keluar hasil tesnya, untuk kemudian dilaksanakan tindakan-tindakan seperti isolasi mandiri di rumah hingga penanganan di rumah sakit. (A)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama