"Lomba Mengarang"
Bagian 2 (episode 4)
Editor : W. Masykar
Minggu berikutnya, ketika pelajaran Bahasa Indonesia, Bu Susi masuk ke kelas Sabiq. Siang itu Bu Susi hanya meminta semua murid kelas V dan kelas VI untuk mengarang cerita bebas dan menulisnya dengan huruf latin halus di satu halaman. Semua anak-anak diam dan memulai menulis. Sesekali ada yang melirik kanan kiri, atau mendongak ke atas, pegang-pegang kepala, bermain pensil…. Semuanya berusaha mengeluarkan pikirannya untuk mengarang.
Sabiq juga berfikir keras, apalagi dia sudah beberapa kali mendapat hukuman jewer dari Bu Susi. Meskipun, tentu tidak ada sedikitpun di hati Bu Susi untuk benci atau dendam kepada Sabiq. Bu Susi seperti itu memang, ingin mendidik muridnya, karena juga banyak teman Sabiq yang pernah dijewer oleh Bu Susi.
Selesai tugas, semua kertas hasil tulisan dikumpulkan. Ada yang hanya satu paragraf, ada yang setengah halaman, juga ada yang penuh satu halaman. Pekerjaan mengarang pelajaran Bahasa Indonesia itu dilakukan oleh semua murid kelas V dan VI. Sabiq saat itu mengarang kegiatan liburan sekolah. Tentu isi karangan Sabiq adalah kegiatannya membantu orang tua dan sekolah madrasah di sore hari. Sabiq tidak punya cerita lain tentang pengalaman liburan selain itu.
Malam harinya, satu per satu Bu Susi membaca hasil tugas mengarang anak-anak kelas V dan VI. Akhirnya Bu Susi mendapat 5 karangan yang terpilih. 3 karangan oleh kelas VI dan dua karangan oleh kelas V. Alhamdulillaah dua karangan kelas V yang terpilih itu, salah satunya hasil karangan Sabiq.
“Pak Adi, mohon maaf… saya mau melaporkan hasil mengarang anak-anak” kata Bu Susi.
“Iya, silahkan Bu” jawab Pak Adi.
“Setelah saya baca, ada 5 karangan yang baik dan bisa dibimbing untuk menulis ikut lomba mengarang tingkat Kabupaten yang diadakan oleh dinas itu Pak” jelas Bu Susi.
“Baiklah, terus bagaimana selanjutnya? Agar fokus dan tidak memberi harapan ke anak-anak silahkan dipilih satu saja, khan tiap sekolah hanya boleh mengirim satu wakil saja” jelas Pak Adi.
“Saran saya jangan yang kelas VI karena sebentar lagi ujian dan lulus, sedang lomba ini khan hasilnya masih tahun ajaran depan, jadi sebaiknya yang kelas V saja, yang diikutkan” tambah Pak Adi.
“O begitu ya Pak, baiklah. Dari 5 tulisan anak-abak tersebut, yang kelas V hanya dua anak ; Ibnu dan Sabiq » kata Bu Susi.
“Terserah Bu Susi saja, mana di antara dua itu yang mau dipilih," kata Pak Adi.
"Baik Pak, terima kasih, akan saya cermati lagi,” Kata Bu Susi.Sore itu Bu Susi mencermati lagi dua karangan, antara karya Ibnu dan Sabiq. Tulisan Ibnu lebih baik dari pada tulisan Sabiq. Tetapi dari isi karangan bagus karangan nya Sabiq.
Keesokan harinya, Bu Susi sengaja pada jam pelajaran pertama masuk di kelas V-B, kelasnya Sabiq, padahal bukan pelajaran Bahasa Indonesia. Anak-anak terkejut. Rupanya Bu Susi akan mengumumkan hasil tugas mengarang dua hari lalu.
"Wa’alaikum salam wa rohmatulloohi wa barokaatuh", jawab anak-anak serempak.
"Setelah berkonsultasi dengan kepala sekolah terkait dengan hasil mengarang kalian, tugas kemarin lusa".
"Sekolah kita diminta mengirimkan hanya satu wakil untuk lomba mengarang tingkat kabupaten yang diadakan oleh dinas", penjelasan Bu Susi.
Dari pengantar tersebut, Sabiq dan teman-temannya baru faham bahwa akan ada lomba mengarang antar sekolah di tingkat kabupaten. Sebelumnya mereka mengira hanya sebagai tugas mengarang biasa dari Bu Susi.
"Saya minta waktunya untuk mengumumkan siapa yang akan mewakili sekolah kita", lanjut Bu Susi.
"Setelah Ibu cermati hasil tulisan kalian dan juga diskusi dengan Pak Adi, maka yang akan mewakili lomba mengarang dari sekolah kita adalah Sabiq", pungkas Bu Susi.
Anak-anak kelas V-B tepuk tangan riuh… ada teman Sabiq yang kemudian mendorong kepala Sabiq tanda memberi ucapan selamat.
"Diam anak-anak, Ibu belum selesai", teriak Bu Susi.
“Selanjutnya, dalam dua minggu ke depan ini, Sabiq harus mengarang sebanyak minimal 10 halaman kertas folio".
“Untuk itu, mulai besok Sabiq harus mengikuti pelajaran saya, di kelas manapun saya mengajar. Dan saya sudah meminta ijin kepada guru lain” tutup Bu Susi.
Setelah pengumuman dari Bu Susi itu, Sabiq tidak bisa konsentrasi dan masih tidak percaya kalau dia yang terpilih. Pikir Sabiq, padahal dia dua kali dijewer Bu Susi. Yang kedua malah di depan adik kelasnya, kelas IV-A. Sabiq merasa sangat malu sekali ketika itu.
Keesokan harinya, seperti yang pernah disampaikan Bu Susi. Sebelum jam pelajaran, masih pagi, Sabiq sudah menunggu di dekat pintu ruang guru sambil membawa buku dan pulpen. Sabiq ingat betul bahwa Bu Susi ini disiplin sekali dan tentu Sabiq tidak ingin dijewer lagi. Setelah sejak sebelum subuh, Sabiq punya tugas banyak di rumah, mengurus sapi di kandang dan lain-lain, maka Sabiq berangkat ke sekolah sambil lari, agar tidak telat.
“Mohon maaf, menunggu Bu Susi, Pak” jawab Sabiq.
“O iya, sebentar lagi paling juga datang” kata pak Naryo.
Lima menit kemudian Bu Susi tiba.
"Assalaamu’alaikum Bu", kata Sabiq sambil menyalami Bu Susi.
"Wa’alaikum salam, Sabiq nanti kamu jam pertama ikut saya di kelas VI-B, selanjutnya jam kedua habis istirahat ikut pelajaran saya di kelas IV-A", kata Bu Susi.
"Baik Bu!", jawab Sabiq.
Selang tidak lama kemudian terdengar lonceng berbunyi tanda pelajaran akan dimulai dan anak-anak harus segera masuk ke kelas masing-masing.
Ketika masuk di kelas VI, Bu Susi diikuti Sabiq di belakangnya. Kemudian setelah salam Bu Susi memperkenalkan Sabiq.
“Anak-anak, kemarin hasil tugas mengarang yang terpilih adalah Sabiq. Yang kelas VI, sesuai arahan dari Pak Adi, diminta untuk konsentrasi persiapan ujian akhir” kata Bu Susi.
“Maka sekarang, dalam minggu ini Sabiq akan saya bimbing untuk mengarang dan selalu ikut pelajaran saya” lanjut Bu Susi.

Bu Susi kemudian menjelaskan kepada Sabiq secara pelan-pelan agar Sabiq bisa memulai mengarang. Tema mengarang, bebas. Sabiq memilih tema mengarang "Hijaunya Hutanku".
Sambil menyampaikan materi pelajaran kepada kelas VI-B, sesekali Bu Susi menghampiri dan mengarahkan Sabiq dalam menulis karangannya. Tidak terasa dua jam pelajaran selesai, Sabiq hanya bisa menulis 1 halaman, itupun masih banyak coret-coretan kalimat yang tidak jadi.
“Tidak apa-apa Sabiq, nanti jika sudah selesai, Sabiq menyadur lagi di kertas yang baru” kata Bu Susi.
“Yang penting sekarang Sabiq menulis, nanti Ibu lihat dan Sabiq bisa tulis lagi lebih baik di kertas folio, sekarang kamu istirahat dulu dan nanti ikut Ibu di kelas IV-A” kata Bu Susi.
“Baik Bu!” jawab Sabiq.
Pada saat jam istirahat, Sabiq bermain bersama dengan teman-temannya di kelas V. perasaan Sabiq memang agak lain sekarang, sejak terpilih akan mewakili sekolah dalam lomba mengarang. Teman-teman nya suka mengolok-olok…
“Wah sekarang jangan dekat-dekat Sabiq, sekarang sudah jadi anaknya Bu Susi, nanti kita dilaporin ke ibunya” ejekan teman-teman Sabiq.
Sabiq hanya senyum-senyum saja, karena dianggap teman-temannya sebagai anaknya Bu Susi. Lonceng berbunyi tanda istirahat selesai dan waktunya jam pelajaran ke III. Sabiq bergegas mengambil buku dan pulpennya dan menunggu Bu Susi di dekat pintu kelas IV-A. Bu Susi datang dan mengajak Sabiq masuk. Seperti di kelas VI tadi, Bu Susi menjelaskan kepada semua murid kelas IV-A mengapa Sabiq ikut masuk pelajaran Bahasa Indonesia.
Sabiq duduk di kursi bangku paling depan dekat meja guru. Entah mengapa Sabiq susah konsentrasi. Di deretan sebelah Sabiq kursi untuk murid perempuan, ada di antara mereka anak Bu Susi.
Sabiq melanjutkan mengarangnya. Tetapi susah sekali konsentrasi. Banyak coretan-coretan. Waktu di kelas VI tadi Sabiq duduk dengan deretan murid laki-laki, ini yang membedakan. Anak-anak jaman itu, sangat malu dekat dengan murid perempuan. Lagi-lagi tidak terasa pelajaran selesai. Dan hanya dapat setengah halaman. Selesai pelajaran sebelum pulang, Sabiq diminta menghadap Bu Susi di ruang guru.
“Sabiq, malam nanti kamu baca buku ini” kata Bu Susi.
"Dan kamu tidak usah menulis, cukup membaca saja dan besok pagi kamu menghadap saya".
"Baik Bu!", kata Sabiq.
Buku yang diberikan Bu Susi, satu tentang tata cara mengarang secara singkat dan kedua, adalah buku tentang gerakan penghijauan, berisi banyak gambar-gambar.
Setiap Sabiq lewat kadang diejek oleh temannya.
“Eh … awas anak Bu Susi lewat", ejek teman-temanya.
Sabiq hanya diam saja. Pernah suatu ketika, saat Sabiq diejek seperti itu oleh temannya, bersamaan itu pula ada Endah, putri Bu Susi, yang lewat, maka spontan Endah menoleh. Jadilah candaan di antara teman-teman Sabiq.
Tidak terasa, berjalannya hari, sudah 5 hari Sabiq dibimbing Bu Susi. Sabiq sudah menulis sekitar 8 halaman karangan. Kurang 2 halaman lagi. Minimal harus 10 halaman. Sore hari sepulang sholat isyak di masjid, Sabiq melanjutkan mengarang di rumah, dengan lampu teplok dan ditunggui Mbok nya. Jadilah selesai 10 halaman karangan Sabiq.
"Assalaamu’alaikum Bu Susi, alhamdulillaah karangan Sabiq sudah selesai”, kata Sabiq ketika pagi itu.
“Baik Sabik, nanti Ibu cek semua dulu dan nanti kamu tulis lagi ya!?", kata Bu Susi.
“Baik Bu, terima kasih” jawab Sabiq sambil ijin meninggalkan Bu Susi.
Plong sudah. Setelah menyerahkan karangan itu, Sabiq tidak lagi mengikuti pelajaran Bu Susi pindah-pindah ke kelas lain, tetapi kembali lagi bersama teman-temannya di kelas V-B.
“Bagaimana Sabiq, sudah selesai ya?” tanya Aris.
“Alhamdulillaah sudah, sedang dikoreksi Bu Susi”, jawab Sabiq.
“Wah …. Kita bisa main bola lagi ya kalo gitu”, kata Kasdi.
Memang beberapa hari terakhir Sabiq tidak ikut main bola karena jika ada waktu, dimanfaatkannya untuk menulis karangan.
“Sabiq, tadi kamu diminta menghadap Bu Susi » kata salah satu temannya.
Lantas Sabiq bergegas menuju ruang guru. Suasana ruang guru agak sepi, hanya ada Bu Susi dan di sampingnya ada anaknya. Sambil malu-malu Sabiq menghadap.
"Assalaamu’alaikum Bu", kata Sabiq.
"Wa’alaikum salam, o iya Sabiq, duduk kamu," perintah Bu Susi menyuruh Sabiq duduk di kursi depannya.
"Tulisan kamu sudah Ibu baca, dan ada coret-coretan sedikit. Nanti kamu perbaiki ya!", kata Bu Susi.
"Baik Bu, o iya… kapan harus saya serahkan ke Ibu kembali?”, tanya Sabiq.
"Besok lusa, karena harus segera dikirim ke kecamatan untuk seleksi awal”, jawab Bu Susi.
"Baik Bu, saya permisi," jawab Sabiq sambil membawa koreksian dari Bu Susi.(*)