Ganjar Pranowo Ataukah Basuki Hadimuljono?

Oleh: Saiful Huda Ems (SHE)

- Lawyer dan Pengamat Politik.

Menarik sekali mendengar komentar politik dari Ketua Umum Organisasi Relawan Jokowi (REJO), yakni Bang H. Darmizal. Menurutnya bahwa yang dimaksud oleh Pak Jokowi dalam pidatonya di acara pertemuan di GBK, yang menyebut pemimpin Indonesia ke depan haruslah sosok yang mau berpikir dan bekerja keras untuk rakyat, yang biasa ditandai dengan kening yang berkerut dan rambut yang memutih atau penuh dengan uban. Bukan sosok yang wajahnya kinclong dan yang senangnya betah duduk manis di istana yang ruangannya ber AC. 

Sebagian besar orang atau pengamat seperti tanpa mengalami kesulitan langsung menebak, bahwa tanda-tanda sosok yang dimaksud oleh Presiden Jokowi dalam pidatonya itu adalah Mas Ganjar Pranowo (GP) yang saat ini menjabat sebagai Gubernur Jawa Tengah. GP selain rambutnya putih penuh uban (meski kerutan di keningnya tidak begitu terlihat), juga merupakan kader PDIP dan dikenal dekat dengan Presiden Jokowi. Akan tetapi Bang H. Darmizal memiliki pendapatnya yang berbeda, bahwa yang dimaksud oleh Pak Jokowi itu bukanlah Mas Ganjar Pranowo melainkan Pak Basuki Hadimuljono, menteri PUPR. 

Pak Basuki rambutnya beruban semua, keningnya juga berkerut. Beliau selama ini dikenal sebagai sosok menteri pekerja keras dan memimpin berbagai proyek strategis nasional dari ujung ke ujung Nusantara. 

Pak Basuki tidak menyukai pencitraan, selalu fokus bekerja berdampingan dengan Presiden Jokowi kemanapun pergi untuk mengurus negara. Melihat hal itu Bang H. Darmizal berpendapat, bahwa beliaulah sosok calon pemimpin 2024 yang dimaksud dan akan didukung oleh Pak Jokowi. Hemmm...menarik juga analisanya. Lalu bagaimana dengan pendapat saya pribadi?

Begini, bagi saya pendapat Bang H. Darmizal itu bisa juga ada benarnya bahwa pilihan dukungan politik Pak Jokowi maksudnya ya ke Menteri PUPR, Pak Basuki Hadimuljono, dan bukan ke Mas Ganjar Pranowo, Gubernur Jateng. Ini karena: 

Pertama, Pak Basuki pekerja keras dan anti pencitraan. Selalu fokus dengan kerja dan tidak tertarik untuk selalu mengekspos dirinya sendiri. 

Kedua, dari sisi usia Pak Basuki lebih tua dari Pak Jokowi dan persahabatannya terlihat lebih dekat. Usia Pak Basuki yang lebih tua dari Pak Jokowi, secara psikologis akan mengurangi rasa persaingan antar keduanya, hingga jika Pak Jokowi mendukung Pak Basuki untuk menjadi penerus kepemimpinan nasionalnya kelak, Pak Jokowi akan lebih tulus mendukung. 

Kalau ke Mas Ganjar mungkin akan jadi beda, sebagaimana pepatah lama: Tidak ada matahari kembar, atau tidak mungkin dua harimau pejantan hidup dalam satu kandang. Jadi jika dilihat dari sisi tersebut, dukungan Pak Jokowi ke Pak Basuki bisa jadi ada benarnya. Namun hal itu bisa juga salah, mengapa salah? Karena defacto mesin politik pendukung Mas Ganjar saya perhatikan sudah lama bergerak jauh. Pertemuan-pertemuan besar atau deklarasi-deklarasi dukungan untuk Mas Ganjar yang melibatkan ribuan massa, sudah terjadi dan menggelinding ke mana-mana, dari pulau Jawa hingga luar pulau Jawa. 

Pak Jokowi sebagai pemimpin nasional dan sebagai King Maker panggung politik Indonesia kontemporer, tentunya sudah pasti tau dan melihat fenomena itu semua. Pak Jokowi tentu tau pula, bahwa akan menjadi hal yang kontra produktif jika kemudian Pak Jokowi tidak memberikan dukungannya untuk Mas Ganjar melainkan pada Pak Basuki apalagi pada figur lainnya, karena hal itu akan berubah terbalik menjadi kekecewaan mayoritas massa pendukung Mas Ganjar terhadap Pak Jokowi itu sendiri. 

Menjadi berbeda lagi jika kemudian misalnya antara Pak Jokowi dan Mbak Megawati membentuk poros politik sendiri-sendiri, anggaplah misalnya Mbak Megawati dengan PDIP nya mendukung Mas Ganjar Pranowo, lalu Pak Jokowi dengan pertemanan politiknya yang tergabung di Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) mendukung Pak Basuki, maka hal itu bisa saja terjadi dan akan jauh lebih menarik lagi, meski dengan catatan antisipasi resiko keduanya akan kalah, karena kekuatan dan suara dukungan akan terpecah. 

Sedangkan di waktu yang bersamaan, kubu lainnya yang dalam PILPRES 2014 dan 2019 bersebrangan dengan Pak Jokowi dan PDIP bersama partai koalisinya, kompak satu suara diberikan untuk misalnya pada Pak Prabowo dengan catatan Anies Baswedan dapat disingkirkan sebelumnya dari kontestansi Capres 2024. Kemungkinan pembentukan poros baru dan perbedaan dukungan antara Pak Jokowi dan Mbak Megawati ini sangat kecil sekali terjadi, meskipun hal itu bisa saja terjadi jika melihat pernyataan dukungan untuk Capres 2024 yang dilontarkan oleh Pak Jokowi ada yang menganggap telah mendahului keputusan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri. Wallahu a'lam bisshawab...(SHE).

27 November 2022.



Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama