Menyambut Malam Lailatul Qadar

 

                   Oleh : Sjahrir Tamsi

Mengapa Allah SWT merahasiakan terjadinya Lailatul Qadar?
Lailatul Qadar adalah malam mulia yang dirahasiakan oleh Allah SWT, dan merupakan kado istimewah bagi Ummat Nabi Besar Muhammad SAW. Karenanya banyak diburu umat muslim di  akhir bulan suci Ramadan ini.

Ibnu Hajar al-Asqalani dalam “Fathul Bari”, mengatakan Lailatul Qadar dirahasiakan oleh Allah SWT agar manusia berlomba-lomba dan bersungguh-sungguh beribadah pada seluruh malam di bulan Ramadan untuk meraih malam agung tersebut.

Jika Lailatul Qadar sudah diketahui dan ditetapkan terjadinya maka niscaya manusia hanya akan bersungguh-sungguh beribadah pada malam terjadinya saja.

Syekh Fakhruddin al-Razi dalam “Mafatih al-Ghaib”, mengatakan untuk memperoleh keutamaan dan pahala besar dari Lailatul Qadar, Allah SWT sengaja merahasiakan kapan terjadinya Lailatul Qadar itu. 

Rahasia terjadinya Lailatul Qadar sangat istimewa dan mengandung nilai-nilai edukatif antara lain sebagai berikut :
1) Allah SWT menyukai manusia yang selalu taat pada-Nya kapan pun waktunya, bukan hanya di waktu tertentu. Jika manusia telah mengetahui dengan pasti kapan terjadinya Lailatul Qadar, maka manusia hanya akan taat di saat terjadinya Lailatul Qadar saja.

2) Lailatul Qadar dirahasiakan kapan terjadinya agar manusia senantiasa bersungguh-sungguh dalam doanya kapan pun waktunya, tidak hanya mengandalkan waktu tertentu saja.
3) Allah SWT merahasiakan Lailatul Qadar di antara malam-malam Ramadan agar manusia bersungguh-sungguh beribadah pada semua malam Ramadhan, bukan hanya di saat Lailatul Qadar saja.

Sementara Syekh Nidzamuddin an-Naisaburi dalam “Graraib al-Quran wa Raghaib al-Furqan” juz 6 halaman 537.
الحكمة في إخفاء ليلة القدر في الليالي كالحكمة في إخفاء وقت الوفاة ويوم القيامة حتى يرغب المكلف في   الطاعات ويزيد في الاجتهاد ولا يتغافل ولا يتكاسل ولا يتكل.

“Hikmah dirahasiakannya Lailatul Qadar di antara malam-malam bulan Ramadan adalah seperti dirahasiakannya kematian dan hari kiamat. Sehingga manusia dengan penuh semangat, suka cita  menjalankan ibadah, dan senantiasa lebih bersungguh-sungguh, tidak lalai, serta tidak bermalas-malasan”.

Lailatul Qadar merujuk kepada Q.S. Al-Qadr. Surat ini merupakan surat Makkiyah yang berjumlah lima ayat : "Sesungguhnya kami telah menurunkannya (Alqur'an) pada malam kemuliaan. 

Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu juga Gurunya para malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu penuh kesejahteraan sampai terbit fajar (Q.S. Al-Qadr. 1-5)."

Dengan demikian, firman Allah SWT surat Al-Qadr menceritakan bahwa pada malam itu Allah menurunkan Alquran pada malam Lailatul Qadar, satu malam yang lebih baik dari seribu bulan.

Terdapat sejumlah hadis yang meriwayatkan perjalanan Nabi Muhammad SAW saat mengejar Lailatul Qadar, sebagai berikut :
Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim bahwa ketika sepuluh hari terakhir bulan Ramadan, Rasulullah SAW meninggalkan istri-istrinya untuk sungguh-sungguh dalam beribadah.

Hadis berikutnya yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari yang berbunyi "Barang siapa yang melaksanakan Shalat pada malam Lailatul Qadar karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya akan diampuni."

Kemudian hadis selanjutnya, masih dari Imam Bukhari dan Imam Muslim, "Carilah oleh kalian keutamaan Lailatul Qadar pada malam-malam ganjil di 10 malam terakhir bulan Ramadan." 

Sebab, tidak ada yang mengetahui dengan pasti kapan malam yang mulia itu betul-betul tiba atau terjadi. Hal demikian ini sudah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW, ; "Dari Aswad dari Aisyah RA, ia berkata bahwa Nabi Muhammad SAW meningkat amal-ibadah pada sepuluh terakhir bulan Ramadan melebihi di waktu yang lain," demikian hadis Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Imam Muslim.

Dalam riwayat lain, Rasulullah SAW mengencangkan kain bawahnya, menghidupkan malamnya dan membangunkan keluarganya. Ibnu Baththal dalam Syarhu Shahihil Bukhari menjelaskan bahwa maksud mengencangkan kain bawahnya adalah Rasulullah SAW tidak menggauli istrinya.

Ada tiga amaliah yang bisa dilakukan untuk mendapatkan Lailatul Qadar. Amaliah itu dapat membuka jalan umat Islam untuk memperoleh Lailatul Qadar. Tiga amaliah dimaksud adalah :
1) Untuk sementara tidak melakukan hubungan suami-istri; 2) Meningkatkan intensitas beribadah terutama pada malam hari; dan
3) Mendorong atau meminta keluarga untuk melakukan amaliah sunah dan amal kebajikan selain yang fardhu.  

Poin ketiga itu juga seirama dengan hadis yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari, bahwa melakukan ibadah pada Lailatul Qadar dengan penuh keikhlasan akan menghapus dosa. "Barangsiapa melakukan ibadah pada malam Lailatul Qadar atas dasar keimanan dan keikhlasan maka diampunilah dosanya yang telah lalu."  Editor : W. Masykar

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama