Dosen FKIP UKI Jakarta Familia N.A. Simanjuntak Raih Gelar Doktor Ilmu Lingkungan Di Universitas Indonesia

JAKARTA (wartamerdeka.info) - Dengan mengajukan disertasi berjudul MEMBANGUN ECOLOGICAL CITIZENSHIP MELALUI SEPIRING MAKANAN (Pendidikan kimia bahan makanan dalam rangka membangun ecological citizenship pada remaja), Dosen FKIP Universitas Kristen Indonesia (UKI) Jakarta Familia N.A. Simanjuntak berhasil meraih Doktor Dalam Ilmu Lingkungan pada Universitas Indonesia (UI), Rabu (3/2/2021).

Bertindak sebagai Promotor adalah Dr Suyud Warno Utomo MSi, dan Ko-Promotor Dr Francisia S Ery Seda PhD, serta Dr dr Tri Edhi Budhi Soesilo MSi.

Dalam disertasinya, Dr Familia Novita Simanjuntak menyatakan bahwa pembelajaran kimia yang humanis dan eco-reflective melalui modul belajar kimia bahan makanan mampu mengaktifkan siswa berdasarkan pengetahuan kimia yang mengarah pada keberlanjutan lingkungan hidup. 

Dikatakannya, pada tahun 2018, Indonesia mengalami bonus demografi yaitu terjadi dominansi populasi oleh kelompok usia produktif mencapai 265.000.000 orang, yang mencakup 25,2% usia remaja. Remaja membutuhkan penguatan untuk menjadi pelaku politik dalam aksi dan keputusan yang berdampak pada keberlanjutan sebagai tugas perkembangan mereka. 

Dalam rangka penguatan remaja, sangat penting bagi Indonesia menyediakan dukungan positif bagi remaja untuk mencapai tugas perkembangannya menuju ecological citizenship yang mempunyai peran sebagai pelaku/agen dalam pengendalian eksploitasi SDA dan pengelolaa dampak aktivitas manusia terhadap daya tampung lingkungan hidup.

Pendidikan merupakan upaya terbaik yang dapat dilakukan secara sadar dan terencana sebagai dukungan positif yang mendorong remaja mencapai tugas perkembangannya menjadi ecological citizenship. Riset ini mengajukan pendidikan kimia bahan makanan sebagai salah satu dukungan positif yang dapat menguatkan remaja mencapai tugas perkembangannya berupa pembentukan identitas, pengambilan keputusan, dan keinginan melakukan aksi dalam upaya perlindungan lingkungan hidup dengan menjadi ecological citizenship.

Riset ini bertujuan untuk mengintervensi pembelajaran kimia di sekolah dengan memfasilitasi gaya belajar siswa kelas X untuk membangun ecological citizenship pada remaja sebagai implementasi Kurikulum 2013 mata pelajaran Kimia. 

Intervensi pembelajaran kimia menggunakan modul belajar Kimia Bahan Makanan dengan media Sepiring Makanan untuk merumuskan pembelajaran kimia yang humanis dan eco-reflective, yang selanjutnya menjadi acuan penyusunan model pembelajaran kimia di dalam kelas sebagai referensi kebijakan program penguatan kompetensi guru sehingga peran guru dipusatkan pada kebutuhan belajar siswa kelas X sebagai remaja tengah yang mampu mencapai tugas perkembangannya menjadi ecological citizenship. 

Informan berasal dari 23 Sekolah Menengah Atas dan sederajat yang berlokasi di 5 Kota Administrasi dan 1 Kabupaten Administrasi Provinsi DKI Jakarta, dengan partisipan dari kelas X berjumlah 623 siswa. 

Pendekatan riset adalah kualitatif dengan metode analisis deskriptif. 

Tujuan riset untuk mendapatkan jawaban siswa yang mendeskripsikan ecological citizenship melalui pengetahuan kimia membutuhkan pendekatan yang terintegrasi, supaya pengetahuan kimia tertanam secara mendalam dan holistik. Apalagi, pengetahuan kimia sangat berkaitan dengan upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. 

Hanya saja, mata pelajaran Kimia tidak disenangi oleh siswa kelas X, karena mata pelajaran ini secara khusus baru dipelajari di kelas X, dan materinya pun sarat dengan persamaan reaksi kimia, termasuk formulasi perhitungannya, yang sulit diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, riset ini menggunakan media Sepiring Makanan, supaya siswa lebih mudah memvisualisasikan arahan modul belajar Kimia Bahan Makanan yang menjadi salah satu instrumen riset.

Meskipun arah pencapaian tugas perkembangan remaja tengah ditujukan pada pembentukan ecological citizenship, namun pada kenyataannya, siswa kelas X sebagai remaja tengah mempunyai kebutuhan belajar yang berbeda. 

Keragaman minat belajar antar siswa di dalam kelas (termasuk kelas non IPA), keragaman kemampuan kognitif dan minat belajar siswa sesuai dengan status 23 sekolah, dan keragaman kondisi kehidupan remaja yang dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi masyarakat di sekitarnya, adalah faktor-faktor yang ditemukan sebagai penyebab perbedaan kebutuhan belajar siswa kelas X. 

Atas dasar temuan keragaman tersebut, pertama kali, periset mengajak siswa untuk menyampaikan pandangan menurut pengalaman dan perasaan mereka tentang kualitas relasi yang terjadi di dalam dua keadaan lingkungan hidup yang dianalogikan oleh gambar hutan kota dan perumahan warga pinggir kali yang kumuh. Periset mendapatkan jawaban yang sama dari siswa kelas X bahwa keadaan seperti hutan kota adalah keadaan lingkungan hidup terbaik yang mendukung kualitas relasi yang terbaik, baik dengan diri sendiri, orang tua, guru, dan teman. Kemudian, periset meminta semua siswa untuk saling mendukung dan kerjasama menciptakan suasana kelas yang tenang seperti keadaan hutan kota, supaya mereka dapat mengerjakan dan menyelesaikan tugas mengisi jawaban yang sesuai dengan arahan instrumen riset dengan baik.

Kesepakatan, dan kesediaan berpartisipasi secara sukarela dari siswa kelas X sebagai partisipan riset menjadi modal utama periset mendapatkan data riset yang diharapkan. Selanjutnya, periset melakukan beberapa perlakuan yang disesuaikan dengan kebutuhan belajar setiap siswa selama menggunakan instrumen riset. 

Perlakuan paling dominan yang diberikan oleh periset adalah perhatian, baik secara verbal maupun penggunaan gestur tubuh yang sifatnya mendukung, yang membuat siswa tetap tenang dan merasa nyaman, sehingga dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik dan tertib. Selain itu, periset juga memfasilitasi sepiring makanan bagi setiap siswa sebagai media aplikasi modul belajar Kimia Bahan Makanan. 

Hasil analisis data kualitatif menyatakan bahwa pembelajaran kimia yang humanis dan eco-reflectivemelalui modul belajar kimia bahan makanan mampu mengaktifkan siswa berdasarkan pengetahuan kimia yang mengarah pada keberlanjutan lingkungan hidup. 

Pengetahuan kimia yang dibangun melalui problem based learning atau project based learning terkait peran dan interaksi unsur-unsur kimia dalam faktor biotik dan abiotik, termasuk komponen yang kelihatan dan tidak kelihatan, khususnya terkait isu ketahanan pangan, perubahan iklim, dan kesediaan dalam tanggung jawab melindungi kelestarian lingkungan hidup, lebih diprioritaskan untuk mewujudkan capaian pembelajaran yang mendukung keberlanjutan lingkungan hidup di ruang pribadi berlanjut ke ruang publik sebagai influencer yang berdampak secara nasional, internasional, bahkan antar generasi yang berakar pada prinsip berkeadilan. 

Familia menyarankan agar implementasi Kurikulum 2013, mulai dari pendidikan usia dini diupayakan berkesinambungan dengan pendidikan dasar sampai pendidikan menengah, implementasinya harus mengharmonisasi dan mensinergikan ilmu pengetahuan melalui kelas-kelas mata pelajaran IPA dan non IPA, yang difokuskan pada kebutuhan belajar sesuai dengan tugas perkembangan siswa.

Keleluasaan siswa mengeksplorasi pengetahuan dalam harmonisasi dan sinergi dari berbagai ilmu pengetahuan juga penting supaya siswa dapat menemukan keterkaitan antara fenomena yang terjadi di alam semesta dengan materi pembelajaran, kemudian mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. 

Aplikasi tersebut menjadi inspirasi pendorong siswa mewujudkan rencana masa depan atau cita-citanya, sekaligus akan menjadi solusi terbaik bagi masalah kehidupan yang merupakan sinergisasi interaksi dan kolaborasi dari berbagai ilmu pengetahuan. 

"Terakhir, program penguatan kompetensi guru di pendidikan menengah, khususnya guru mata pelajaran Kimia, sangat penting supaya guru menguasai kompetensi kajian multi dan inter disiplin. Sehingga, guru dapat menjalankan perannya sebagai fasilitator belajar yang mendukung siswa kelas X mencapai tugas perkembangan sebagai remaja tengah, sesuai dengan capaian pembelajaran dan sejalan dengan profil kualifikasi lulusan yang diuraikan dalam Kurikulum 2013," pungkasnya. (A)



Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama