Kegiatan dirancang untuk kembali menghidupkan minat kunjungan masyarakat dan wisatawan ke Pantai Losari yang belakangan mengalami penurunan jumlah pengunjung.

Mengusung konsep pertunjukan seni budaya di momen senja, Attayang Sunset menampilkan ragam atraksi budaya Sulawesi Selatan. Acara dimulai pukul 16.00 WITA hingga selesai, dengan latar indah matahari terbenam di Pantai Losari.
Penampilan pertama dibuka dengan Angngaru Karaeng, sebuah tradisi lisan Bugis-Makassar yang sarat makna sumpah setia, penghormatan, serta keberanian.
Setelah itu, pengunjung akan disuguhkan Tarian Pakarena, tarian khas Gowa yang dikenal dengan kelembutan gerak, filosofi kepatuhan, serta keteguhan hati perempuan Gowa.
Sebagai penutup, akan ditampilkan Tarian Toraja yang kaya akan nilai ritual dan spiritual. Tarian ini menghadirkan semangat persaudaraan, penghormatan kepada leluhur, serta perayaan kehidupan.
Dalam segmen khusus, turut dipersembahkan Tarian Ma’badong, sebuah tradisi sakral Toraja yang biasanya digelar pada upacara adat Rambu Solo’ sebagai doa bersama bagi arwah yang telah berpulang.
Kepala Dinas Pariwisata Kota Makassar menyampaikan bahwa program Attayang Sunset akan menjadi agenda rutin untuk menarik wisatawan sekaligus memperkuat identitas budaya Kota Makassar.
“Pantai Losari adalah ikon Makassar. Melalui Attayang Sunset, kita ingin menghadirkan pengalaman berbeda. Menikmati keindahan sunset sambil menyaksikan kekayaan budaya kita. Harapannya, Pantai Losari kembali ramai, bukan hanya sebagai destinasi wisata alam, tetapi juga pusat kebudayaan,” ungkapnya.
Dengan hadirnya program ini, Pemerintah Kota Makassar optimis Attayang Sunset akan menjadi daya tarik baru yang memperkuat citra Makassar sebagai “City of Makassar” yang penuh warna, budaya, dan pesona alam. (syam)