Memang banyak yang menarik perhatian selama masa mendekati pemilihan Pengurus dan Pengawas KUD Minatani paruh ketiga bulan kemarin. Kalau boleh disebut selevel pemilihan Pengurus dan Pengawas Koperasi tingkat persaingannya bahkan sudah diluar nalar.
Panitia pemilihan pun banyak ditengarai merangkap sebagai timses. Banyak kejanggalan muncul selama kurun mendekati hari H pemilihan. Pada gelaran Pra RAT misalnya, ada peserta (Korpok) akan dikeluarkan dari forum rapat Pra RAT karena akan diduga menyampaikan sesuatu yang dinilai bisa merugikan salah satu calon. Padahal, peserta ini - saat menyampaikan usulan belum masuk pada substansi kata atau kalimat yang ingin disampaikan.Upaya mengusir wakil anggota dalam forum rapat Pra RAT ini sedikit viral karena pemimpin rapat dianggap tidak memahami konstelasi demokrasi di koperasi. Seakan ada upaya membuat mereka bungkam dan tidak bertanya atau menyampaikan ide yang aneh aneh, yang dikuatirkan bisa berimbas ke salah satu atau calon yang di harapkan 'jadi" menjadi berantakan.
Padahal seharusnya, panitia yang juga sama sama mewakili anggota menunjukan sikap demokratis, kebersamaan dan tidak main intimidasi dengan akan mengusir anggota segala. Sebaliknya, harus bisa mengakomodir semua usulan, gagasan dan uneg uneg peserta.
Di hadapan lebih dari 116 orang Korpok sebagai representasi dari ribuan anggota ketika ada salah satu peserta hadir di gelaran rapat kemudian mendapat "tekanan" di saat mengajukan usulan, saat memegang mic dan baru menyampaikan satu, dua kata kemudian mendapat teguran akan di keluarkan adalah tindakan yang bisa berakibat fatal.
Beruntung anggota yang akan menyampaikan usulan itu, bisa legowo, jika tidak, dipastikan jangankan gelaran Pra RAT, bahkan jadwal RAT bisa jadi tertunda. Nah, hal hal seperti ini, jika tidak dirubah akan menambah daftar panjang persoalan yang setiap saat bisa menjadi bom waktu.
Tidak berlebihan jika kemudian timbul tanda tanya, kenapa pimpinan rapat yang notabene sesama anggota sampai memperlakukan anggota (peserta) seperti itu? Ada skenario apa dibalik perlakukan itu? (W. Masykar, Bersambung)