Apakah wacana H. Darwoto (yang saat ini duduk di wakil ketua DPRD Lamongan) akan kembali ikut meramaikan bursa pemilihan Pengurus/Pengawas Koperasi Minatani pada 2025 mendatang, hanya sekadar spekulasi dari sejumlah anggota atau memang sengaja wacana tersebut di hembuskan untuk mengukur tingkat dukungan dari anggota sehingga jika memang memungkinkan akan terus melaju?
Dari sejumlah spekulasi tersebut, penulis yang juga anggota Koperasi Minatani memiliki keyakinan kuat, jika mantan Sekretaris Koperasi Minatani tiga periode itu serius akan maju di bursa pemilihan Pengurus/Pengawas tahun depan.
Pada tulisan sebelumnya penulis mengungkapkan jika wacana ini sangat menarik perhatian, khususnya anggota Koperasi. Karena terlihat jelas kalau kemudian, wacana di pahami sebagai salah satu eksponen bahasa yang dalam fungsinya sebagai alat komunikasi, maka serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh yang bersangkutan untuk kembali maju pada bursa pemilihan Pengurus/Pengawas bukan isapan jempol.
Jika ditelisik dari pemahaman awal, mengapa wacana sudah dihembuskan padahal masih setahun lagi pemilihan. Pengurus/Pengawas diselenggarakan, sekaligus menandaskan bahwa pasca pengumuman KPU/KPUD wacana untuk comeback itu makin santer menyusul gagalnya politisi asal Pantura ini masuk ke gedung dewan Lamongan.
Pertama dari narasi yang dibangun, mantan Pengurus akan kembali maju di pemilihan Pengurus/Pengawas untuk menambah gizi sehingga dengan masuknya H. Darwoto perubahan di lembaga Koperasi itu akan semakin baik. Pertanyaannya, konsep perubahan apa yang akan dilakukan?
Kedua, membangun Deskripsi bahwa dengan gagalnya dia maju ke anggota dewan, terasa sayang jika tidak bermanfaat atau dimanfaatkan. Maka maju menjadi Pengurus/Pengawas adalah bagian dari upaya memperteguh kebenaran alur deskripsi tersebut.
Ketiga, serangkaian ide atau gagasan terus digulirkan, misalnya dengan motto membawah perubahan.
Ke empat, yang yang dibangun adalah wacana argumentatif, satu langkah untuk membuktikan sesuatu yang akan menjadi benar.
Melalui wacana argumentatif ini, pada gilirannya bisa mempengaruhi dan mengubah sikap dan pandangan orang lain melalui argumen argumen yang dibangun. Misalnya, dengan pengalaman menjadi anggota dewan sampai sepuluh tahun tentu akan banyak bermanfaat bagi perkembangan kemajuan lembaga Koperasi ke depan, dan pada saat yang sama, model persuasif akan terus massif dilakukan. Pada tataran ini, aspek psikologis pelan pelan mulai masuk. Setidaknya, dengan membandingkan kualitas peserta lainnya. Atau dengan kalimat, sayang ya, pengalaman segudang tapi tidak dimanfaatkan atau bermanfaat. (W. Masykar, Bersambung)