Catatan Syam M. Djafar
Baruga Singkerru Ada’e dipenuhi semangat yang berbeda. Di ruangan yang biasanya digunakan untuk rapat pemerintahan, kali ini berkumpul para wartawan untuk sebuah agenda penting, Konferensi Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) I Kabupaten Barru periode 2025–2028.
Mengusung tema “Menuju Era Pers Digital yang Maju dan Tertata”, konferensi ini bukan sekadar ajang pemilihan pengurus. Ia menjadi ruang refleksi bersama tentang bagaimana insan pers di Barru menjawab tantangan zaman, di tengah derasnya arus informasi dan tuntutan profesionalisme.
Wakil Bupati Barru, Dr. Ir. Abustan A. Bintang, M.Si, yang turut membuka acara ini menyampaikan harapan besar kepada para jurnalis.
“Wartawan harus tetap berada di posisi independen, tidak memihak, dan tidak terlibat dalam politik praktis. Pers yang netral akan menjadi kekuatan besar dalam menjaga kepercayaan publik", tegasnya.
Namun, Abustan tak sekadar bicara soal peran pers secara teknis. Mantan Sekda Barru ini membawa pesan moral yang menyentuh, dengan mengaitkan nilai-nilai lokal dan spiritual dalam satu tarikan nafas.
Dengan suara tenang, Abustan mengingatkan, sebagai orang Barru, harus memahami makna mendalam yang terkandung dalam nama daerah ini.
Abustan pun lalu mengutip firman Allah dalam Al-Qur’an, Surah At-Tur ayat 28, yang berbunyi:
"Innahu huwa al-Barru ar-Rahim" – Sesungguhnya Dia-lah Tuhan Yang Maha Baik dan Maha Penyayang.
“Kata ‘Barru’ dalam ayat itu bermakna kebaikan. Ini sejalan dengan nama daerah kita. Maka sebagai masyarakat Barru, termasuk para insan pers, semangat kebaikan itu harus terus kita jaga dan rawat dalam setiap karya dan langkah,” ujarnya penuh makna.
Kehadiran para tokoh pers regional seperti Wakil Ketua Bidang Organisasi PWI Sulsel, para Ketua PWI se-Ajattappareng, serta pimpinan organisasi media lokal seperti Ketua AMJI Barru Arsyad Rahman Kartolo, Ketua JNI Barru Muh. Hasyim, dan Ketua PWOIN Barru Syamsu Marlin, menambah bobot konferensi ini sebagai ruang kolaborasi lintas organisasi dan generasi.
Konferensi ini bukan sekadar seremonial. Ia menjadi ruang penguatan komitmen, bahwa di tengah transformasi digital dan godaan kepentingan pragmatis, pers Barru ingin tetap menjadi suluh kebaikan, independen, berintegritas, dan bertanggung jawab.
Dari Baruga Singkerru Ada’e hari itu, semangat baru untuk membangun pers yang tidak hanya cerdas, tapi juga berbudi, terasa begitu kuat.
Dan dari Barru, yang berarti kebaikan itu sendiri, gema kebenaran pun diharapkan terus mengalir untuk menerangi daerah dan negeri ini.(*)