Dahsyatnya Pidato Ibu Megawati Soekarno Putri


Oleh: Saiful Huda Ems (SHE)

(Lawyer dan Pemerhati Politik)

Mungkin ini baru pertamakalinya saya melihat kecerdasan atau kedahsyatan pemikiran dan semangat juang Ibu Megawati Soekarno Putri. Dari media streaming KOMPAS TV, saya ikuti tanpa jedah (selain karena iklan) pidato Ibu Megawati dari awal hingga nyaris akhir di acara Penutupan Rakernas II PDIP. Tidak seperti biasanya pidato beliau yang selalu terkesan sombong, norak dan tidak berbobot, namun kali ini pidato Ibu Megawati sanggup membuat saya kagum, terharu dan nyaris meneteskan air mata. Ibu Megawati kali ini benar-benar menampakkan aura kepemimpinan intelektual ayahnya, Ir. Soekarno, dahsyat, visioner, membangkitkan kesadaran pengabdian dan semangat juang, nasionalisme anak-anak bangsa !.

Jujur, mungkin bukan hanya saya tapi juga banyak orang lainnya yang selama ini --khususnya setelah euforia Gerakan Reformasi '98 berakhir-- sangat sinis, sangsi bahkan meremehkan kadar intelektualitas Ibu Megawati. Kesan kita terhadap Ibu Megawati sebelumnya hanyalah emak-emak tukang potong bawang di dapur, yang mendapatkan keberuntungan sebagai Ketua Umum Partai dan yang pernah menjabat sebagai Wakil Presiden dan kemudian jadi Presiden, berkat nama besar ayahnya. Olehnya, ketika beliau mendapatkan gelar Profesor Honoris Causa beberapa kali dari beberapa perguruan tinggi, kita kemudian kebanyakan mentertawakannya. Benar tidak? Tapi semua sinisme dan keraguan kita itu telah dijawab oleh Ibu Megawati melalui kedahsyatan eksplorasi pemikirannya di acara Penutupan Rakernas II PDIP yang sangat intelek dan memukau itu !.

Tidak seperti beberapa Ketua-Ketua Umum Partai Politik lainnya, yang selalu sibuk dengan rekomendasi hasil Rakernas Partai yang sangat pragmatis, penuh aroma nafsu bejat perebutan kekuasaan, Ibu Megawati tampil lebih kalem meski sesekali penuh gelora, namun sangat memukau karena kesanggupannya mengoreksi berbagai kekeliruan dalam proses berpolitik, berbangsa dan bernegara. Ibu Megawati tidak hanya meluruskan arah insan politik melainkan juga insan pers yang selama ini kacau dan selalu tidak berimbang dan tidak mendidik, serta minus komitmen juang pengabdian untuk bangsa dan negara dalam menyuguhkan pemberitaan. Ibu Megawati juga sanggup menyuguhkan cahaya optimisme disaat kita sebagai sebuah bangsa dirundung kegalauan di tengah kegelapan pesimisme yang pekat, berlebihan. 

Dalam pidatonya Ibu Megawati mengingatkan pada kita semua, jadi pemimpin itu tidak mudah, dan kekuatan riil pemimpin itu ada pada rakyatnya. Jabatan presiden ataupun jenderal bintang berapapun tidaklah berarti apa-apa, jika tidak ada kehormatan dari rakyatnya. Sebuah negara harus mempunyai pemimpin, dan pemimpin itulah yang harus dapat mengarahkan rakyatnya. Kemerdekaan itu dicapai dengan susah payah, karenanya rakyat harus selalu mengingat para pejuang kemerdekaannya dan terus mengikuti visi misi yang telah dicetuskan oleh para pendiri bangsa dan negaranya. Itulah mengapa setiap kunjungan kenegaraan yang dilakukan oleh Ibu Megawati saat menjadi Presiden ke lima, beliau selalu menyempatkan terlebih dahulu mendatangi taman-taman makam pahlawan di negara yang dikunjunginya. 

Indonesia ini kaya raya, olehnya Ibu Megawati mengingatkan kita untuk waspada dengan apa yang akan terjadi pada masa depan negeri ini. Orang-orang dari negara asing yang negaranya kacau atau bangkrut akan datang ke negeri kita yang kaya raya ini untuk mencari kehidupan dan perlindungan. Maka pesimisme itu tak perlu ada jika kita mengerti benar potensi yang dimiliki oleh bangsa ini dan bagaimana mengelola semua potensi itu dengan baik. Di waktu masa kecilnya Ibu Megawati menyaksikan langsung kehidupan dalam istana, dimana disana tidak hanya ada sisi kegemerlapan melainkan juga sisi kegelapan. Para pemikir bangsa terbaik negeri ini dahulu kerap berdiskusi hingga berdebat dengan ayahnya, dan semuanya dalam konteks bagaimana memajukan negeri ini. Dan semuanya itu dahulu diberitakan oleh media secara fair dan berimbang, karena para politisi dan insan pers di masa itu semuanya memiliki kesadaran juang dan pengabdian. 

Waowww...panjang sekali untuk diuraikan lebih lanjut tentang apa yang telah disampaikan oleh Ibu Megawati dalam pidatonya yang penuh makna dan gelora juang itu. Sangat jauh dengan kepentingan politik pribadi dan kelompok yang sangat menyesatkan, seperti apa yang dilakukan oleh kebanyakan para politisi partai lainnya, meski tidak semua. Dalam hati saya berkata,"Bu...inilah orasi arahan politik dari Ketua Umum Partai atau tokoh bangsa yang selama ini kami tunggu-tunggu. Keresahan Ibu Megawati adalah sama seperti keresahan kami semua, sebagai sesama anak bangsa yang prihatin dengan keadaan bangsanya. 

Hemmm...luar biasa, ketika kebanyakan pimpinan Partai Politik sibuk kasak-kusuk cari kesempatan dalam kesempitan untuk merebut kekuasaan, Ibu Megawati justru tampil menjadi penggugah semangat perjuangan dan pengabdian, serta pengarah arah bernegara yang lurus dan benar. Di usia Ibu Megawati yang tak lagi muda, saya melihat kematangan jiwa dan pemikiran seorang politisi senior dalam diri ibu, hingga saya teringat kembali masa-masa sebelum Reformasi '98 ketika saya beberapa kali melihat pidato Ibu Megawati di Bandung dan di Jakarta. Saat itu Ibu masih berpenampilan seperti layaknya perempuan biasa, namun sanggup membuat gentar penguasa negara. Sekarang saya telah melihat aura positif kepemimpinan Ibu Megawati kembali. Luar biasa...Alhamdulillah...Selamat berjuang Bu. Salam hormat untuk Ibu...Merdeka !...(SHE).

23 Juni 2022.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama