Urgensi Pendidikan Karakter Terhadap Peserta Didik


Oleh: Drs. Sjahrir Tamsi, M. Pd.
Kepala SMKN 1 Tapalang Barat,
Mamuju Provinsi Sulawesi Barat.

 


Mengapa pendidikan karakter begitu urgen..?

Menurut beberapa pengamat menyatakan bahwa pendidikan karakter tak lepas dari kondisi karakter bangsa Indonesia yang makin lemah, makin banyak gejala penyalahgunaan kewenangan atau kekuasaan, kebohongan, ketidakjujuran, ketidakadilan, ketidakpercayaan, mudah menipu dan di tipu dan mudah diprovokasi, korupsi, penyalahgunaan narkoba, kenakalan remaja, broken home, anak putus sekolah, pernikahan dini (usia remaja), kemiskinan ekstrim dan sebagainya.

Pendidikan karakter adalah amanat dari Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Pasal 3 dinyatakan: Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Karakter... apakah itu?

Karakter adalah seperangkat sifat yang selalu dikagumi menjadi tanda-tanda kebaikan, kebajikan dan kematangan moral seorang. Secara etimologi, istilah karakter berasal dari bahasa Latin character, yang berarti tabiat, sifat-sifat kejiwaan, budi pekerti, kepribadian serta akhlak.

Menurut W.B. Saunders, (1977:126) menyebutkan bahwa karakter adalah sifat nyata serta tidak sinkron yang ditunjukkan sang individu, sejumlah atribut yang bisa diamati pada setiap individu.

Dikatakannya bahwa karakter yaitu menandai bagaimana cara memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku. Oleh karena itu seseorang yang berperilaku tidak amanah, kejam atau rakus dikatakan menjadi orang yang berkarakter buruk, sementara orang yang berprilaku jujur, senang menolong dikatakan menjadi orang yang berkarakter mulia. Jadi istilah karakter erat kaitannya menggunakan personality (kepribadian) seseorang.

Sementara menurut Prof. Dr. Herminarto Sofyan,  “Karakter” mempunyai banyak arti, di antaranya, kemampuan untuk mengatasi secara efektif situasi sulit, tak enak/tidak nyaman, atau berbahaya. Dengan pengertian tersebut karakter menuntut kecerdasan otak, kepekaan nurani, kepekaan diri dan lingkungan, kecerdasan merespons, dan kesehatan, kekuatan, dan kebugaran jasmani.

Indikator kecerdasan otak antara lain, berilmu, berfikir logis dan kritis. Kepekaan nurani ditandai dengan adil, jujur, kasih sayang, empatik, ikhlas, berintegritas, santun, terpercaya, hormat, suka menolong dan dapat mengendalikan diri.

Kepekaan diri dan lingkungan berarti peduli pada diri sendiri dan lingkungannya.

Sedangkan kecerdasan merespon ditandai dengan sifat-sifat berani, rajin, disiplin, inisiatif, waspada dan motivasi. Sedangkan kesehatan, kekuatan dan kebugaran jasmani diperlukan pola hidup.

Bagaimana cara mengimplementasikan Pendidikan Karakter...?

Menurut Lickona dkk. (2007), terdapat 11 prinsip agar pendidikan karakter dapat berjalan efektif:

1)     Kembangkan nilai-nilai etika inti dan nilai-nilai kinerja pendukungnya sebagai fondasi karakter yang baik;

2)     Definisikan 'karakter' secara komprehensif yang mencakup pikiran, perasaan, dan perilaku;

3)     Gunakan pendekatan yang komprehensif, disengaja, dan proaktif dalam pengembangan karakter;

4)     Ciptakan komunitas sekolah yang penuh perhatian;

5)     Beri siswa kesempatan untuk melakukan tindakan moral;

6)     Buat kurikulum akademik yang bermakna dan menantang yang menghormati semua peserta didik, mengembangkan karakter, dan membantu siswa untuk berhasil;

7)     Usahakan mendorong motivasi diri peserta didik;

8)     Libatkan staf sekolah sebagai komunitas pembelajaran dan moral yang berbagi tanggung jawab dalam pendidikan karakter dan upaya untuk mematuhi nilai-nilai inti yang sama yang membimbing pendidikan peserta didik;

9)     Tumbuhkan kebersamaan dalam kepemimpinan moral dan dukungan jangka panjang bagi inisiatif pendidikan karakter;

10)  Libatkan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam upaya pembangunan karakter;

11)  Evaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai pendidik karakter, dan sejauh mana peserta didik memanifestasikan karakter yang baik.

 Pendidikan karakter dilakukan dengan pendekatan yang komprehensif menggunakan semua aspek; baik di rumah, lingkungan sekitar maupun di satuan pendidikan (TK-SD-SMP-SMA-SMK-SLB) sebagai peluang untuk pengembangan karakter.

Cakupannya meliputi; pembiasan melakukan sesuatu sesuai kurikulum tersembunyi, hidden curriculum, seperti: upacara/apel pagi, baik di pelataran sekolah maupun dalam kelas teori, laboratorium atau ruang praktik dan prosedur sekolah lainnya, keteladanan guru juga sangat diperlukan, hubungan peserta didik dengan guru, staf sekolah lainnya, dan sesama mereka sendiri, proses pembelajaran/praktik keanekaragaman peserta didik; penilaian pembelajaran; pengelolaan lingkungan sekolah, kebijakan disiplin dan lain sebagainya.

Kurikulum akademik, academic curriculum (mata pelajaran umum dan kejuruan, termasuk mata pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan, begitu juga Pendidikan Agama dan Budi Pekerti), dan program-program ekstrakurikuler, extracurricular programs (tim olahraga, klub, pramuka, pencinta lingkungan dan kegiatan-kegiatan lain setelah jam sekolah).

 Termasuk juga membiasakan berperilaku 5S + TR, yaitu: Senyum, Salam, Sapa, Sopan, Santun, Tertib dan Rapi.

Implementasi Pendidikan karakter terhadap peserta didik di Satuan Pendidikan akan lebih representatif bila disentuh dengan pendekatan dari ke hati.

Kenapa harus melalui hati..?

Oleh karena, sesungguhnya dari hatilah semua ketulusan berawal dan bermulanya suatu keikhlasan untuk menerima segala sesuatu apa adanya dan mensyukuri sesuatu apa yang ada.

Mendidik dengan hati dan pikiran itu bisa ditularkan kepada anak atau peserta didik, yaitu dengan cara :

1.      Hargai seberapapun sikap dan perilaku atau apapun prestasinya. Contoh yang bisa dihadirkan dihadapan pendidik setiap hari di sekolah, misalnya peserta didik datang ke sekolah tepat waktu, kepeduliannya akan kebersihan papan tulis dan ruang kelasnya, mengambil dan menaruh atau menempatkan sampah pada tempatnya, ataupun dengan mengerjakan tugas-tugas di kelas yang ala kadarnya, juga hasil penilaian tidak sesuai ekpektasi pendidik, walau peserta didik telah berusaha mengerjakan tugas-tugas yang telah diberikan kepadanya.

2.      Berikan apresiasi kepada peserta didik atau anak pada hal-hal positif sekecil apapun yang dilakukannya.

Apresiasi tidaklah harus mahal-mahal dengan hadiah, cukup dengan berbagi senyum manis pendidik dan atau dengan ucapan terima kasih, atau tepukan di pundaknya dengan kata-kata, misalnya "Ananda memang bisa!, Ananda memang hebat!" dan lain sebagainya.

Bila ada peserta didik yang terlambat datang ke sekolah, maka acungkan jempol dan sapalah dengan ucapan "Syukurlah Ananda datang, dan tanyakan padanya, bagaimana besok...?. Kemudian persilahkan langsung masuk kelas untuk belajar".

Betapa pentingnya mendidik dengan hati dan pikiran. Hal ini juga bisa dilakukan dengan cara ; bangun komunikasi yang menyejukkan terhadap peserta didik dengan hangat, ramah, rendah hati dan selalu menyenangkan. Hargai martabatnya sebagai individu yang unik bahwa semua anak atau peserta didik itu mempunyai karakter yang berbeda-beda, terimalah dengan cara-cara yang baik (sopan santun), menyenangkan hati, terbuka dan apa adanya.

3.      Lakukan pendampingan secara rutin/kontinyu bila ada diantara anak atau peserta didik terlibat konflik atau membuat konflik, dengarkan masalahnya dan bantu atasi atau beri solusi dari permasalahannya. Contoh sikap positif pendidik lakukan dengan mendengarkan curhatan dan keluhannya secara seksama.

 Menurut Prof. Dr. Abdullah Pandang, M. Pd. Dekan Fakulras Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sulawesi Barat (UNSULBAR) : Mendidiklah dengan hati. Oleh karena hanya dengan bahasa hati, pesan pendidikan bisa sampai ke hati anak.

 Bagaimana Caranya?

Mendidik dengan hati itu tak butuh ilmu yang tinggi. Tak butuh diklat berjilid-jilid. Tak butuh fasilitas mewah dan mahal.

Mendidik dengan hati hanya butuh sedikit kesabaran dan kesediaan diri untuk melakukan hal-hal sederhana seperti berikut:

1.   Menerima anak apa adanya (keunikan, kecenderungan, keterbatasan, dsb)

2.   Mendengarkan apa yang anak ingin katakan (kemauan, ketaksanggupan, keengganan, hambatan, dsb)

3.   Merasakan apa yang anak sedang rasakan (galau, takut, bosan, dongkol, marah, dsb)

4.   Memahami apa yang anak butuhkan (dukungan, support, perhatian, cinta, dsb)

5.   Menemani anak menghadapi kesulitannya (mendampingi, menemani bicara, mendengar curhatnya, merespon keluhannya, merangkul di saat sulit).

 Praktisi Pendidikan Anak Usia Dini, Hana Marita S, juga berpendapat bahwa : "Mendidik anak  dengan hati adalah mendekatkan rasa dengan jiwa anak untuk memudahkan berinteraksi di rumah dan memudahkan pelayanan pembelajaran yang menyenangkan di sekolah" .

 Membangun Karakter Peserta Didik di sekolah juga dapat dilakukan dengan berupaya menggaungkan sekolah yang menyenangkan dan keteladan yaitu dengan cara : 

A. Secara Umum 

1.     Kondisikan sekolah agar  menyenangkan untuk semua (Gaungkan GSM: Gerakan Sekolah Menyenangkan);

2.     Pendidik dan Tenaga Kenpendidikan (PTK) di sekolah yang penuh  semangat dan memiliki  etos kerja, integritas,  disiplin dan selalu menyenangkan untuk semua;

3.     Suasana Pembelajaran Tatap Muka (PTM) teori dan praktik yang menenangkan;

4.     Peserta didik yang penuh semangat dan memiliki Integritas dalam rangka menerima  Implementasi Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) sesuai Kurikulum Merdeka. 

B. Secara Khusus 

1.     Bersama-sama belajar dan menemukan hal-hal  teranyar, kreatif dan  inovatif;

2.     Menumbuhkan minat, semangat belajar peserta didik;

3.     Mengeksplorasi metode dan materi pembelajaran

4.     Suportif dan berempati  terhadap peserta didik;

5.   Buat suasana ruangan yang berbeda. Metode  Mobile Teaching atau  Metode game kreatif, edukatif dan inovatif, atau suasana out door/di luar kelas/sekolah   (Taman, Lapangan Masjid, Pantai dan di  tempat lainnya yang  dianggap kondusif);

6.     Perbanyak interaksi dengan memancing ide peserta didik; 

7.     Manfaatkan informasi dan teknologi teranyar;

8.     Miliki sifat humoris;

9.     Berikan perhatian yang sama pada semua  peserta didik;

10.  Buat mereka penasaran

11. Tunjukkan kepedulian terhadap peserta didik;

12.  Libatkan mereka dalam  P5. Berdasarkan Peraturan Kemendikbudristek RI No.56/M 2022, Tentang Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) adalah kegiatan kokurikuler berbasis projek yang dirancang untuk memperkuat upaya pencapaian kompetensi dan karakter sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila yang dibuat berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan.

13.  Hindari kebiasaan monoton;

14.  Review pelajaran, tapi  jangan mengulangi  materi;

15.  Modifikasi sistem pembelajaran dengan  percakapan/diskusi;

16.  Cobalah bentuk tukar peran antar peserta  didik sekelas dan atau peserta didik  dengan  kelas lainnya;

17.  Terapkan 5S + TR untuk  semua yaitu : Senyum, Sapa, Salam, Sopan, Santun, Tertib dan Rapi;

18.  Biasakan berpantun untuk memulai dan  mengakhiri setiap kegiatan PTM teori atau  praktik di hadapan  peserta didik;

19.  Bersama peserta didik  merapikan dan membersihkan  ruangan kelas ataupun ruang praktik/lab sebelum pulang sambil  menyanyikan lagu nasional "Bagimu  Negeri" dan atau lagu daerah setempat yang mendayu-dayu.

 Editor : W. Masykar

Josep Minar

Sejak 1978-1988 penulis Kolom SDM Edisi Minggu Harian Merdeka, Jakarta. Pada 1988-2012 Reporter Harian Umum Merdeka Jakarta. Lanjut 2013 Berbisnis Usaha Kreatif, pola Jurnalistik Modern

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama