Menjaga "Hati" Menata "Laku"

 
                 Oleh : Sjahrir Tamsi

Hati merupakan unsur paling utama dari segala manifestasi perilaku manusia. Jika hatinya baik maka perilakunya pun akan baik. Bila hatinya buruk maka akan berakibat buruk terhadap perilaku dirinya. Hati merupakan segala-galanya yang dapat menempatkan manusia kepada baik dan buruknya suatu tingkah laku yang dikerjakannya.

Salah satu nikmat Allah SWT yang merupakan organ tubuh vital adalah Hati. Hati memiliki banyak fungsi dalam tubuh manusia, antara lain : menetralisir dan menawar racun, mengatur sirkulasi hormon, mengatur komposisi darah yang mengandung lemak, gula protein dan zat lain.

Meneroka tentang makna "Hati" dalam kehidupan sehari-hari sering kita mendengar bahwa seseorang hatinya baik dan ada yg buruk. Arti "Hati" dalam hal ini sesungguhnya adalah kalbu yang merupakan serapan dari bahasa Arab, qolb. Maknanya adalah membalik atau bolak balik, sehingga kita sering merasa bimbang, ragu dan mudah berubah pendirian.

Oleh karena itu Rasulullah Muhammad SAW., memberi pelajaran pada kita sebuah do'a : "Wahai (Tuhan) yang membolak balik hati, condongkanlah hatiku pada agama-Mu dan selalu ingin ta'at kepada-Mu." (Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi).

Menjaga Hati harus sungguh-sungguh karena Hati adalah bagian tubuh manusia yang paling besar potensi bahayanya, paling dominan dampaknya, paling rumit masalahnya dan paling sulit untuk memperbaikinya, yaitu sebagai berikut : 

Pertama, selalu mengingat pada Allah SWT dan memohon bimbingan dalam beribadah. Ada tiga firman Allah yang menyebut kata "Hati" dan mengulang-ulang. Q.S Al-Mu'min : 19, "Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh Hati. "Dilanjutkan, "Dan Allah mengetahui apa yang (tersimpan) dalam hatimu. "( Q.S. Al-Ahzab : 51 ). Ayat terakhir, "Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala isi Hati." (Q.S. Al-Anfal : 43).

Kedua, sabda Rasulullah SAW yang berbunyi, "Sesungguhnya di dalam tubuh terdapat segumpal daging, apabila ia baik, maka baiklah seluruh tubuh. Namun, apabila ia rusak, rusaklah seluruh tubuh itu. Ketahuilah bahwa ia adalah Hati. (Diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Imam Muslim dan Imam Ahmad).

Bila diibaratkan Hati adalah Raja, sebagai Pemimpin yang harus ditaati dan dipatuhi. Sementara anggota tubuh yang lain adalah pengikut atau rakyatnya. Ketika yang diikuti (Sang Pemimpin) itu adalah baik maka baiklah semua Pengikutnya. Ini berlaku hingga sekarang dan masih relevan di era teranyar ini untuk kita pertengkarkan dengan akal sehat.

Presiden Terpilih RI untuk Periode 2024-2029, H. Prabowo Subianto misalnya, "Bila suatu ketika dengan menggunakan Hatinya untuk menentukan nasib seluruh rakyatnya dan apabila dalam kebijakan yang dibuatnya kelak sebaik Hati-nya, maka inshaAllah, niscaya akan berdampak pada NKRI yang Maju menuju Indonesia Emas dan seluruh rakyatnya pasti menjadi makmur".

Ketiga, Hati adalah fokus perhatian Allah SWT. Sesuai dengan sabda Radulullah SAW, "Sesungguhnya Allah SWT tidak melihat rupa dan bentuk kalian, tetapi Dia melihat Hati kalian." ( Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Hurairah).

Sungguh aneh bila banyak manusia justru mengurusi muka atau rupa agar terlihat indah tanpa terlihat cacatnya. Memang kehidupan era teranyar ini justru wajah (face) menjadi pusat perhatian manusia, seperti para bintang Artis Korea yang konon pada umumnya sudah melakukan operasi wajah dengan bedah plastik dan lain-lain. 

Sejatinya yang dilakukan adalah membersihkan Hati dari sifat-sifat tercela serta dengan menghiasinya berupa sifat-sifat terpuji, agar Allah SWT tidak melihat Hatinya dalam keadaan kotor, buruk dan  bersifat iri, hasad, dengki, ujub, sombong dan takabur  serta segala perangai yang tidak terpuji.

Dari ketiga langkah tersebut di atas, maka diharapkan seseorang hamba bisa menjaga Hati tetap bersih. Tahapan pembersihan Hati menuju keikhlasan paripurna : 1) Takhalli, membersihkan hati dari keterikatan dengan dunia. 2) Tahalli, mengisi hati yg telah kosong dari keterikatan dunia dengan hanya Allah. 3) Tajalli, lebur bersama Allah dalam kenikmatan yang tidak dapat dilukiskan.

Apabila seseorang sudah bisa mencapai tahapan pembersihan Hati tingkat Tajalli, insyaAllah akan terpilih berada di sisi Allah SWT, dan tidak akan ingat lagi siapa dirinya, karena cahaya keindahan-Nya (Allah SWT) memancar kepada dirinya. 

Ibaratnya senyuman manis yang tersungging dari bibir seseorang juga adalah manifestasi yang membuncah dari dalam hati dan pikirannya yang positif masing-masing orang. Karena dengan senyum terlihat ada kesenangan yang dibagi untuk orang lain dan membuat suasana di sekitarnya terkondisikan  selalu dalam keadaan positif.

Hati adalah gerak (suara) Jiwa. Hati adalah wajah kita, suatu Jiwa yang nampak, sedangkan Jiwa adalah hati (wajah) yang pasif  tersembunyi. Hati yang teruji adalah refleksi dari Jiwa kita, dan Hati yang tak teruji adalah refleksi dari kehendak kita. Melalui Hati hamba-Nya yang teruji, karena Hati yang lulus ujian, menampakkan wajah dari jiwa yang baik.

Manusia yang baik adalah mereka yang kehendaknya telah melewati ujian pilihan bentuk jiwa yang rendah/mulia, dan berhasil memilih yang terbaik sehingga senantiasa menampakkan Hati yang baik pula (bersyukur).

Dengan demikian maka Hati manusia itu sesungguhnya lembut dan juga tulus.
Ketika seseorang mengerjakan tugas dalam rangka meniti dan menata hidup dan kehidupannya dengan tulus dan ikhlas sesuai "Hati" dan berdasarkan panggilan jiwanya dengan pikiran yang positif, maka niscaya membuahkan suatu kebahagiaan. 

Mengapa dari Hati..? Oleh karena, sebagaimana diketahui bahwa sesungguhnya dari "Hati" lah semua ketulusan berawal dan bermulanya suatu keikhlasan untuk bisa menerima segala sesuatu apa adanya dan mensyukuri apa yang ada. Manusia punya masalah, Allah punya solusi. Manusia punya kendala, Allah punya kendali.

Tugas Manusia mengangkat kedua tangan untuk senantiasa berdo'a, biarkan Allah SWT yang turun tangan untuk mengabulkannya.
Amal yang paling disukai oleh Allah SWT yaitu : ketika seseorang memberikan kebahagiaan dan kedamaian kepada orang lain sehingga terlepas dari semua keruwetan dan masalahnya. May Peace Abide in Our Heart.

Referensi :
1. Aunur Rofiq : Hati, news.detik.com. 2020;
2. Aunur Rofiq : Makna Hati dalam Perspektif Islam, Republik.id. 2024;
3. Harakatuna : Dalam Islam, Senyum Tak Sekedar Pemanis Bibir, harakatuna.com. 2020;
4. Linda S. Wayne : Apa Perbedaan antara Pikiran, Hati dan Jiwa, id.quora.com. 2015;
5. Miftah Maulana Habiburrahman (Gus Miftah) : Ceramah Depan Presiden RI, Joko Widodo dan Para Menterinya, Kompas TV. LIVE, 28 Maret 2024;
6. Nur Siti Maemunah : Konsep Jiwa menurut Teori Psikoanalisis Ditinjau dari Perspektif Islam, library.ar-raniry.ac id.2018;
7. Tamsi Sjahrir : -Bahagia itu Indah bahkan Ibadah. -Membangun Karakter Bangsa yang Utuh dan Paripurna. -Perlu Kesabaran untuk Mewujudkan Ekspektasi. -Trend Style Hidup Baru dengan Slow Living, Wartamerdeka.Info, 2023;
8. Tamsi Sjahrir : -Mapan bukan Standar Kebahagiaan. -Kebahagiaan Merupakan Kenikmatan Spritual Hakiki. -Ibadah dengan Sedekah Senyuman, Wartamerdeka.Info, 2024.
Editor : W. Masykar

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama