Negara Membutuhkan, IPJI Harus Berani Tampil Menangkal Berita Hoax

Haija Wakano, saat mengadiri Sidang Putusan Perse-lisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) 2024, anggota   DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Daerah Pemilihan Jakarta 9, Rabu (22/05) di Ruang Sidang Pleno, Rabu (22/5/2024). (Foto oleh MKRI/Ifa).

Oleh: Josep Minar

Tak terbantahkan, perkembangan teknologi saat ini semakin mengakar dalam kehidupan sehari-hari masyarakat yang dengan mudah mengakses informasi melalui internet. 

Kemudahan yang mengakibatkan simpang siurnya informasi melalui media sosial (medsos), tanpa adanya proteksi. Sementara media massa, belum sepenuhnya memproteksi berita-berita yang menyesatkan, lantaran platform medsos lebih banyak diminati masyarakat karena kemudahan mengakses penyebaran informasi. 

Adalah Ikatan Penulis dan Jurnalis Indonesia (IPJI), yang lahir tepat di era reformasi tahun 1999, merupakan organisasi gabungan penulis dan jurnalis yang salah satu misinya bertujuan menangkal informasi menyesatkan.

Namun di usianya yang ke 26, IPJI belum dapat dikatakan berhasil menjalankan misinya, lantaran kevakuman aktifitas sejak lima tahun terakhir, sementara pemberitaan melalui medsos sudah di luar batas kewajaran dalam berbangsa dan bernegara. 

Kondisi ini menjadi perhatian masyarakat, terutama para aktivis yang memiliki jiwa kebangsaan, termasuk pria kelahiran Tehoru, Maluku Tengah, sebut saja namanya Haija Wakano, S.H., M.H., CMLC., CTL., C.Med.

Haija Wakano, S.H., M.H., CMLC., CTL., C.Med.
(Foto: Istimewa)

Pria berusia 53 tahun silam ini, mengaku geram dengan pemberitaan yang menyesatkan di hampir seluruh platform medsos. Hasutan dan hujatan, tidak ada hentinya di medsos, dengan dalih kebebasan berpendapat.

Rudi, nama panggilan sehari-hari Haija Wakano, menyatakan, seharusnya IPJI berani tampil bersuara lantang, terkait isu kebangsaan yang saat ini sudah di luar etika berbangsa dan bernegara serta tidak lagi beradap.

"Budaya santun sudah tidak ada lagi di negeri ini. Hujatan kepada pemimpin negeri sudah seperti hal yang lumrah," kata Rudi. 

Menjawab pertanyaan, sehubungan adanya rencana di gelar Musyawarah Nasional (Munas) IPJI ke V pada 27-29 Oktober 2025 di Jakarta, Rudi berharap Munas IPJI harus memilih figur yang berani tampil.

Rudi menyatakan, Munas sebagai forum tertinggi organisasi untuk bersikap dan harus membentuk program kerja, baik jangka pendek, menengah maupun jangka panjang. 

Rudi, nama panggilan sehari-hari Haija Wakano, S.H., M.H., CMLC., CTL., C.Med. saat rehat setelah menangani berbagai kasus hukum.  (Foto: Istimewa)

"Makanya, IPJI harus memiliki figur yang mumpuni dan sepakterjangnya baik, agar menjadi cermin bagi anggotanya di seluruh Indonesia, dan menjadi organisasi yang diandalkan masyarakat," kata Rudi, yang mengaku sejak 2013 sampai saat ini masih aktif di Dewan Etik DPP IPJI. 

Pria jebolan Universitas Jayabaya di Jakarta ini berharap, IPJI harus tampil di saat negara membutuhkan, sesuai kapasitas dan perannya sebagai organisasi para penulis dan jurnalis. 

Begitu pula, lanjut Rudi, IPJI harus berperan aktif melindungi para penulis dan jurnalis yang menghadapi masalah hukum lantaran tulisan atau beritanya, kendati sudah sesuai etika pers.

Pendek kata, IPJI harus menjadi penyelamat bangsa, agar proses pembangunan berjalan lancar. 

"Bisa saja kan, dengan menerbitkan surat himbauan kepada para anggotanya untuk pro aktif mempublish tulisan atau berita-beritanya di medsos yang dapat menangkal isyu hoax, dan menayangkan berita-berita tentang  kebangsaan," kata Rudi.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama