Webinar Pertapin Perbincangkan Soal Konflik dan Stres Kerja di Proyek Infrastruktur

Foto: Narasumber Tunggal, Dr (Cand). Drs. Ir. Edison H. Manurung, MT., MM., MH, Ketua DPP Pertapin dan Moderator

JAKARTA (wartamerdeka.info) - Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Perkumpulan Tenaga Ahli Profesional Indonesia (Pertapin) menggelar webinar yang memperbincangkan ‘Konflik dan Stres Kerja di Proyek Infrastruktur’, pada hari Selasa, 28 September 2021 secara zoom meeting, dari pukul 13.00-15.00 WIB

Webinar menghadirkan pembicara tunggal yaitu, Dr (Cand). Drs. Ir. Edison H. Manurung, ST, MT, MM, MH, IICD, CST, BFA, CSE (Ketua LPPM Universitas Mpu Tantular, Jakarta). Acara dikuti 94 partisipan yang kebanyakan para praktisi konstruksi, Konsultan, anggota organsasi Pertapin, dan kalangan akademisi serta mahasiswa Teknik Sipil dan Arsitektur dari berbagai daerah.

Dalam pemaparannya, Dr (Cand) Drs, Ir, Edison Hatoguan Manurung, ST, MT, MM, MH, IICD, CST, BFA, CSE menjelaskan mulai dari sebab-sebab terjadinya konflik dalam pekerjaan konstruksi.

“Konflik antara User dan Kontraktor bisa terjadi, ketika keduanya terlibat untuk negosiasi kontrak, dimana masing-masing pihak biasanya akan lebih mementingkan diri sendiri daripada mengembangkan kepercayaan dan saling kerjasama untuk mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan,” ungkapnya.

Namun dalam pandangan Edison Manurung, konflik itu bukan hanya bertendensi buruk. Adapun konflik yang dikelola secara benar, akan berdampak positif, antara lain: (1). Bisa menghasilkan ide-ide baru yang lebih baik; (2). Memacu orang untuk mencari dan menemukan pendekatan-pendekatan baru dalam menyelesaikan masalah; (3). Memunculkan masalah lama ke permukaan dan kesepakatan tentang adanya masalah tersebut; (4). Memacu orang untuk menjelaskan pandangannya; (5). Menyebabkan tekanan yang akan menstimulasi perhatian dan kreativitas seseorang; (6). Memberikan kesempatan kepada seseorang untuk menguji kapasitas kemampuannya.

Dikatakan Asesor Nasional LPJK bidang konstruksi ini, jika tidak ada konflik dalam organisasi, akan bisa menjadi suatu petunjuk ketidaksehatan organisasi. 

“Karena akan mengakibatkan suatu kejenuhan, dan akhirnya menghasilkan keputusan yang kurang bermutu. Sebaliknya konflik karena adanya perbedaan opini dan prespektif, akan menimbulkan diskusi-diskusi dan meningkatkan pemecahan masalah serta inovasi,” tandasnya.

Lebih jauh Edison mengatakan, konflik yang pada umumnya terjadi selama siklus hidup proyek, antara lain soal: Penjadwalan proyek; Prioritas proyek; Alokasi tenaga kerja; Masalah teknis dan trade-off hasil fisik; Prosedur administrasi; Perbedaan internal personil; Biaya; dan Peralatan serta fasilitas.

Dalam hal pemecahan konflik, Dosen Fakultas Teknik Universitas Mpu Tantular ini menjelaskan, permasalahan itu perlu dikonfrontasi dari kedua belah pihak dengan mengemukakan pandangan masing-masing secara langsung dan terbuka, dalam rangka mengarah ke konsensus.  

“Selanjutnya, kompromi akan dirumuskan berdasarkan hasil dari konfrontrasi itu tadi. Dalam hal ini diperlukan kerelaan dari semua pihak untuk menerima pendapat orang lain. Pada tingkat ekstrim, semua pihak mungkin merasa mendapatkan kerugian lebih besar, dibandingkan keuntungan yang diperoleh pihaknya. Sehingga pemecahan ini tidak harus optimal untuk kepentingan proyek,” tandasnya.

Di sisi lain, perlu kesepakatan mengurangi tingkat kepentingan ketidakpastian (menganggap tidak ada konflik) atau akomodasi. Cara ini dilakukan dengan menganggap ketidakpastian yang terjadi tidak pernah ada, dan berusaha untuk mengecilkan perbedaan yang ada dan menekankan kepentingan yang sama, sebelum ketidaksepakatan ini keluar dari proporsi yang seharusnya.

Usai paparan, sesi tanya-jawab justru suasananya lebih seru. Beberapa pertanyaan sudah ada beberapa yang ngantri di room chat, dan ada juga yang ‘hand rise’, antara lain dari universitas Dharma Andalas Padang, maupun mahasiswa Universitas Negeri Makassar.

Moderator, Ismail, ST, Sekjen DPP Pertapin membacakan beberapa pertanyaan di room chat, dan memberi kesempatan kepada Edison Manurung untuk menjawab pertanyaan satu per satu, demikian juga pertanyaan langsung yang dilontarkan berdasarkan pengalaman mereka di proyek. 

Semua pertanyaan dijawab Edison manurung dengan lugas dan jelas. Dia juga mengutip beberapa pengalamannya di lapangan, yang bersesuaian dengan pertanyaan para peserta. 

Salah satu jawaban yang menarik, Edison menjelaskan, soal konflik kita harus lihat dulu antara siapa dengan siapa. Supaya bisa dipilah, apakah harus dibawa ke jalur hukum, kalau itu misalnya antar user. 

“Ada juga lembaga lembaga seperti Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI), yang pada umunya sebagai lembaga penyelesaian konflik maupun perselisihan. Karena persoalan konstruksi itu bukan tergolong pidana. Ini perdata. Maka ini biasanya diselesaikan secara lobi-lobi maupun dengan cara musyawarah,” pungkasnya.

Acara dipandu MC, Syakila Aisyaroh, Staf Sekretariat DPP Pertapin, dan sebagai Ketua Pelaksana  adalah Mahyudin yang juda sebagai Ketua Umum DPP Pertapin. Sebelumnya, acara dibuka oleh Rolly Pirdian, S.T, Ketua Departemen Keanggotaan dan Pemberdayaan Anggota DPP Pertapin, serta Closing Statement, oleh Idris Maheru, S.T., M.Si, Ketua Dewan Pembina Pertapin. (DANS)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama