Oleh : W. Masykar
"ketika ngobrol dengan sejumlah kawan di salah satu lokasi di kawasan pantura. Salah satu kawan, sebut saja Kyai Galon, dia bilang, yang duduk di tampuk kekuasaan sebagai orang nomor satu Lamongan lima tahun kedepan, namanya ada aksara R."
Sempat terjadi eskalasi bahkan turbulensi, suhu politik di Lamongan menjelang pelaksanaan pilkada serentak November mendatang, kini mulai cooling down. Belum pasti apa penyebabnya, tapi setidaknya suhu menurun karena beberapa kandidat yang menggebu di awal kini mulai menghilang entah kemana? Masih tersisa beberapa yang diyakini bakal konsis melawan pasangan petahana. Abdul Ghofur dan Dyah Roro Esti.
Dua nama ini, publik Lamongan masih meyakini bakal ikut bertarung pada kontestasi pemilihan bupati dan wakil bupati Lamongan 2024. Meski salah satu kader dari Gerindra, Imam Mukhlisin yang sebelumnya digadang bakal disandingkan dengan Abdul Ghofur telah memastikan berlabuh memberi dukungan ke pasangan Petahana, bagi Ghofur meminang kandidat lain, tampaknya tidak terlalu sulit, misalnya menggandeng putra mantan Bupati Lamongan, Deby Kurniawan.
Hasil survey yang menyebut elektabilitas incumbent masih tinggi meski tingkat kepuasannya mengkhawatirkan mampu membuat beberapa bakal lawan yang sudah mendaftar di KPU tidak lagi terdengar gaungnya. Misalnya, nama Kusnul Yakin.
Dengan tidak terdengarnya Kusnul Yakin, maka jika disimulasikan ada tiga pasangan cabup-cawabup yang bakal ikut kontestasi pada pilkada Lamongan 2024. Meski dua pasang bukan berarti petahana melenggang. Tetap saja sebagai incumbent harus berupaya gigih untuk tetap memenangkan kontestasi.
Dimulainya seperti ini, jika Petahana (Yuhronur Efendi) berpasangan dengan Dirham Akbar Aksara, Dyah Roro Esti dengan Suhandoyo dan Abdul Ghofur dengan Debi Kurniawan. Siapa pemenangnya? Belum ada jawaban, tapi dipastikan seru.
Pertanyaan ini, saya teringat ketika ngobrol dengan sejumlah kawan di salah satu lokasi di kawasan pantura. Salah satu kawan, sebut saja Kyai Galon, dia bilang, yang duduk di tampuk kekuasaan sebagai orang nomor satu Lamongan lima tahun kedepan, namanya ada aksara R. Bahkan panggilannya pun mengandung bunyi R.
Pertama, saya pikir analisis itu, guyonan sehingga saya nyletuk, "berarti saya juga berpeluang, karena nama saya mengandung aksara R (Masykar)."
"Betul, tapi sampeyan kan tidak mendaftar berarti sampeyan dipastikan tidak bisa jadi Bupati," jawabnya.
"Hhhhhhhh"
Lanjut saya ceritakan apa yang disampaikan kawan tadi. Dia menyebut ada nama Yuhronur Efendi panggilannya Pak Nur atau Mas Nur. Dyah Roro Esti panggilannya Mbak Roro, dan Abdul Ghofur panggilannya Pak Ghofur atau Mas Ghofur.
Nah, lantas kenapa Deby Kurniawan tidak masuk kedalam kategori itu? Namanya Debi Kurniawan panggilannya Mas Iwan. Namanya mengandung huruf R, tapi panggilannya tidak. Artinya, dia lebih tepat diposisi orang kedua, termasuk Dirham Akbar Aksara. Apalagi publik Lamongan belum banyak mengenalnya. Namanya saja baru belakangan ini, agak menjadi percaturan.
Kembali ke aksara R. Ketiganya punya peluang yang sama. Hanya saja, nama Roro Dyah Esti agak lebih dominan karena huruf R nya berada di depan. Meski tiga nama tersebut semuanya merupakan kader terbaik.
Jika dari logika politik, ketiganya untuk bisa maju di pertarungan pemilihan Bupati dan Wakil Bupati tetap harus melalui kendaraan politik. Partai politik yang akan mengusungnya. PKB katakanlah memberi rekom ke Abdul Ghofur (yang kemarin diributkan itu, bukan rekom tapi semacam Surat Tugas).
Kemudian, Dyah Roro Esti diusung partai Golkar dan PAN. Pak Yes (incumbent) di usung Gerindra, PKS, PDI misalnya. Maka dipastikan permainan akan semakin seru. Karena selama ini, incumbent banyak dipahami publik sosok yang paling dekat dengan Partai Golkar. (**)