Wujudkan Masyarakat Siaga Tsunami, Gugus Mitigasi Lebak Selatan Terima Sertifikat Rekognisi Dari UNESCO

BALI (wartamerdeka.info) – Gugus Mitigasi Lebak Selatan menerima sertifikat rekognisi yang diberikan untuk Desa Panggarangan yang telah diakui menjadi masyarakat siaga tsunami oleh UNESCO-IOC Tsunami Ready Programme. 

Rekognisi ini diberikan setelah serangkaian proses yang dilakukan oleh Gugus Mitigasi Lebak Selatan untuk menerapkan 12 indikator siaga tsunami di Desa Panggarangan. 

Inaugurasi untuk Desa Panggarangan dilakukan bertepatan dengan berakhirnya Indian Ocean Tsunami Ready Workshop pada 26 November 2022 di Tanjung Benoa, Bali.

Desa Panggarangan menjadi desa pertama di Provinsi Banten yang mendapatkan rekognisi ini. 

Bersama dengan Desa Panggarangan, ada 2 desa lain yang juga mendapatkan rekognisi di kesempatan yang sama, yakni Desa Tambakrejo - Jawa Timur, Kalurahan Glagah - Yogyakarta, serta Desa Tanjung Benoa - Bali yang juga sudah mendapatkan rekognisi ini. 

Hingga saat ini, baru empat desa tersebut dari total 5700 desa rawan tsunami di Indonesia yang mendapatkan rekognisi UNESCO terkait masyarakat siaga tsunami. 

Ketua Gugus Mitigasi Lebak Selatan, Abah Lala, hadir dan menerima langsung sertifikat rekognisi untuk Desa Panggarangan. Abah Lala mengatakan penghargaan ini dipersembahkan untuk para relawan yang terus mendukung meskipun ditertawakan, keluarga atas kesabaran dalam menghadapi masa-masa sulit, semua kolaborator yang telah menghabiskan sumber dayanya untuk Desa Panggarangan, dan yang terpenting, ini dipersembahkan untuk mereka yang pantas untuk selamat dari bahaya bencana gempa tsunami.

“Sebenarnya kami merasa belum pantas menerima penghargaan ini. Namun, karena selama 2 tahun ini kami berhadapan dengan sejumlah orang, bahkan birokrat lokal, yang dari gerak-geriknya terlihat sangat meremehkan, kami berpikir untuk menggunakan penghargaan ini sebagai bukti bahwa kami tidak main-main. Jumlah kami memang sedikit tapi kami tegak memperjuangkan sesuatu, saat yang lain enggan untuk memperjuangkannya,” ujar Abah Lala.

Dalam sambutannya, Direktur dan Representatif UNESCO Jakarta Office Mohamed Djelid mengatakan bahwa rekognisi ini adalah sebuah capaian, tapi juga sebuah tanggung jawab bagi komunitas untuk terus bersiap menghadapi potensi bahaya tsunami yang ada di sekitar mereka. 

“Masyarakat perlu selalu siap menghadapi potensi bahaya yang ada di sekitar mereka, dan UNESCO mendukung penuh usaha itu,” ucap Mohamed Deputi Bidang Geofisika BMKG Dr. Suko Prayitno Adi mengatakan, indikator siaga tsunami perlu untuk dipertahankan dan diperbaiki terus menerus. Suko memahami bahwa terkadang diperlukan usaha lebih untuk mempertahankan keberlanjutan kerja baik yang telah dimulai ini. 

“Hanya dengan komitmen yang kuat dan sinergi antar pihaklah, usaha kesiapsiagaan menghadapi tsunami dapat terus diperbaiki dan ditingkatkan,” tambah Suko. 

Kepala Indian Ocean Tsunami Information Centre UNESCO Office Jakarta Ardito M. Kodijat mengatakan bahwa 7 komunitas yang telah memulai inisiatifnya untuk menjadi masyarakat siaga tsunami dapat menjadi contoh baik bagi komunitas lainnya agar juga dapat mengupayakan masyarakat untuk dapat siap menghadapi siaga tsunami. 

“Kemadang, Pangandaran, Kuta Mandalika, Tambakrejo, Glagah, Panggarangan, dan Tanjung Benoa menjadi best practice serta dapat menjadi contoh bagi komunitas lainnya untuk juga memulai langkahnya menuju masyarakat siaga tsunami,” kata Ardito. 

PMG Muda Stasiun Geofisika Tangerang Dinda Ayu Andriyani Putri yang menjadi fasilitator Gugus Mitigasi Lebak Selatan dalam penyiapan indikator siaga tsunami mengatakan bahwa pencapaian atas rekognisi ini bukanlah akhir dari usaha pengurangan risiko bencana di wilayah Panggarangan. 

“Kami akan terus memfasilitasi Desa Panggarangan dan juga komunitas lain di wilayah Banten untuk dapat mememuhi indikator komunitas siaga tsunami,” ucap Dinda. 

Peneliti Pusat Riset Kebencanaan Geologi BRIN dan Secretary General U-INSPIRE Alliance Nuraini Rahma Hanifa yang merupakan salah satu kolaborator Gugus Mitigasi Lebak Selatan yang juga turut hadir mengatakan, upaya yang dilakukan GMLS yang didukung oleh seluruh kolaborator sudah berada di jalan yang benar, dan perlu terus dikembangkan dengan komitmen jangka panjang untuk terus membangun kesiapan tsunami ke depannya, berbasiskan sains, teknologi, inovasi dan kearifan lokal. 

“Menerima rekognisi ini menghargai upaya berbasis komunitas untuk membangun kesiapan tsunami pada level masyarakat,” tambah Nuraini. 

Sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Multimedia Nusantara Irwan Fakhruddin yang turut hadir dan juga merupakan kolaborator dari Gugus Mitigasi Lebak Selatan menambahkan, beragamnya kolaborator dari GMLS menjadi kekuatan tersendiri bagi komunitas. Perguruan tinggi dengan pengabdian kepada masyarakatnya misalnya mampu memberikan penguatan indikator terkait Science Communications pada fase preparedness seperti yang telah dilakukan oleh UMN. 

“Kolaborasi antar disiplin antar entitas ini menjadi kunci pencapaian rekognisi tsunami ready bagi Desa Panggarangan oleh UNESCO,” jelas Irwan. (Hairul)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama