Merdeka Dari Sampah: BEM UI Peduli Perubahan Iklim Global

BULAN November selalu identik dengan peringatan Hari Pahlawan bagi bangsa Indonesia. Pekik Merdeka dari  rakyat Surabaya di bawah komando seorang tokoh pemuda yang dikenal sebagai Bung Tomo, dalam perjuangan mengusir penjajah  pada 10 November 1945, selalu dikenang sebagai semangat kepahlawanan. 

Kini, setelah tak ada lagi penjajah yang hadir dengan senjata, bagaimana semangat kepahlawanan diwujudkan oleh para pemuda Indonesia?  Mahasiswa adalah lapisan elit pemuda Indonesia yang  memiliki idealisme. 

Dalam peran kesejarahannya mereka selalu hadir dengan semangat perubahan. Terwujudnya Kemerdekaan Indonesia dan Era Reformasi adalah salah satu rekam jejak yang penting dari para mahasiswa Indonesia dalam mendorong perubahan atas nasib bangsanya menuju kehidupan yang lebih baik. 

Ketika tantangan zaman dewasa ini lebih banyak dihadirkan oleh masalah-masalah globalisasi, seperti krisis perubahan iklim dan kerusakan lingkungan hidup, kemiskinan dan ketimpangan sosial, serta yang terkini pandemi COVID-19, apa yang dapat dilakukan oleh mahasiswa Indonesia untuk memberikan jawaban atas tantangan ini? 

Dengan semangat hari Pahlawan, sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM UI) pada bulan November 2021 ini, melakukan sejumlah aksi nyata untuk membantu masyarakatnya melakukan perbaikan lingkungan hidup.  Berlokasi di Depok, BEM UI melakukan serangkaian kegiatan yang dinamakan,  The 10th Youth Environmental Action (YEA - BEM UI)  dengan mengusung tema Unlocking Ideas, Make It Circular. 

Berlokasi di RT.007/RW006, Kelurahan Mekarjaya, Depok, Program Pengmas YEA-BEM UI 2021  ini terdiri dari beragam aktivitas. Selama 3 minggu serangkaian kegiatan edukasi diberikan kepada masyarakat, khususnya ibu-ibu kelompok penggerak PKK. Mereka diberikan pendedahan tentang signifikansi dan cara-cara manajemen sampah berbasis prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle). Aktivitas pemberian materi diberikan secara daring (online) oleh Tim BEM UI maupun luring (offline) dengan mengundang Bapak Suherman dari Bank Sampah Induk (BSI) Rumah Harum. Program juga memberikan hibah fasilitas tempat sampah sebanyak 5 unit  untuk mendorong praktik pemilahan sampah organik dan non-organik (plastik-kertas) di lingkungan setempat. Selain itu pada Sabtu, 20 November 2021, Program pun menghibahkan seperangkat mesin pencacah plastik kepada Bank Sampah Induk Rumah Harum, di Jalan Merdeka Kelurahan Mekarjaya, Kecamatan Sukmajaya, yang diterima  langsung oleh Bapak Suherman.

Menurut Ketua Tim Pelaksana Program, Kara Carolluna, mahasiswi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik UI Angkatan 2019 berharap, program YEA-BEM UI ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat Depok akan pentingnya berperan nyata dalam pengelolaan masalah yang berkelanjutan, khususnya sampah plastic. Transfer knowledge dari mahasiswa UI diharapkan dapat menggiatkan partisipasi masyarakat  secara lebih aktif  untuk menerapkan  prinsip 3R (Reduce, Reuse dan Recycle) secara konsisten dan berkelanjutan mulai dari tingkat rumah tangga.  

Selain itu, dengan adanya mesin pencacah sampah plastik diharapkan dapat memfasilitasi, serta membantu proses  daur ulang sampah sampah plastik di Bank Sampah Induk Rumah Harum  dapat berlangsung lebih optimal.

Sementara itu Ketua RW06, Bapak Zakaria, menyampaikan apresiasinya kepada Program BEM UI ini karena kebermanfaatannya yang sangat jelas, sekaligus dapat menjawab kebutuhan masyarakat secara nyata. Menurutnya, sejak mengetahui adanya program ini, banyak para Ketua RW di sekitarnya yang berharap wilayahnya dapat menjadi lokasi dari program serupa. Semoga ke depan ada keberlanjutan dan inovasi-inovasi  baru yang dapat membangun kemandirian warga dalam pengelolaan sampah secara berkelanjutan, demikian harapannya, lebih lanjut.

Ungkapan terima kasih juga disampaikan oleh Bapak Guntur, Ketua RT.006, yang warganya menjadi sasaran utama program BEM UI ini.  Kehadiran BEM UI di kampungnya juga menjadi bukti bahwa BEM UI bukan hanya sibuk berdemonstasi di jalan, tetapi juga mampu mengabdikan diri bagi kepentingan nyata masyarakat. 

Warga RT.006 yang umumnya adalah kaum ibu, selama dua kali pertemuan luring di lapangan warga setempat, tampak begitu  antusias mendengarkan materi-materi yang disampaikan oleh Tim YEA-BEM UI. Selain diuji pemahaman tentang materi yang disampaikan, ibu-ibu ini pun di akhir kegiatan diberikan T-Shirt kenang-kenangan berlogo kegiatan YEA-BEM UI. 

Menurut Dosen Pendamping kegiatan, Nurul Isnaeni, Ph.D. pendanaan program ini sepenuhnya didukung oleh Direktorat Kemahasiswaan (DITMAWA) UI dalam rangka mewujudkan misi Tri Dharma Perguruan Tinggi, khususnya pada aspek kepedulian kepada masyarakat. Program ini juga membuktikan partisipasi UI dalam mendorong pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) melalui kolaborasi antara komunitas akademik dan masyarakat lokal. 

Dari aspek pendidikan, program ini sangat berguna bagi mahasiswa untuk mengembangkan karakter kepemimpinan, kemandirian serta melatih kemampuan kerja sama yang sangat penting dalam menghadapi masalah-masalah nyata di tengah masyarakat. 

Dalam masa persiapan hingga pelaksanaan, program ini melatih terbangunnya kompetensi mahasiswa secara komprehensif, bukan hanya dari aspek kognitif, tetapi juga aspek afektif dan psikomotoriknya. Oleh karenanya, dalam konteks kurikulum Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka (MBKM), program seperti ini sangat baik untuk dikembangkan demikian disampaikan Nurul Isnaeni, dosen yang berasal dari Departemen HI FISIP UI.

Program ini merupakan aksi nyata  BEM UI untuk ikut merespon tantangan isu perubahan iklim global yang menjadi perhatian para pemimpin  dan masyarakat dunia. Sampah adalah sumber gas metana (CH4) yang merupakan salah satu dari gas-gas rumah kaca yang berkontribusi secara signifikan terhadap perubahan iklim. Di kawasan urban, selain emisi dari gas karbondioksida (CO2)  yang berasal dari  polusi kendaraan bermotor dan industri, sampah yang tidak terkendali menjadi menyebabkan emisi karbon yang  besar. 

Isu manajemen sampah kini semakin menjadi masalah krusial di kawasan perkotaan di Indonesia. Bahkan, isu sampah plastik merupakan salah satu tantangan lingkungan hidup terbesar  bagi  Indonesia saat ini, dan bahkan sudah menjadi sorotan masyarakat dunia. Indonesia dianggap sebagai kontributor sampah plastik kedua terbesar di dunia setelah China yang menyebabkan pencemaran terhadap ekosistem laut dunia. 

Menurut studi Bank Dunia (2021), dengan basis data dari 500 wilayah kota dan provinsi di seluruh nusantara, Indonesia menghasilkan sekitar 7,8 juta ton sampah plastic setiap tahun. Sebanyak 4,9 juta ton sampah plastic tidak dikelola dengan tepat. Sementara merujuk  data dari Indonesia National Plastic Action Partnership yang dikutip dalam publikasi Indika Energy Group (2021), terdapat sekitar 620 ribu ton sampah plastik di Indonesia yang masuk ke sungai, danau dan laut. Oleh karenanya mendorong ekonomi sirkular adalah salah satu langkah strategis untuk mengatasi persoalan sampah plastic di wilayah perkotaan, pada khususnya.

Harus diakui bahwa kota-kota di Indonesia umumnya masih sangat rendah kapasitasnya dalam menangani masalah persampahan atau limbah ini, apalagi dalam konteks pengembangan energi baru dan terbaharukan (renewable energi). Keberhasilan Surabaya sebagai role model dalam pengelolaan sampah kota yang berkelanjutan ternyata belum sepenuhnya dapat direplikasi di kota-kota lainnya di Indonesia. Di Depok sendiri Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Cipayung bagi sampah warganya sudah lama mengalami overload.  Sementara itu, BSI Rumah Harum  merupakan salah satu dari dua pusat pemilahan sampah di Kota Depok yang masih bertahan sejak berdiri tahun 2013. Dengan 12 orang pekerja, BSI Rumah Harum mengelola aneka sampah dari ratusan unit sampah di tingkat RW dan sedekah sampah pribadi warga. 

Tidak mudah mengelola Bank Sampah Induk. Ada 45 jenis sampah yang dipilah-pilah oleh BSI Rumah Harum setiap harinya. Jadi, kalau dapat bertahan sampai sejauh ini saya sangat bersyukur. Apalagi mahasiswa-mahasiswa UI memberikan perhatian yang sangat berharga berupa hibah mesin pencacah plastik untuk keberlanjutan operasional pemilahan di Bank Sampah Induk ini, ujar Bapak Suherman, pendiri dan pemimpin BSI Rumah Harum. 

Pemberian hibah mesin pencacah kepada BSI Rumah Harum, pada Sabtu 20 November 2021 dihadiri juga oleh Ketua RW 006 Mekarjaya, Ketua BEM UI, Leon Alvinda Putra, dan Nouvna Wanda Sabrina, mahasiswi HI FISIP UI yang merupakan Mpok Depok (Duta Persahabatan 2021). Sebagai pemuda asli Depok, Nouvna senang sekali BEM UI dapat meneruskan kegiatan Pengmas sampai tahun 2021 ini, dan mengambil lokasi yang dekat dengan kampus UI dan menyentuh persoalan rill kota Depok. 

“Masalah sampah ini akan sangat dinamis, apalagi Depok sudah menjadi kota yang pertumbuhan populasi dan ekonominya bergerak dengan cepat. Selain menjadi lokasi dari kampus ternama  di Indonesia, Depok juga sudah dipenuhi oleh begitu banyak perumahan, pusat perbelanjaan modern, restoran, rumah sakit, sekolah dan bahkan  apartemen-apartemen mewah yang tentunya menjadi kontributor penting sampah kota. Jadi, apakah kita harus menunggu krisis sampah terjadi untuk mulai bergerak bersama mengatasi masalah ini? ”, ujar Nurul Isnaeni. 

Semoga saja, dengan adanya Program YEA-BEM UI ini Pemerintah Kota Depok dapat lebih aktif menggerakkan  seluruh pemangku kepentingan yang ada, termasuk menggandeng akademisi UI,  untuk berkolaborasi lebih solid dalam mewujudkan pengelolaan sampah dengan prinsip-prinsip berkelanjutan. Dengan demikian dapat diharapkan, bahwa sampah tidak lagi menjadi masalah, tetapi dapat menjadi berkah, memberi nilai ekonomis bagi masyarakat setempat, mendukung perlindungan lingkungan hidup dan mendorong investasi untuk energi baru dan terbaharukan  (R)


Referensi Data: 


Plastic Waste Discharges from Rivers and Coastlines in Indonesia, May 20, 2021, https://www.worldbank.org. 



Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama