Tidak terbayang di pikiran seorang Sabiq, bocah katutan, yang masa kecilnya ngarit dan derep, yang hampir didakwa sebagai seorang teroris oleh kepolisian Prancis,.... akhirnya lulus doktor engineering di bidang elektronika di usia 32 tahun dari perguruan tinggi Prancis pada masa pasca krismon dunia.
Meski banyak tawaran berkarir di negara maju dan iming-iming gaji tinggi, saat itu tekad Sabiq bulat untuk tetap kembali mengabdi di tanah air.
Alhamdulillaah... inilah akhir novel perjalanan Sabiq yang terinspirasi dari kisah nyata.
Kisah ini akan dibukukan untuk bisa menjadi hikmah bagi para pembaca.
"Invitation"
Bagian 4 (episode 5 - Tamat)
Editor : W. Masykar
"Kapten Laurent dan Sabiq"
Mengenakan celana dan jas hitam, baju cerah bergaris kecoklatan lurus ke bawah, berdasi biru tua, pagi itu Sabiq melangkah dengan bismillaah berangkat ke amphithéâtre tempat ujian doctor. File presentasi di laptop telah disimpan dengan berbagai format untuk persiapan jika ada error, file juga sudah direkam di cd. File laporan riset doctor juga demikian.
Acara hari itu ada dua tempat, ruang rapat labo untuk acara ramah tamah dengan sajian makanan dan amphithéâtre untuk ujian presentasi. Persiapan di ruang rapat labo dikoordinir oleh Bruno dan Wahyu. Sedangkan segala sesuatu keperluan di Amphiteatre dipersiapkan oleh staf gedung.

Amphithéâtre tersebut dapat menampung sekitar 75 orang, biasanya juga digunakan untuk ruang kuliah atau seminar internal labo. Bangku dan kursi melingkar, dan setiap barisan berjenjang lebih tinggi semakin ke belakang. Di depan ada podium dan layar untuk presentasi beserta proyektornya yang sudah siap menggantung di atas depan layar. Satu meja dan kursi ada di depan. Karena sudah masuk musim panas, AC amphithéâtre dinyalakan oleh petugas.
Para undangan sudah ada beberapa yang datang dan duduk di kursi amphithéâtre, tidak ada nomor kursi, kecuali barisan paling depan diperuntukkan para dewan juri. Sesekali Sabiq masih sempat menyalami beberapa kolega yang datang hadir, namun setelahnya sudah tidak sempat lagi karena mempersiapkan dan mencoba koneksi laptop dan proyektor. Meski AC nyala, Sabiq masih merasa agak panas. Agak grogi.
Pukul 09.50 para juri sudah datang, dan maju menyalami Sabiq. Amphithéâtre sudah hampir penuh, sepertinya para undangan banyak yang hadir. Sesekali Sabiq sempat melihat ada teman-teman masjid dan juga presiden asosiasi yang datang.
"Sabiq, tu m’avais dit que tu as invite représentant de l’ambassade d’Indonésie, est ce qu’il vient ?", (Sabiq, kamu bilang ke saya bahwa kamu mengundang perwakilan dari kedutaan Indonesia, apakah dia datang ?) tanya Stéphane menghampiri Sabiq ke depan.
"Non, apparemment elle ne vient pas", (tidak, sepertinya dia tidak datang) jawab Sabiq.
Stéphane menjawab okay kemudian bergabung menuju kursi juri, duduk di samping Pak Debloyet. Duduk di tengah barisan juru adalah Prof. Berstein presiden juri, kemudian di kanan kiri nya adalah juru yang lain, termasuk Prof Indenbom. Prof Debloyet duduk paling pinggir.
“Bonjour mesdames - messieurs, je suis honoré d’être invité par le professeur Debloyet pour être membre de jury de soutenance de thèse M Sabiq. Les membres de jury ont décidé de choisir moi en tant que président, donc je vais présenter les membres du jury", kata Prof Berstein.
(selamat siang Bapak Ibu sekalian, saya merasa terhormat diundang Prof Debloyet sebagai anggota juri dari ujian doktor Saudara Sabiq. Anggota juri memutuskan untuk memilih saya sebagai presiden, oleh karena itu saya akan memperkenalkan anggota juri).
"Sur ma gauche est le professeur Indenbom, le côté droit est le professeur Alquie, à l’extrême gauche est le professeur Van der Beek, à l’extrême droite est le professeur Debloyet et à côté de lui est le professeur Stéphane, et moi-même est Professeur Berstein. M Sabiq va nous présenter son travail de thèse, et M Sabiq, vous avez 45 minutes de présentation. Merci et allez-y ", lanjut Prof Berstein.
(sebelah kiri saya Prof Indenbom, sebelah kanan Prof Alquie, ujung kiri Prof Van der Beek, ujung kanan Prof Debloyet, dan sampingnya Prof Stéphane, dan saya sendiri Prof Berstein. M Sabiq akan mempresentasikan kepada kita hasil kerja doktornya, dan kepada M Sabiq, anda punya waktu 45 menit untuk presentasi. Silahkan !).
"Merci Prof Berstein et tous les membres de jury, mesdames et messieurs, bonjour", (terima kasih Prof Berstein, dan semua anggota juri, ibu bapak sekalian, selamat siang) kata Sabiq mengawali presentasi nya.Setelah ucapan pengantar penghormatan tersebut, Sabiq langsung memulai presentasinya tentang sistem magneto optik untuk uji kerusakan magnetic sensor superkonduktor. Di labo tersebut, Sabiq lah yang pertama berhasil penelitian bidang itu, bahkan di Prancis saat itu belum banyak yang mendapatkan hasil yang cemerlang. Sabiq termasuk yang pertama.
Latihan presentasi beberapa kali di depan Stéphane dan sekali di depan Prof Debloyet, menjadikan presentasi Sabiq sangat lancar. Tidak terasa 45 menit telah dilalui dan tepat pada saat mengakhiri halaman terakhir presentasi.
Saat presentasi tadi, Sabiq sesekali sambil memperhatikan undangan yang hadir, sekilas tadi Sabiq melihat bahwa Ibu Yuli, wakil dari kedutaan hadir dan duduk di belakang. Demikian juga, Sabiq melihat kehadiran Kapten Laurent dan Madame Dubois juga hadir dengan mengenakan pakaian sipil biasa.
Sesi selanjutnya adalah tanya jawab dengan dewan juri. Sebagaimana juga yang disampaikan Stéphane bahwa yang paling faham tentang riset itu adalah Sabiq, maka jangan khwatir semua pertanyaan juri pasa bisa dijawab.
Masing-masing juri menyampaikan pandangan dan juga pertanyaan kepada Sabiq tentang hasil risetnya. Semuanya bisa di jawab dengan jelas oleh Sabiq. Prof. van der Beek dari Belanda mengawali pertanyaannya dengan menggunakan Bahasa Indonesia.
“Selamat siang Sabiq…. Sorry that I can’t just say in Bahasa Indonesa “selamat siang” and I’ll continue in English”, Prof Van der Beek mengawali komentarnya.
Kata-kata awal Prof Van der Beek itu sempat membuat senyum semua undangan yang hadir, suasana ruangan menjadi agak santai. Yang sebelumnya sunyi hanya Sabiq dan dewan juri saja yang bicara di ruangan itu. Kemudian Prof van der Beek melanjutkan pertanyaan dan konfirmasi hasil riset kepada Sabiq menggunakan Bahasa Inggris.
Prof. Berstein presiden juri memberi kesempatan terakhir kepada Prof Debloyet sebagai pembimbing untuk menyampaikan pandangan atau komentar. Di luar dugaan Sabiq, Prof Debloyet sama sekali tidak mengajukan pertanyaan, tetapi malah bercerita tentang kegigihan Sabiq untuk belajar dan melakukan riset. Saat awal-awal Sabiq bergabung di Labo, enam tahun lalu diceritakan dengan runut, bahwa Sabiq saat itu masih harus belajar Bahasa Prancis karena kemampuan tulis masih kurang. Bagaimana Sabiq berinteraksi dengan teman-teman di labo, semua diungkapkan oleh Prof Debloyet.
Tamu undangan diajak seperti berkenalan dengan Sabiq, dan tidak lupa Prof Debloyet juga mengapresiasi bahwa Sabiq mempraktikkan agamanya dengan baik. Pandangan ini yang membuat Sabiq keluar air mata. Mengingatkannya akan perjalanan hidup yang selama ini dijalaninya, bagaimana saat udara dingin dan gerimis, harus tetap bersepeda berangkat ke masjid. Bagaimana mencuri waktu dan mencari tempat sholat saat ada perkuliahan, bagaimana saat wudhu dipergoki teman kuliahnya. Semuanya seakan dialaminya kembali saat itu.
Keheningan selesai manakala Prof Debloyet akhirnya tidak menyampaikan pertanyaan dan hanya apresiasi atas kerja keras Sabiq, kemudian mengembalikan waktu kepada Prof. Berstein.
Alhamdulillah, ujian selesai selesai, dan ditutup oleh presiden juri dengan membacakan berita acara ujian doctor, yang kemudian disambut tepuk tangan riuh tanda ucapan selamat dari para undangan. Kemudian Prof Berstein memberikan kesempatan sekali lagi kepada Sabiq untuk menyampaikan sesuatu secara umum, sebelum ditutup.
Mengawali sambutan penutupnya, Sabiq kembali memberikan ucapan terima kasih kepada Prof Debloyet dan Stéphane serta teman-teman riset di labo. Kali ini terima kasih Sabiq bukan terkait dengan riset tetapi secara khusus telah memberikan kesempatan kepada Sabiq untuk tetap bisa menjalankan praktik agama dengan baik dan tidak pernah menemui kendala. Respek dan toleransi yang selama ini terjadi di labo, merupakan pengalaman tersendiri bagi Sabiq. Suasana amphithéâtre menjadi hening kembali, semua tamu undangan konsentrasi mendengarkan kata-kata penutup Sabiq.
Selanjutnya Sabiq secara khusus menyampaikan banyak terima kasih dan penghormatan kepada pemerintah Indonesia dalam hal ini diwakili Ibu Yuli dari kedutaan Indonesia karena telah memberikan beasiswa studi. Sabiq kemudian meminta Ibu Yuli yang duduk di bagian belakang atas samping kanan untuk berdiri, sepertinya tadi datang agak telat dan masuk amphithéâtre dari pintu belakang atas. Para tamu undangan yang hadir, termasuk para juri bertepuk tangan dan menoleh ke belakang ke arah Bu Yuli.
Pada kesempatan itu pula, Sabiq mohon ijin minta waktu sedikit lagi untuk memberikan penjelasan aktivitas sosial kemanusiaan yang selama ini dia lakukan bersama dengan seluruh mahasiswa Indonesia di luar negeri selain kegiatan riset. Yaitu kegiatan pengumpulan dana kemanusiaan yang murni untuk membantu masyarakat dunia yang kurang mampu karena korban krisis ekonomi, korban kerusuhan, dan akibat lainnya. Bahkan terkait dengan kegiatan tersebut, beberapa kali, kolega riset di labo juga pernah memberikan sumbangan. Di antaranya dikirimkan ke Indonesia, ke Afghanistan yang semuanya melalui lembaga kemanusiaan resmi. Oleh karena itu Sabiq sekali lagi menyampaikan banyak terima kasih.
Sabiq sengaja menjelaskan hal itu karena tadi sekilas melihat kehadiran Kapten Laurent agar sekalian tahu dan faham bahwa yang Sabiq lakukan adalah sesuatu yang murni kemanusian dan tidak ada hubungannya dengan gerakan terorisme.
Suasana amphithéâtre semakin hening, tidak seperti biasanya akhir ujian doctor yang riuh ramai tepuk tangan. Akhirnya Sabiq berfikir bagaimana mengembalikan suasana hening yang terbawa haru cerita aktivitasnya menjadi suasana senang gembira.
Seketika itu pula Sabiq teringat bahwa hidangan khas Indonesia sudah menunggu, maka tidak boleh berlama-lama. Maka Sabiq mengundang semua tamu undangan untuk hadir di ruang rapat labo dengan dipandu oleh Bruno. Kemudian tepuk tangan tanda ucapan selamat terdengar riuh kembali. Para dewan jury kemudian berdiri, memberi ucapan selamat kepada Sabiq, disusul para kolega labo, dan tamu undangan yang lain. Mereka yang sudah memberikan ucapan langsung keluar menuju ruang rapat labo untuk menikmati hidangan.
Presiden asosiasi muslim juga turun berjalan ke depan menyalami Sabiq sambil mengucapkan apresiasi atas nama asosiasi masjid An Nour dan berkata bahwa mereka telah menjadi saksi keberadaan Sabiq sebagai salah satu jama’ah yang aktif.
Agak belakangan, Ibu Yuli dan juga staf dari kedutaan juga turun maju ke depan memberi ucapan selamat sukses. Suasana ruangan sudah agak sepi dan Sabiq sedang asyik merapikan bahan-bahan presentasi tadi.
Ternyata masih ada dua orang yang terakhir memberikan ucapan selamat sukses. Mereka adalah Kapten Laurent dan Madame Dubois. Mereka berdua menuruni tangga lantai yang berundak di ruang seminar itu menuju podium di bagian depan, saat itu Sabiq tidak lagi ramai dikerumuni banyak kolega yang memberikan ucapan selamat. Tamu undangan yang lain sudah menuju ruang lain tempat ramah tamah menikmati makanan khas Indonesia, dipandu oleh kolega Sabiq, Bruno dan Wahyu. Kapten Laurent berdiri di depan Sabiq dan memberikan ucapan selamat sukses.
"Monsieur Sabiq, toutes mes félicitations pour votre succès et bon retour en Indonésie, j’espère un jour nous pourrons nous revoir (Tuan Sabiq, selamat atas keberhasilan Anda dan selamat kembali ke Indonesia, saya berharap suatu hari nanti kita akan dapat bertemu lagi)", kata Kapten Laurent saat menjabat tangan erat Sabiq.

Kapten Laurent sambil menyerahkan selembar surat dan juga merangkul Sabiq. Kapten Laurent menjelaskan bahwa itu adalah lettre de cessation de l’inspection (surat penghentian pemeriksaan), karena memang yang dilakukan Sabiq adalah murni kegiatan sosial kemanusiaan.
Selanjutnya mereka bertiga menuju ruang labo. Semua tamu undangan bersatu padu ramah tamah menikmati hidangan di ruang rapat labo. Sabiq menjadi sentral diskusi, banyak tamu undangan yang ingin mendekati Sabiq untuk menyampaikan ucapan selamat.
Seperti biasa, saat itu Sabiq memegang gelas berisi jus orange, sambil berdiri melayani pertanyaan tamu undangan, tetapi jus orange di tangannya itu belum pernah diminumnya. Menunggu sampai ada kesempatan duduk, baru diminumnya jus orange tersebut. (Tamat)