Catatan (Pribadi) Pendek (3) Renjana Cinta Tiada Berujung (Episode 2, habis)

Karya : YM. Sjahrir Tamsi 
Kebahagiaan pasangan YM. Sjamsi dan YM. Mirah bagai "Renjana Cinta Tiada Berujung." Namun, di balik kebahagiaan itu, sebuah surat "Undangan" tak terduga datang ke rumah mereka esok harinya. Surat itu berasal dari seorang teman lama yang mereka kenal semasa mengajar di daerah lain atau tepatnya kampung halamannya dulu. Teman tersebut mengundang YM. Sjamsi dan YM. Mirah untuk menghadiri sebuah acara "Reunian" besar para Guru yang pernah bertugas bersama. Dalam surat itu tertulis : "Mari kita kembali mengenang masa-masa indah bersama, di mana kita semua adalah keluarga besar yang saling mendukung."

YM. Mirah mengamati surat itu dengan mata yang berbinar-binar dan ekspresi wajah yang bahagia dengan pikiran dan memori penuh nostalgia, (kenangan manis pada masa yang telah lama silam). "Sayang... (Ayahnya Aan), sudah lama kita tidak bertemu mereka. Bagaimana kalau kita pergi?"

YM. Sjamsi terdiam sejenak, merenungkan kenangan masa lalu yang membanjiri pikirannya. "Baik, Sayang. Kita pergi. Mungkin ini saatnya kita bisa berbagi cerita tentang perjalanan hidup kita masing-masing dan mendengar kisah mereka yang telah berpisah selama puluhan tahun."

Hari keberangkatan pun tiba. Dengan membawa koper kecil berisi pakaian dan hadiah sederhana (suprise) untuk teman-teman lamanya, YM. Sjamsi dan YM. Mirah memulai perjalanan yang akan membawa mereka kembali ke masa-masa indah di masa muda mereka. Mereka tidak menyadari bahwa reunian ini akan menjadi awal dari babak baru dalam hidup mereka, di mana "Renjana Cinta Tiada Berujung" mereka akan menyentuh lebih banyak hati yang merindukan suasana kehangatan dan eratnya jalinan kekeluargaan seperti dulu.

Saat tiba di lokasi "Reunian," suasana penuh kehangatan menyambut mereka. Para mantan Guru yang kini sudah ber "uban" dan "botak" saling bertukar cerita, canda dan tawa. Namun, di tengah keramaian itu, seketika YM. Sjamsi melihat seorang pria paruh baya (middle age) atau dewasa tengah yang dulu menjadi salah satu "Muridnya." Pria itu kini berdiri dengan pakaian Dinas lengkap dengan tanda-tanda pangkat dan logo daerah, melempar senyumnya yang mempesona datang menghampirinya.

"Pak Sjamsi! Bu Mirah! Tidak kusangka, Kita akan bertemu di sini," ujar pria itu dengan penuh antusias. "Aku adalah Muridnya dulu. Berkat bimbingan Bapak dan Ibu, aku bisa seperti sekarang ini."

Air mata haru menggenang di mata YM. Mirah. "Nak, sungguh kami bangga melihatmu."

Percakapan mereka di arena "Reunian" itu menjadi pembuka kisah baru yang tak pernah mereka duga. Muridnya yang pernah ia bimbing, kini menjadi Pejabat tinggi pada sebuah Kantor Pemda,  memiliki sebuah Misi Besar. Ia ingin membawa perubahan yang signifikan pada sekolah-sekolah di pelosok, mengangkat kualitas pendidikan, dan melibatkan para Gurunya yang Purnabakti seperti YM. Sjamsi dan YM. Mirah untuk memberikan inspirasi.

"Pak, Bu, bolehkah bergabung menjadi bagian dari program kami ini..? Pengalaman Bapak dan Ibu adalah harta yang tak ternilai," pinta Muridnya dengan penuh harap.

YM. Sjamsi dan YM. Mirah saling berpandangan. Di usia senja mereka, kesempatan ini seperti panggilan baru untuk kembali memberikan arti pada hidup dan kehidupannya kini. Dan sekali lagi, "Renjana Cinta" mereka Berkembang dan terakumulasi secara komprehensif, bukan hanya untuk keluarganya, akan tetapi juga untuk "Pendidikan" bagi generasi penerus bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia tercinta ini.

Makassar, 11 Desember 2024.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama