Puasa, Iman, Dan Wajah Yang Ceria


Oleh: DIKIN*

Dalam bahasa arab, kata iman itu diartikan dengan (‘Tashdiq”) membenarkan, (“thuma’ninah”) ketenangan dan (“iqrar”) pengakuan. Pengertian istilah  iman secara syar’i adalah "Keyakinan dalam hati, Perkataan di lisan, amalan dengan anggota badan.

Iman adalah bagian yang terpenting bagi kehidupan  kaum muslimin. Iman juga merupakan harta yang paling berhaga,  rizki yang paling besar yang diberikan Allah kepada kita. Iman juga memiliki kedudukan yang luhur dalam setiap aktifitas batini dalam menjalin hubungan vertikal dan horisontal.

Setiap kebaikan yang kita lakukan dunia, akan berdampak pada saat ini,  dan masa depan atau akhirat  juga   tergantung pada iman. Bahkan orang mukmin sejati akan menemukan kebahagiaan dalam kesadarannya akan kemahahadiran Allah, atau pada kebahagiaan diakhirat atau pada keduanya. Sebagaimana firman Allah :

"Adapun siapa saja baik laki-laki atau perempuan yang melakukan perbuatan perbuatan kebajikan, dan sementara itu dia adalah seorang yang beriman, dia pasti akan kami buat menjalani kehidupan yang baik, dan kami pasti akan memberikan pahala orang semacam itu dengan lebih baik dari apa yang mereka perbuat."  (QS. an-Nahl [16]: 97).

Dalam hidup ini iman seseorang itu tidak selalu konstan atau fluktuatif,  yang selalu bisa bertambah dan bisa pula berkurang tergantung kebiasan dan prilaku. Oleh karena menjaga konsistensi iman adalah sangat penting dalam  kehidupan yang penuh ketidak pastian ini.

Imam addailami, menyatakan, apa empat tanda yang menggambarkan bahwa iman seseorang itu selalu konstan atau cenderung bertambah atau naik.

Pertama, bahwa tanda imam seseorang itu konstan adalah ditandai dengan wajahnya yang ceria (wajham munbasitha), yaitu wajah yang selalu gembira, selalu nampak rama.  wajah yang memperlakukan semua orang dengan penuh santun dan menyenangkan.

Rasulullah SAW merupakan teladan yang selalu menunjukkan wajahnya dengan siapapun,  dengan penuh senyuman dan tawa, yang menyenagkan  siapapun yang berhadapan dengannya selalu merasa disitimewakan, dengan senyumannya.

Karena pentingnya berwajah ceria dan menyenangkan  itu, Rasulluhah memasukkannya sebagai sebuah keutamaan amal. Siapa saja yang memasukkan kebahagiaan kepada hati (qalbu) sesama kaum mukminin adalah sodaqoh.

Kedua, bahwa tanda iman seseorang itu konstan adalah ditandai dengan tutur katanya yang lembut (Lisanan lathifan), yaitu tutur kata yang baik, yang banyak memberi inspirasi dan motivasi bagi siapapun yang mendengarkannya.

Rasullullah bersabda, barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah bertutur kata yang baik, (menginspirasi, memotivasi), jika tidak, maka lebih baik diam. 

Ketiga, bahwa tanda iman seseorang itu konstan adalah ditandai dengan hatinya yang penuh kasih (Qolban Rahiman). yaitu hati yang penuh empati, hati yang penuh kasih sayang dengan sesama, yang menguatkan dan meringankan beban penderitaan orang lain. Hal ini sangat  dibutuhkan pada pada saat mengalami cobaan yang berat dengan mewabahnya virus Covid 19 ini, yang sampai sekara masih belum berakhir.

Keempat, bahwa tanda iman seseorang itu konstan adalah ditandai dengan Tangan yang muda memberi (Yadan mu’tiyatan) yaitu tangan yang selalu siap mengulurkan tangannya disaat orang lain membutuhkan.

Tangan yang seperti ini adalah tangan yang  selalu dicintai oleh Allah dan Rasulnya, dekat dengan manusia dan dekat dengan surga.

oleh karena itu, di dalam menjalankan puasa  Ramadlan di tengah wabah ini adalah sebagai proses didik diri,  untuk selalu memupuk iman agar selalu konstan dan bertumbuh terus menerus, untuk menunjukkan wajah yang ceria dan rama ditengah ketidak pastian, bertutur kata yang baik ditengan banyaknya informasi beragam, menunjukkan cinta kasih ditengan deraan penderitaan sesama, dan kesiapan mengulurkan tangan disaat pemberlakuan PSBP. Wallahu a’lam.

*) Penulis adalah alumni PONPES YTP Kertosono tahun 1991, dan Kepala KUA Kecamatan Rengel, Tuban.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama