"Masuk berita di Koran"
Bagian 3 (episode 3)
Editor : W. Masykar
"Kapten Laurent dan Sabiq"
Meskipun keadaan ekonomi kurang mendukung, Sabiq dan Adji sebenarnya komitmen juga ingin kuliah ke PTN jika ada peluang. Maka diam-diam mereka berdua belajar dari buku bekas kumpulan soal-soal untuk masuk PTN. Bagi siswa-siswa teman sekolah Sabiq, pada tahun 1990 an yang jadi favorit adalah ITS dan UNAIR. Maka bagi mereka yang ingin kuliah, berusaha agar diterima masuk kuliah ke dua kampus itu.
“Sabiq, mana buku kumpulan pembahasan soal-soal Fisika?,” tanya Adji.
Karena mereka sepakat untuk 1 jenis buku bergantian untuk belajar, dan itupun juga pinjaman dari kakak kelasnya yang sudah kuliah.
“O iya, saya lupa membawanya, nanti kita ambil di kost-kost an sambil pulang ya,” jawab Sabiq. Sabiq sempat kost karena tidak cukup uang untuk naik angkutan umum tiap hari, lebih murah kost. Jarak rumah ke SMA, sekitar 17 km.
Tidak terasa saat pendaftaran seleksi masuk PTN tiba, saat itu namanya UMPTN. Diam-diam Sabiq dan Adji ikut ujian di Surabaya.
“Adji … bagaimana kita, jadi ikut daftar atau tidak?,” tanya Sabiq.
“Iya, in syaa Alloh jadi, kita ikut test di Surabaya saja. Nanti bisa numpang di kost-kostan adik saya,” jawab Adji.
Ridjan, adiknya Adji memang lebih dulu masuk kuliah, karena dulu Adji sempat berhenti sekolah saat SMP dan adiknya lanjut SMA, sehingga lebih dulu satu tahun. Ridjan kuliah di program diploma 3, jurusan Fisika, kuliah ikatan dinas calon guru yang mendapat beasisswa penuh dari pemerintah.
"In syaa Alloh saya minat ke Teknik perkapalan ITS,” jawab Sabiq.
“Wah bagus sekali itu, tapi ya ngukur juga kamu …. Jangan pilih jurusan yang tinggi-tinggi nanti kamu tidak ketrima PTN,” kata Adji.
“Nggak apa-apa, nanti pilihan kedua saya akan ambil yang paling mudah ketrima saja. Lagian nanti saya akan ikut test juga yang diploma keteknikan, kata Agus, cari kerjanya cepat dan banyak yang ikatan kerja juga” jawab Sabiq.
“Terserahlah kalau begitu… lho Agus juga mau test diploma ?,” tanya Adji
"Iya, diplôma teknik," jawab Sabiq.
Memang Sabiq juga pernah mendengar teman-temannya yang tergolong ekonomi menengah ke bawah banyak yang cari kuliah diploma agar cepat bisa kerja. Sabiq juga sangat tertarik kuliah di program tersebut. Apalagi ketika temannya latihan silat, Agus mengajak Sabiq untuk ikut test diploma di ITS.Akhirnya Sabiq mendaftar di T Perkapalan ITS dan pilihan keduanya di Fisika Unibraw Malang. Jurusan perkapalan adalah jurusan yang sangat diingini Sabiq, sedang saat itu jurusan Fisika adalah jurusan tergolong rendah saingannya, jarang yang minat dan Sabiq pun sebenarnya kurang begitu suka. Adji akhirnya memutuskan untuk tidak mendaftar di program sarjana, tetapi mendaftar ikut test yang program diploma calon guru ikatan dinas dan mendapat beasiswa. Sabiq kurang berminat karena, ingin ambil kuliah sarjana agar ada gelarnya.
Adji dan Sabiq menginap di kost an Ridjan, di daerah Sukolilo Surabaya. Saat ikut ujian itupun, orang tua Sabiq tidak tahu dan juga kalaupun tahu pasti dilarang karena akan menambah pikiran, jelas akan kesulitan biaya. Orang tuanya ingin Sabiq segera cari kerja agar tidak merepotkan dan bisa mandiri.
Ketika hari pengumuman tiba... pagi itu Sabiq mencari koran, dan harus pergi ke kota kecamatan untuk mendapatkan koran. Pengumuman lewat koran. Ribuan nomor test ada di koran itu. Akhirnya ada nama Sabiq, namun kode programnya bukan di ITS, tetapi diterima di jurusan Fisika Unibraw, yang sebenarnya dia kurang suka. Alhamdulillaah, untuk pertama kalinya, nama Sabiq masuk di koran.
Sedangkan Adji ketrima di program D3 Kimia ITS, program ikatan dinas sebagai calon guru. Teman-teman Sabiq, ada yang diterima di akuntansi Unair, kedokteran gigi Unej, Teknik mesin its. Tetapi ada beberapa teman satu kelasnya yang gagal; Agus, Mochtar dan beberapa yang lain. Mereka memilih jurusannya terlalu tinggi, sehingga tidak diterima.
Itulah mengapa sebelumnya, beberapa teman Sabiq yang meskipun sudah ikut test program sarjana, banyak yang ikut test juga untuk program diploma keteknikan. Termasuk Sabiq, juga ikut mendaftar.
Tiga hari kemudian, Sabiq diampiri Agus untuk berangkat ke Surabaya untuk melihat hasil pengumuman test diploma Teknik. Saat itu, mereka naik bis bersama sekitar 5 orang temannya satu sekolah. Semua akan melihat pengumuman hasil test diploma. Tanpa saling kasih tahu ternyata, 2 orang dari lima orang itu memilih jurusan sama, yaitu D3 Transportasi. Mereka adalah Sabiq dan Agus. Tiba di terminal Surabaya, berlanjut naik angkot jurusan Sukolilo, kampus ITS. Adji tidak ikut mendaftar di program diploma keteknikan.
Tiba di kampus ITS, sudah berjubel para pendaftar melihat pengumuman. Ramai sekali. Satu persatu daftar nama dicek oleh mereka berlima. Pengumuman tiap program ada dua daftar nama, di atas adalah daftar yang diterima utama sebanyak 100 mahasiswa dan dilanjutkan di bawahnya yang diterima sebagai cadangan sebanyak 25 siswa. Urut dari nilai yang terbaik terletak di atas. Saat itu ada sekitar 5 jurusan, Teknik sipil, mesin, elektro, transportasi, dan komputer.
“Belum, susah… tulisannya kecil-kecil,” jawab Sabiq.
“Kamu ambil jurusan apa? Jurusan elektro sebelah sini,” kata Agus.
Tidak ada yang menjawab, semua saling diam konsentrasi sambil berdebar mencari nomor test masing-masing, sambil berdesak-desakan. Tiba-tiba Agus berteriak, disusul Mochtar yang juga berteriak.
“Hore… saya masuk cadangan urutan ketiga,” teriak Agus. Agus diterima sabagai cadangan di Teknik transportasi.
Mochtar mengambil program Teknik mesin, dan disusul Budi yang juga ketrima utama.
“Kamu belum ketemu Sabiq, kamu ambil jurusan apa?” tanya Mochtar.
Sementara, Agus sudah teriak-teriak senang. Akhirnya mengganggu konsentrasi Sabiq yang sejak tadi dag dug mencermati nama satu per satu. Sabiq semakin gelisah.
Mochtar diam saja tidak ikut teriak-teriak, tetapi membantu Sabiq meneliti di papan pengumuman.
“Sabiq, kamu ambil jurusan apa?,” tanya Mochtar yang tidak dihiraukan Sabiq.
“Alhamdulillaah…. Saya ketrima utama,” teriak Sabiq.
Ternyata sejak tadi Sabiq selalu mencermati daftar nama yang ada di daftar cadangan, dan tidak ada semua, padahal sudah jelas-jelas ambil jurusan D3 transportasi tetapi karena penasaran, daftar cadangan di jurusan lain juga dicek. Sehingga lama sekali.
Ternyata, nama Sabiq diterima di daftar utama, urutan ketiga dari atas. Luar biasa. Sabiq sama sekali tidak menduga itu, biasanya selalu teori katutan yang dibilang Pak Pingi, guru SMP nya. Alhamdulillaah kali ini tidak berlaku teori katutan, gumam Sabiq.
“Ini lihat… hebat khan,” jawab Sabiq
Jari Sabiq sambil menunjukkan namanya kepada Agus dan Mochtar. Agus langsung terdiam….
“Wah memang hebat kamu Sabiq," kata Agus.
Teman-teman Sabiq berlima ketrima semua, meskipun ada yang sebagai cadangan, termasuk Anang ada di daftar cadangan teknik sipil.
Apabila waktunya daftar ulang sudah ditutup dan yang diterima utama tidak daftar ulang, maka daftar cadangan naik ke atas, satu per satu sesuai jumlah diterima utama yang tidak daftar ulang. Seperti itu yang tertulis di bawah daftar pengumuman kelulusan tersebut.
“Sabiq… kamu ambil yang Brawijaya saja ya, biar saya naik satu tingkat ke atas,” kata Agus.
“Kamu sih… lainnya belajar dan ikut bimbel, kamu malah sibuk ikut pertandingan pencak silat," kata Sabiq.
“Khan kamu pernah cerita bahwa kakakmu yang siap nanggung semua biaya kamu untuk bimbel dan persiapan lainnya,” tambah Sabiq.
Saat itu, Agus pernah cerita bahwa kakaknya Agus sudah kerja sukses dan akan menjamin semua keperluan kuliah Agus.
“Iya… saya nyesal sekarang,” kata Agus agak sedih.
Tadinya Agus benar-benar senang karena diterima sebagai cadangan saja. Sekarang Agus sedih, jangan-jangan yang diterima utama daftar ulang semua sehingga tidak ada kuota untuk yang daftar cadangan.(*)